Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Diabetes Melitus Tipe II Dengan Hipertensi Emergensi dan Stroke Hemoragik : Laporan Kasus Abiwarsa, Salwa Faida; Sibli, Sibli; Armelia, Linda
Journal of Innovative and Creativity Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joecy.v5i3.4487

Abstract

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat gangguan sekresi atau kerja insulin. Menurut International Diabetes Federation sekitar 537 juta orang dewasa di dunia hidup dengan diabetes, dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. DM merupakan faktor risiko utama berbagai komplikasi kardiovaskular dan serebrovaskular. Laporan Kasus ini mencakup analisis seorang perempuan berusia 47 Tahun yang didiagnosis diabetes melitus tipe II disertai dengan hipertensi emergensi dan stroke hemoragik berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien mempunyai riwayat diabetes melitus sejak 5 tahun dan hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar gula darah sewaktu didapatkan 247 mg/dL. Pasien juga didapatkan tekanan darah 190/120 mmHg. Tatalaksana pasien berupa amlodipin 1x10 mg, candesartan 1x16 mg, metformin 2x500 mg, atorvastatin 1x10 mg, dan citicoline 2x500 mg. Pasien dianjurkan diet seimbang dan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Penanganan diabetes melitus tipe 2 duberikan metformin dalam rangka meningkatkan sensitivitas insulin serta diimbangi dengan diet gizi seimbang untuk membantu menurunkan berat badan. Pemberian amlodipine dan candesartan dan disertai dengan pembatasan garam <5g/hari digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan atorvastatin digunakan untuk menurunkan kadar LDL dalam darah sehingga dapat mencegah resiko peningkatan tekanan darah dan citicoline sebagai neuroprotector. DM Tipe II merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi atau kerja insulin, yang dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan berbagai organ target. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu melalui kontrol glukosa darah, pengendalian tekanan darah, serta gaya hidup sehat menjadi sangat penting untuk menurunkan angka komplikasi dan kematian.
PENYAKIT GINJAL KRONIS (CKD) STADIUM V - ON HD DENGAN EFUSI PLEURA: SEBUAH LAPORAN KASUS Athifa, Khasna Fayza; Sibli, Sibli; Kusmardi, Kusmardi
Journal of Innovative and Creativity Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/joecy.v5i3.5251

Abstract

Penyakit ginjal kronis(PGK) adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible, kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Indonesian Renal Registry (IRR) melaporkan adanya peningkatan jumlah pasien hemodialisis dari tahun ke tahun. Salah satu komplikasi yang sering ditemukan adalah efusi pleura. Penelitian ini menggunakan metode laporan kasus dengan tujuan untuk menganailisis intervensi yang dilakukan terhadap pasien dengan penyakit Ginjal Kronis (CKD) Stadium V – On HD dengan Efusi Pleura. Tulisan ini menganalisis seorang laki-laki, berusia 25 tahun dengan Penyakit ginjal kronis dengan efusi pleura berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Pasien datang dengan keluhan utama sesak sejak 10 jam SMRS. Keluhan sesak terutama saat pasien posisi berbaring, dan berkurang apabila saat posisi duduk. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, serta sudah menjalani hemodialisa selama 1 tahun. Pada pemeriksaan foto polos thorax didapatkan kesan edema pulmo dengan efusi pleura bilateral terutama dextra. Simpulan: Penyakit ginjal kronis merupakan penyakit progresif yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel. Kondisi ini menyebabkan gangguan ekskresi cairan, elektrolit, serta akumulasi toksin metabolik yang berujung pada berbagai komplikasi sistemik. Pada stadium akhir, pasien umumnya memerlukan hemodialisis untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Salah satu komplikasi yang sering muncul pada stadium lanjut adalah edema paru dan efusi pleura, akibat retensi cairan yang berlebihan. Pencegahan komplikasi memerlukan pendekatan multidisipliner, termasuk edukasi pasien mengenai pengaturan diet, pemantauan status cairan, kontrol tekanan darah, dan kepatuhan terhadap pengobatan sehingga kualitas hidup pasien dapat tetap dipertahankan.