Santiago, Ivan
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ABSES BEZOLD AKIBAT OTITIS MEDIA DENGAN MASTOIDEKTOMI RADIKAL DAN INSISI DRAINASE : SEBUAH LAPORAN KASUS Tanujaya, Cyntia; Santiago, Ivan; Surya, Guntur; Wahyuni, Octavia Dwi
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 3 (2025): DESEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i3.51357

Abstract

Abscess Bezold, pertama kali dijelaskan pada tahun 1881 oleh Dr. Friedrich Bezold, merupakan komplikasi langka namun serius dari otitis media kronis yang terjadi akibat perforasi dan infeksi prosesus mastoideus, umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob. Kondisi ini ditandai dengan gejala nyeri leher, otalgia, otore, kehilangan pendengaran, dan pembengkakan di sekitar mastoid. Pengenalan dini dan penanganan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa, seperti mediastinitis dan infeksi intrakranial. Laporan ini memaparkan kasus seorang anak laki-laki berusia 7 tahun yang mengembangkan abses Bezold setelah mengalami riwayat keluarnya cairan telinga kronis dan gangguan pendengaran selama satu tahun akibat trauma dengan cotton bud. Pasien hadir dengan pembengkakan yang membesar dan nyeri di belakang telinga kanan serta leher lateral, disertai otore berbau tidak sedap. Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda-tanda peradangan, kerak, nyeri tekan, serta membran timpani yang perforasi. Pemeriksaan computed tomography (CT) menunjukkan destruksi tulang mastoid dengan pembentukan abses yang meluas ke daerah leher. Kasus ini menekankan pentingnya mempertimbangkan abses Bezold sebagai diagnosis diferensial pada pasien otitis media kronis yang disertai pembengkakan dan nyeri leher. Pencitraan, khususnya CT scan, berperan penting dalam memastikan diagnosis dan menilai luasnya infeksi. Drainase bedah dini dikombinasikan dengan terapi antibiotik yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi berat dan mencapai hasil yang baik.
BEDAH FLAP KONJUNGTIVA SEBAGAI TATALAKSANA ALTERNATIF PADA PERFORASI ULKUS KORNEA : LAPORAN KASUS Santiago, Ivan; Tanujaya, Cyntia; Juwita, Oktarina Nila; Wahyuni, Octavia Dwi
PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 9 No. 3 (2025): DESEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/prepotif.v9i3.51363

Abstract

Secara global, sekitar 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta mengalami gangguan penglihatan sedang hingga berat, dengan sekitar 80% kasus sebenarnya dapat dicegah. Kelainan kornea menyumbang sekitar 5,1% penyebab kebutaan di dunia, dan salah satu penyebab tersering adalah ulkus kornea infeksius yang memerlukan penanganan cepat dan tepat untuk mencegah komplikasi serius. Prosedur conjunctival flap (Gundersen) merupakan salah satu pilihan bedah untuk ulkus yang tidak responsif terhadap terapi medis karena mampu melindungi permukaan kornea dan mendukung penyembuhan. Seorang laki-laki Jawa berusia 59 tahun datang dengan keluhan nyeri hebat, fotofobia, dan discharge purulen pada mata kiri setelah trauma okular satu bulan sebelumnya, dengan riwayat diabetes melitus tidak terkontrol, hipertensi, serta operasi katarak. Pemeriksaan menunjukkan ulkus kornea perforasi sentral berukuran besar dengan dasar nekrotik dan kekeruhan kornea, sehingga dilakukan total conjunctival flap. Perbaikan awal tampak pascaoperasi, namun pada kontrol lanjutan terjadi pelepasan flap yang menyebabkan kekambuhan gejala dan akhirnya memerlukan tindakan eviserasi karena prognosis visual yang buruk. Ulkus kornea sendiri ditandai oleh defek epitel yang menyebabkan nekrosis stroma, umumnya akibat infeksi bakteri, dan prosedur conjunctival flap diindikasikan pada ulkus yang tidak sembuh atau mengalami perforasi karena dapat memberikan perlindungan permukaan serta mengurangi nyeri, meskipun komplikasi seperti pelepasan flap dapat terjadi. Walaupun penatalaksanaan pada kasus ini tidak berhasil, berbagai studi melaporkan tingkat keberhasilan anatomi lebih dari 70% pada tindakan conjunctival flap. Secara keseluruhan, conjunctival flap tetap menjadi pilihan terapi yang sederhana, efektif, dan ekonomis untuk menangani ulkus kornea refrakter, terutama di daerah dengan keterbatasan sumber daya.