Desa Sambori merupakan Desa yang berada di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat yang masih melestarikan warisan pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan dan nilai kepentingan suatu tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan pengobatan tradisional di Desa Sambori, Kabupaten Bima. Pemilihan informan dilakukan dengan metode snowball sampling non diskriminatif dan wawancara dilaksanakan secara semi-terstruktur. Informan merupakan hattra atau biasa disebut sando oleh masyarakat Bima yang memiliki pengetahuan terkait pengobatan tradisional. Data yang dikumpulkan berupa karakteristik informan, cara pembuatan, cara penggunaan, frekuensi penggunaan, khasiat ramuan, dosis, dan herbarium. Nilai kepentingan tumbuhan dianalisis menggunakan Cultural Significant Indeks (CSI), Fidelity Level (FL), dan Factor of Informant Consensus (FIC). Hasil penelitian menunjukkan karakteristik informan rata-rata berusia >40 tahun (57,14%). Terdapat 27 ramuan dari 38 spesies tumbuhan. Cara pembuatan ramuan obat antara lain ditumbuk, dikunyah, dan direbus. Adapun cara pemakainnya yaitu diminum, dioles, dikunyah, dan diletakkan pada bagian konjungtiva palpebral. Frekuensi penggunaan ramuan pengobatan tradisional ini paling banyak yaitu 3 x sehari. Tumbuhan dengan nilai CSI tertinggi yaitu Curcuma longa Linn dengan nilai CSI 6, Curcuma heyneanae Val. dan Psidium guajava L. dengan nilai CSI 3,42. Nilai FL tertinggi yaitu pada spesies Piper retrofractum Vahl. dan Syzygium aromaticum L. sebesar 60%. Nilai FIC tertinggi yaitu pada pengobatan pasca melahirkan sebesar 0,368. Dari data nilai pemanfaatan yang tertinggi maka perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut terkait efek farmakologi dari tumbuhan Piper retrofractum Vahl. dan Syzygium aromaticum L. dalam pengobatan pemulihan pasca melahirkan.