Guru di Indonesia saat ini menjalankan peran ganda yang sangat strategis, berfungsi tidak hanya sebagai pengajar akademik, tetapi juga sebagai pembimbing dan konselor informal yang mendampingi peserta didik menghadapi tantangan akademik maupun psikososial. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan dokumentasi di sejumlah sekolah menengah di Jakarta, Yogyakarta, dan Palembang. Analisis data dilakukan dengan model interaktif Miles & Huberman, serta diperkaya dengan triangulasi data. Hasil menunjukkan bahwa guru mata pelajaran secara informal mengadopsi teknik konseling kreatif—seperti permainan edukatif dan dialog reflektif—yang efektif meningkatkan motivasi, regulasi diri, serta kepercayaan diri dan keterampilan sosial-emosional siswa. Meskipun demikian, masih terdapat kendala berupa rendahnya rasa percaya diri sebagian guru dalam menjalankan peran konselor, karena dianggap sebagai domain guru BK. Oleh karena itu, penguatan kapasitas melalui pelatihan keterampilan konseling dasar bagi guru sangat diperlukan. Selain itu, kolaborasi antara guru mata pelajaran, guru BK, dan pemangku kepentingan pendidikan menjadi langkah kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih manusiawi, inklusif, dan transformatif, sejalan dengan tuntutan era digital dan perubahan sosial yang cepat.