Masalah gizi kronis seperti perawakan pendek pada anak usia dini memiliki prevalensi yang signifikan, baik secara global maupun di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor- faktor risiko yang berkontribusi terhadap kejadian perawakan pendek pada anak usia 2–5 tahun di wilayah Puskesmas Sukajaya, Bogor Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan pendekatan potong lintang (cross-sectional), melibatkan 78 balita yang dipilih secara acak sebagai sampel. Hasil menunjukkan prevalensi perawakan pendek sebesar 30,8% dan perawakan sangat pendek sebesar 60,3%. Faktor-faktor risiko yang teridentifikasi meliputi minimnya perhatian ibu terhadap pemberian makanan (92,3%), rendahnya pendapatan keluarga (< Rp 2.500.000), sebesar 89,7%, asupan karbohidrat yang tidak mencukupi (80,8%), asupan protein yang kurang (78,2%) serta sanitasi lingkungan yang buruk (82,1%). Selain itu, infeksi berulang seperti diare (87,2%) dan batuk pilek (84,6%) juga memberikan kontribusi signifikan terhadap kejadian ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa determinan utama perawakan pendek pada balita adalah kombinasi faktor gizi, sosial ekonomi, dan lingkungan. Rekomendasi yang diberikan mencakup peningkatan program intervensi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan, edukasi mengenai pola asuh gizi yang baik, serta perbaikan sanitasi lingkungan untuk menekan angka prevalensi perawakan pendek.