Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Sabtu Budaya dalam memperkuat kearifan lokal (local wisdom) dan membentuk watak kewarganegaraan (civic disposition) siswa SMP Negeri di Kota Mataram. Urgensi penelitian ini berangkat dari kebutuhan pendidikan di Indonesia untuk mengembangkan pembelajaran yang kontekstual, holistik, dan berakar pada nilai budaya lokal, sekaligus memperkuat karakter kebangsaan di tengah arus globalisasi dan perubahan sosial yang cepat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus (case study design). Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam dengan guru, siswa, dan kepala sekolah, serta dokumentasi kegiatan Sabtu Budaya di beberapa sekolah negeri di Kota Mataram. Analisis data dilakukan dengan model interaktif Miles & Huberman melalui tahapan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, serta diuji keabsahannya menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sabtu Budaya berfungsi sebagai media pembelajaran kontekstual dan berbasis pengalaman (experiential learning) yang efektif dalam mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal Sasambo ke dalam pendidikan karakter dan kewarganegaraan. Kegiatan seperti begibung, pertunjukan seni, dan permainan tradisional menumbuhkan rasa kebanggaan budaya, kedisiplinan, tanggung jawab sosial, gotong royong, serta toleransi di kalangan siswa. Lebih jauh, praktik ini memperkuat civic disposition melalui keterlibatan aktif dan refleksi sosial budaya yang menumbuhkan sikap partisipatif, empati, dan kesadaran demokratis. Implementasi Sabtu Budaya juga memperlihatkan keterpaduan antara nilai lokal dan visi Global Citizenship Education, di mana siswa belajar menjadi warga global tanpa kehilangan akar budaya lokalnya. Meskipun dihadapkan pada keterbatasan fasilitas dan variasi dukungan kebijakan, kolaborasi antara sekolah, guru, orang tua, dan komunitas budaya mampu menjaga keberlanjutan program. Dengan demikian, Sabtu Budaya menjadi model pembelajaran transformatif yang tidak hanya melestarikan tradisi Sasambo, tetapi juga membentuk generasi muda yang kritis, kreatif, toleran, dan berkarakter Pancasila.