Meningkatnya penggunaan internet di kalangan remaja membawa dampak positif maupun negatif. Salah satu ancaman yang kian meningkat adalah cybersex, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan perilaku seksual remaja. Desa wisata yang menjadi tempat interaksi sosial yang luas juga menjadi titik rawan bagi penyebaran fenomena ini. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi serta bahaya cybersex melalui pendidikan interaktif dan kampanye digital. Target luaran dari program ini meliputi peningkatan literasi digital, penyuluhan kesehatan reproduksi, serta terbentuknya kelompok remaja peduli internet sehat. Pendekatan yang digunakan adalah penyuluhan, workshop, dan pendampingan komunitas remaja di desa wisata. Dengan adanya program ini, diharapkan remaja lebih bijak dalam menggunakan internet serta mampu menghindari risiko cybersex. Kegiatan diikuti oleh 25 remaja Desa Sukaharja. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa upaya pencegahan cybersex di desa wisata melalui integrasi pendidikan kesehatan reproduksi dan literasi digital efektif meningkatkan pemahaman, kesadaran, serta kemampuan remaja dalam berbagi pengetahuan, meskipun perubahan perilaku jangka panjang masih memerlukan monitoring dan program berkelanjutan. Abstract The increasing use of the internet among adolescents has brought both positive and negative impacts. One of the growing threats is cybersex, which can affect adolescents’ mental health and sexual behavior. Tourist villages, as spaces for extensive social interaction, also serve as vulnerable points for the spread of this phenomenon. Therefore, this program aims to enhance adolescents’ awareness and understanding of reproductive health and the dangers of cybersex through interactive education and digital campaigns. The expected outcomes of this program include improved digital literacy, reproductive health education, and the establishment of youth groups promoting safe internet practices. The approaches employed consist of counseling sessions, workshops, and community mentoring for adolescents in tourist villages. Through this program, it is expected that adolescents will become more prudent in internet use and better equipped to avoid the risks of cybersex. The activities involved 25 adolescents from Sukaharja Village. The results indicate that efforts to prevent cybersex in tourist villages through the integration of reproductive health education and digital literacy have been effective in enhancing adolescents’ understanding, awareness, and ability to share knowledge, although long-term behavioral change still requires monitoring and sustained programs.