Arlinda Dwi Ariyani, Diva
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Representasi Dampak Psikologis Trauma dan Perlawanan melalui Karakter Tokoh Sahir Pada Film Dhoom 3 Arlinda Dwi Ariyani, Diva; Dimisyqiyani, Erindah; Amaliyah, Amaliyah; Gayuh Aji, Gagas; Amalia Sinulingga, Rizky
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 9 No. 2 (2026): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 9 No 2 Juli 2026
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37817/ikraith-ekonomika.v9i2.5502

Abstract

ABSTRAK Trauma masa kecil dan konflik batin memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian dan perilaku seseorang, yang dapat menyebabkan perilaku destruktif. Namun, tidak semua orang yang mengalami traumatis atau konflik batin akan menunjukkan perilaku destruktif, terutama jika penanganannya dilakukan secara efektif dan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak trauma masa kecil, konflik batin, dan pembentukan identitas melalui film Dhoom 3 (2013). Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan menganalisis data primer berupa elemen cerita, dialog, dan ekspresi visual dari film, serta data sekunder dari literatur terkait trauma dan representasi media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter Sahir dipengaruhi oleh trauma masa kecil yang berakar pada ketidakadilan yang dialami ayahnya, sehingga memotivasinya untuk melakukan serangkaian perampokan bank sebagai bentuk perlawanan. Di samping itu, konflik batin Sahir memunculkan identitas ganda sebagai bentuk perlindungan diri. Film ini juga menggambarkan bagaimana trauma dapat mengubah pandangan terhadap keadilan dan moralitas, dimana tindakan destruktif dipandang sebagai wujud keadilan subjektif. Dampak psikologis tersebut menegaskan pentingnya mengelola konflik intrapersonal dan trauma secara konstruktif untuk mencegah perilaku maladaptif. Sebagai media pendidikan, film Dhoom 3 berkontribusi sebagai media edukatif dalam meningkatkan pemahaman publik terhadap isu kesehatan mental, yang sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai kesehatan dan kesejahteraan serta perdamaian dan keadilan. ABSTRACT Childhood trauma and inner conflict have a significant influence on the formation of a person's personality and behaviour, which can lead to destructive behaviour. However, not everyone who experiences trauma or inner conflict will exhibit destructive behaviour, especially if it is handled effectively and appropriately. This study aims to analyse the impact of childhood trauma, inner conflict, and identity formation through the film Dhoom 3 (2013). The research method used is a descriptive qualitative approach, analysing primary data in the form of story elements, dialogue, and visual expressions from the film, as well as secondary data from literature related to trauma and media representation. The results of the study show that Sahir's character was influenced by childhood trauma rooted in the injustice experienced by his father, motivating him to carry out a series of bank robberies as a form of resistance. In addition, Sahir's inner conflict gave rise to a dual identity as a form of self-protection. The film also illustrates how trauma can alter one's perspective on justice and morality, where destructive actions are perceived as a form of subjective justice. These psychological impacts emphasise the importance of constructively managing intrapersonal conflicts and trauma to prevent maladaptive behaviour. As an educational medium, the film Dhoom 3 contributes to increasing public understanding of mental health issues, which is in line with the Sustainable Development Goals (SDGs) on health and well-being, peace and justice.
Representasi Kepemimpinan Emergen: Perilaku dan Strategi Tokoh Thomas dalam Film Maze Runner (2014) Octavia Trisukma Ayu, Linda; Arlinda Dwi Ariyani, Diva; Dimisqiyani, Erindah; Amaliyah, Amaliyah; Gayuh Aji, Gagas; Amalia Sinulingga, Rizqy
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 9 No. 2 (2026): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 9 No 2 Juli 2026
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37817/ikraith-ekonomika.v9i2.5506

Abstract

ABSTRAK Kepemimpinan memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas organisasi selama krisis penuh ketidakpastian, di mana pemimpin emergen sering muncul melalui pengakuan sosial daripada otoritas formal. Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi kepemimpinan emergen tokoh Thomas dalam film Maze Runner (2014), dengan fokus pada legitimasi melalui tindakan nyata, prinsip adaptif, kecerdasan emosional, dan pengelolaan konflik di situasi krisis. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, melalui observasi berulang terhadap enam adegan kunci film dan studi pustaka literatur relevan. Analisis data mengikuti model Miles dan Huberman, meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil menunjukkan bahwa kepemimpinan emergen Thomas terwujud dalam keberanian, pengambilan inisiatif penyelamatan, pengakuan dari kelompok, pengendalian emosi tim, strategi adaptif, serta kepemimpinan pelarian dari Maze.Legitimasi ini didasarkan pada kontribusi nyata terhadap keselamatan dan solidaritas tim. Temuan ini memperkuat teori kepemimpinan emergen dengan penekanan pada kecerdasan emosional dalam krisis. Penelitian ini memberikan relevansi praktis bagi pengembangan kepemimpinan partisipatif yang selaras dengan Tujuan 16 SDGs, khususnya keadilan, perdamaian, dan institusi tangguh. ABSTRACT Leadership plays a crucial role in maintaining organizational stability during crises filled with uncertainty, where emergent leaders often arise through social recognition rather than formal authority. This study aims to analyze the representation of emergent leadership by the character Thomas in the film Maze Runner (2014), focusing on legitimacy through concrete actions, adaptive principles, emotional intelligence, and conflict management in crisis situations. A qualitative descriptive method was employed, involving repeated observations of six key scenes from the film and a literature review of relevant sources. Data analysis followed the Miles and Huberman model,including data reduction, presentation, and conclusion drawing. The findings reveal that Thomas's emergentleadership manifests in courage, rescue initiatives, group recognition, team emotional control, adaptive strategies, and leading the escape from the Maze. This legitimacy is based on tangible contributions to team safety and solidarity. These elements reinforce emergent leadership theories with an emphasis onemotional intelligence in crises. This research provides practical relevance for developing participatory leadership aligned with SDG Goal 16, particularly peace, justice, and resilient institutions.
Tantangan Guru dalam Mewujudkan Pendidikan Berkualitas pada Film Guru-Guru Gokil Fajar Arrasyid, Mohammad; Arlinda Dwi Ariyani, Diva; Amaliyah, Amaliyah; Dimisqiyani, Erindah; Gayuh Aji, Gagas; Amalia Sinulingga, Rizky
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 9 No. 2 (2026): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 9 No 2 Juli 2026
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37817/ikraith-ekonomika.v9i2.5524

Abstract

ABSTRAK Pendidikan merupakan upaya terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepribadian yang baik dan keterampilan yang bermanfaat bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan menganalisis tantangan kesejahteraan guru dalam mewujudkan pendidikan berkualitas sebagaimana direpresentasikan dalam film Guru-Guru Gokil (2020). Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis naratif terhadap film dan kondisi sosial nyata guru di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru, terutama guru honorer, menghadapi kesejahteraan yang rendah dengan gaji minim dan beban kerja tinggi, yang berdampak pada motivasi dan kualitas pengajaran. Film ini mengangkat solidaritas dan dedikasi guru yang tetap tinggi meskipun menghadapi kesulitan ekonomi serta perubahan pandangan negatif terhadap profesi guru menjadi penghargaan atas pengabdiannya. Penelitian ini menegaskan pentingnya kesejahteraan guru sebagai faktor utama dalam pencapaian pendidikan berkualitas yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs 4. Implikasi temuan ini mendorong pemerintah dan pemangku kebijakan untuk memperhatikan kesejahteraan guru secara serius demi masa depan pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan. Penelitian ini memberikan kontribusi akademis bagi studi pendidikan, media, dan pembangunan berkelanjutan, sekaligus sebagai refleksi sosial terhadap kondisi guru di Indonesia. ABSTRACT Education is a planned effort to develop students’ potential so they have good character, skills, and benefit society. This study aims to analyze the challenges of teacher welfare in realizing quality education as represented in the film Guru-Guru Gokil (2020). Using a descriptive qualitative method, the study examines the narrative of the film alongside the real social conditions faced by Indonesian teachers. Results show that many teachers, especially honorary ones, face low welfare marked by insufficient salaries and high workloads, impacting their motivation and teaching quality. The film highlights teachers' solidarity and dedication despite economic hardships and a shift in perception of the teaching profession towards greater appreciation. The study emphasizes the critical role of teacher welfare aligned with Sustainable Development Goals (SDGs) 4 in achieving equitable and quality education. The findings encourage policymakers to prioritize improving teacher welfare for a sustainable and better education future. This research contributes academically to education, media, and sustainability studies and serves as social reflection on teachers’ conditions in Indonesia.
Kepemimpinan Informal dalam Dinamika Pengambilan Keputusan Kelompok: Studi Kasus Film 12 Angry Men(1957) Wulandari, Catur; Arlinda Dwi Ariyani, Diva; Dimisqiyani, Erindah; Amaliyah, Amaliyah; Gayuh Aji, Gagas; Amalia Sinulingga, Rizky
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 9 No. 2 (2026): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 9 No 2 Juli 2026
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37817/ikraith-ekonomika.v9i2.5528

Abstract

ABSTRAK Kepemimpinan informal yang tidak bergantung pada struktur formal organisasi menjadi semakin penting dalam konteks organisasi kontemporer yang mengadopsi struktur lebih datar dan kolaboratif. Dinamika kepemimpinan ini berperan krusial dalam pengambilan keputusan kelompok, namun penelitian tentang kepemimpinan informal dalam konteks representasi film masih jarang dilakukan, padahal film dapat memberikan gambaran kaya mengenai dinamika diskusi kelompok dan pengaruh non-formal yang relevan untuk merefleksikan praktik kepemimpinan dalam kehidupan nyata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana figur informal memengaruhi dinamika diskusi kelompok, membangun kepercayaan antar anggota, dan mengarahkan kelompok menuju konsensus melalui studi kasus film 12 Angry Men(1957). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan sumber data primer berupa adegan dandialog dalam film 12 Angry Men, serta data sekunder dari literatur akademik tentang kepemimpinan dan pengambilan keputusan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter Juri 8, meskipun tidak memiliki posisi formal, mampu memimpin kelompok melalui lima karakteristik utama pengaruh interpersonal, kemampuan komunikasi persuasif, membangun konsensus, kepercayaan dan keteguhan moral, serta kemampuan menghadapi perbedaan pendapat. Temuan ini memperkuat bahwa kepemimpinan informal bergantung pada keterampilan interaksi sosial, kredibilitas personal, dan pengaruh sosial daripada otoritas formal. Penelitian ini berkontribusi pada literatur kepemimpinan dengan menawarkan implikasi praktis bagi organisasi dalam memanfaatkan potensi kepemimpinan informal untuk menghasilkan keputusan yang inklusif, adil, dan efektif, selaras dengan SDG 16 dan SDG 4.
Representasi Kepemimpinan Tokoh Raja dalam Kajian Kualitatif dan Semiotik Visual (Film The King 2019) Rizqi Faradisa, Adinda; Arlinda Dwi Ariyani, Diva; Dimisyqiyani, Erindah; Amaliyah, Amaliyah; Gayuh Aji, Gagas; Amalia Sinulingga, Rizky
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 9 No. 2 (2026): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 9 No 2 Juli 2026
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37817/ikraith-ekonomika.v9i2.5530

Abstract

ABSTRAK Artikel ini membahas representasi kepemimpinan tokoh raja dalam film The King (2019) melaluipendekatan kualitatif dan analisis semiotik visual. Penelitian ini bertujuan untuk memahamibagaimana konstruksi visual, simbol, dan narasi membentuk citra Henry V sebagai pemimpin yangkompleks, menggabungkan legitimasi formal, kharisma personal, kemampuan militer, sertaintegritas moral. Metode penelitian menggunakan analisis kualitatif deskriptif yang mendalamimakna-makna yang muncul dari tanda-tanda visual dalam film, termasuk kostum, atribut kerajaan,ekspresi wajah, dialog, dan pencahayaan. Pendekatan semiotika Roland Barthes digunakan untukmenguraikan makna denotatif, konotatif, dan mitos dari setiap tanda, sehingga terlihat hubunganantara simbol, konteks budaya, dan ideologi yang membentuk citra kepemimpinan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa representasi Henry V menekankan keseimbangan antara kekuasaan formal,tanggung jawab moral, dan kharisma personal, sehingga kepemimpinan efektif dipahami bukanhanya dari kekuatan militer atau posisi resmi, tetapi juga dari kualitas etis dan humanis. Penelitianini memberikan kontribusi bagi kajian komunikasi visual, film, dan budaya dengan menunjukkanbahwa media audiovisual dapat membentuk persepsi publik tentang nilai-nilai kepemimpinan,legitimasi, dan moralitas. ABSTRACT This article discusses the representation of royal leadership in the film The King (2019) through aqualitative approach and visual semiotic analysis. This study aims to understand how visualconstructions, symbols, and narratives shape the image of Henry V as a complex leader, combiningformal legitimacy, personal charisma, military prowess, and moral integrity. The research methoduses descriptive qualitative analysis that explores the meanings that emerge from visual signs in thefilm, including costumes, royal attributes, facial expressions, dialogue, and lighting. RolandBarthes' semiotic approach is used to decipher the denotative, connotative, and mythical meaningsof each sign, revealing the relationship between symbols, cultural context, and ideology that shapethe image of leadership. The results show that the representation of Henry V emphasizes a balancebetween formal power, moral responsibility, and personal charisma, so that effective leadership isunderstood not only in terms of military strength or official position, but also in terms of ethical andhumanistic qualities. This study contributes to the study of visual communication, film, and cultureby showing that audiovisual media can shape public perceptions of leadership values, legitimacy,and morality.
Interpretasi Perilaku Organisasi dalam Budaya dan Etika Kerja pada Film Human Resources (2023) Imam Mubaligh Gaffar, Muhammad; Arlinda Dwi Ariyani, Diva; Dimisqiyani, Erindah; Gayuh Aji, Gagas; Amalia Sinulingga, Rizky; Amaliyah, Amaliyah
IKRAITH-EKONOMIKA Vol. 9 No. 2 (2026): IKRAITH-EKONOMIKA Vol 9 No 2 Juli 2026
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37817/ikraith-ekonomika.v9i2.5543

Abstract

ABSTRAK Dinamika lingkungan kerja kontemporer di hadapkan pada tantangan kompleks yang menuntut pemahaman mendalam mengenai aspek manusiawi dalam organisasi. Studi mengenai perilaku, budaya, dan etika organisasi menjadi relevan untuk dibedah melalui berbagai perspektif, termasuk media populer yang merefleksikan wacana sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menginterpretasikan representasi perilaku organisasi, budaya, dan etika kerja dalam serial animasi satir Netflix "Human Resources" (2023). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-interpretatif dan metode analisis semiotika Roland Barthes pada adegan-adegan kunci, penelitian ini membongkar makna denotatif dan konotatif dari narasi visual dan verbal serial tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa serial ini secara alegoris menggambarkan konsep-konsep teoretis seperti fungsi manajemen (POAC), level budaya organisasi Schein, dan dilema etika kerja melalui interaksi para makhluk fantasi di lingkungan kantor. Konflik antar departemen, gaya kepemimpinan, dan proses evaluasi kinerja disajikan secara satiris untuk mengkritik disfungsi di tempat kerja modern. Penelitian ini memberikan dampak pada pemahaman bahwa media populer dapat menjadialat analisis yang kuat untuk merefleksikan realitas organisasi dan menekankan pentingnya kemitraan internal yang solid sebagai fondasi untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Penelitian di masa depan disarankan untuk dapat melakukan analisis komparatif dengan media lain atau mengukur persepsi audiens secara kuantitatif terhadap isu-isu kerja yang direpresentasikan. ABSTRACT The dynamics of the contemporary work environment face complex challenges that demand a deepunderstanding of the human aspects of organizations. The study of organizational behavior, culture,and ethics is relevant to examine through various perspectives, including popular media that reflectssocial discourse. This study aims to interpret the representation of organizational behavior, culture,and work ethics in the Netflix satirical animated series "Human Resources" (2023). Using aqualitative descriptive-interpretive approach and Roland Barthes's semiotic analysis method in keyscenes, this study uncovers the denotative and connotative meanings of the series' visual and verbalnarratives. The analysis shows that the series allegorically depicts theoretical concepts such asmanagement functions (POAC), Schein's levels of organizational culture, and work ethics dilemmasthrough the interactions of fantasy creatures in the office environment. Interdepartmental conflicts,leadership styles, and performance evaluation processes are presented satirically to critiquedysfunction in the modern workplace. This research impacts the understanding that popular mediacan be a powerful analytical tool to reflect organizational realities and emphasizes the importanceof solid internal partnerships as a foundation for achieving the Sustainable Development Goals.Future research is suggested to conduct comparative analysis with other media or quantitativelymeasure audience perceptions of the work issues represented.