Wibowo, Mas Teguh
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Telaah Tiga Pilar Utama Filsafat Sains Menurut Perspektif Barat dan Islam Wibowo, Mas Teguh; Salminawati, Salminawati; Sitepu, Nur Alfina Sari; Nasution, Nurhadani
PEMA Vol. 5 No. 1 (2025)
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/pema.v5i1.694

Abstract

Ilmu pengetahuan saat ini sering kali menghadapi dilema tantangan moral dan etika karena kemajuan teknologi yang sering tidak diiringi dengan nilai-nilai etika yang jelas. Tiga pilar utama filsafat sains, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi, berperan sebagai pedoman dalam mengembangkan ilmu pengetahuan secara bijak dan bertanggung jawab. Ontologi membahas tentang keberadaan dan hakikat sesuatu, epistemologi menjelaskan cara mendapatkan pengetahuan, dan aksiologi menilai penggunaan ilmu berdasarkan manfaat dan nilai-nilai etika. Dalam pandangan Barat, ketiga pilar ini dibangun dengan pendekatan sekuler yang mengutamakan logika dan bukti empiris. Sebaliknya, pandangan Islam mengintegrasikan wahyu sebagai sumber utama, sehingga ilmu diarahkan untuk ibadah dan kemaslahatan manusia. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka dan analisis komparatif untuk mempelajari teori serta melihat perbedaan dan persamaan pendekatan Barat dan Islam dalam memahami tiga pilar filsafat sains. Pendekatan ini membantu menggali pandangan yang lebih luas dari kedua tradisi. Penelitian ini penting karena dibutuhkan ilmu yang tidak hanya benar secara ilmiah tetapi juga mengandung nilai - nilai etis dan spiritual. Dalam hal ini, Islam, dengan pendekatan yang menggabungkan wahyu dan akal, dapat melengkapi pendekatan Barat yang berbasis rasionalitas. Sinergi ini diharapkan mampu mengarahkan ilmu pengetahuan ke tujuan yang lebih bermakna. Sebagai solusi, disarankan untuk mengembangkan paradigma baru yang menggabungkan nilai-nilai spiritual Islam dengan pendekatan rasional Barat. Langkah ini bertujuan menciptakan ilmu pengetahuan yang menyeluruh dan bermanfaat. Penelitian lanjutan diperlukan untuk melihat penerapan sinergi ini, misalnya dalam teknologi, pendidikan, dan kebijakan publik, agar dapat mendukung pembangunan peradaban yang adil, seimbang, dan berkelanjutan.
Telaah Konsep Pendidikan Keimanan dalam Perspektif Hadis untuk Membentuk Generasi Bertakwa Wibowo, Mas Teguh; Basri, Muhammad; Sitepu, Nur Alfina Sari; Siregar, Pipi Darsina
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan keimanan merupakan pondasi utama untuk membentuk karakter seseorang agar sesuai dengan nilai - nilai agama. Namun, tantangan di era modern saat ini seperti gaya hidup yang materialistik dan juga pengaruh media sosial, membuat pendidikan keimanan semakin sulit diterapkan. Artikel ini membahas pendidikan keimanan dengan pendekatan tematik melalui hadis - hadis Nabi Muhammad SAW, yang bertujuan untuk membentuk generasi bertakwa yang mampu menghadapi tantangan zaman. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Maudu’i, yaitu cara mengkaji hadis - hadis berdasarkan tema tertentu. Dengan pendekatan ini, hadis - hadis yang relevan dengan pendidikan keimanan dikumpulkan, dianalisis, dan diterapkan sesuai kebutuhan masyarakat. Penelitian ini menemukan bahwa hadis - hadis tematik memberikan pemahaman mendalam tentang iman, yang melibatkan keyakinan dalam hati, ucapan baik, dan perbuatan nyata. Solusi yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah mengintegrasikan nilai - nilai keimanan ke dalam sistem pendidikan formal maupun kehidupan sehari - hari. Pendidikan keimanan ini diharapkan mampu menciptakan individu yang tidak hanya memiliki iman yang kuat tetapi juga mampu memberikan dampak positif bagi lingkungannya. Melalui penerapan pendidikan keimanan, generasi bertakwa dapat dibentuk untuk menghadapi berbagai tantangan modern, seperti globalisasi dan perkembangan teknologi, tanpa menghilangkan nilai - nilai Islam di dalamnya. Dengan pendekatan ini, generasi muda tidak hanya akan tumbuh menjadi individu yang religius tetapi juga menjadi agen perubahan di masyarakat. Pendidikan berbasis hadis ini diharapkan dapat menjadi panduan utama untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, religius, dan bertanggung jawab.
Krisis Moral VS Peran Akidah Sifat 20 Menurut Muhammad Al-Fudhali dalam Kitab Kifayatul Awam Wibowo, Mas Teguh; Sapri, Sapri
MUDABBIR Journal Research and Education Studies Vol. 4 No. 2 (2024): Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2024
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/mudabbir.v4i2.645

Abstract

Krisis moral yang melanda masyarakat modern menjadi tantangan besar dalam membangun generasi bermoral dan berakhlak mulia. Fenomena seperti meningkatnya budaya hedonisme, individualisme, serta lemahnya etika sosial mencerminkan urgensi akan penguatan nilai-nilai spiritual dan moral. Artikel ini mengulas peran akidah Sifat 20 sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad Al-Fudhali dalam kitab Kifayatul Awam sebagai solusi menghadapi tantangan moral yang semakin kompleks. Penelitian dilakukan dengan metode kajian pustaka, menggunakan literatur relevan untuk menggali konsep Sifat 20 sebagai dasar pembentukan keimanan dan moralitas. Kitab Kifayatul Awam menguraikan sifat-sifat Allah yang wajib sebagai pedoman yang tidak hanya memperkuat akidah tetapi juga membimbing individu dalam berperilaku sesuai ajaran Islam. Nilai-nilai seperti Wujud (keberadaan Allah), Qidam (tidak berawal), dan Baqa' (kekekalan) menanamkan kesadaran akan pengawasan Allah SWT, mendorong kejujuran, tanggung jawab, serta integritas dalam kehidupan sehari-hari. Solusi yang ditawarkan mencakup pendidikan akidah berbasis Sifat 20 yang dimulai dari lingkungan keluarga sebagai pondasi awal, diperkuat oleh institusi pendidikan, serta didukung oleh lingkungan sosial yang positif. Dengan pendekatan ini, nilai-nilai moral dapat diinternalisasi secara komprehensif sehingga menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bermoral mulia. Diharapkan penerapan konsep ini dapat menjadi jawaban atas krisis moral yang kian merajalela, sekaligus membentuk generasi yang berkarakter kuat, mampu menghadapi tantangan zaman, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Integrasi nilai-nilai Sifat 20 dalam kehidupan sehari-hari menjadi langkah nyata dalam memperbaiki moral umat dan menjaga kemurnian akidah Islam.