Teknologi informasi seperti dua sisi mata uang, disatu sisi dapat dijadikan sebagai sarana proses belajar, namun disisi lain konten-konten yang tidak tersaring internet tersebut telah memberikan pengaruh buruk bagi masyarakat, contohnya seperti penyebaran berita bohong (hoax), tidak sesuai dengan etika dan moral yang dianut masyarakat dan timbulnya ketergantungan anak pada media sosial dan game online. Oleh karenanya diperlukan suatu tindakan untuk membuka kesdaran masyarakat akan bahaya kecanduan gadget melalui gerakan budaya literasi. Literasi informasi bertujuan untuk membangun karakter generasi yang senang membaca, terbuka terhadap informasi dan mampu menyaring informasi negative. Desa Tanjungg Pering merupakan salah satu desa binaan Universitas Sriwijaya. Masyarakat desa Tanjung Pering belum menjadikan literasi sebagai kebiasaan karena beranggapan literasi merupakan kewajiban bagi anak sekolah. Oleh karena itu kegiatan ini dipersiapkan untuk meningkatkan budaya literasi dalam masyarakat melalui edukasi dan membuat pojok baca di desa Tanjungg Pering. Kegiatan diikuti oelh 30 orang ibu-ibu dan sangat didukung oleh Kepala Desa Tanjung Pering. Pojok baca diisi dengan buku buku cerita bergambar, cerita anak dan novel inpiratif untuk memberikan motivasi pada anak agar senang membaca dan terhindar dari bahaya buruk kecanduan hp. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gerakan literasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat guna mengurangi dan mencegah dampak buruk dari kecanduan dan pengaruh teknologi informasi khususnya gawai (gadget). Kegiatan ini merupakan awal yang diharapkan terus berkembang menjadi taman bacaan desa Tanjung Pering