Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Literature Review: Sexually Transmitted Diseases In Prisoners Elsa fitri Ana; Chanda Paramitha Bherty; Durotul Yatimah; Retno Dwi Lestari; Niken Grah Prihartanti; Mudhawaroh, Mudhawaroh
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 03 (2024): Jurnal EduHealt (September), Year 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: The prevalence of sexually transmitted diseases is higher among prison populations compared with the general population. Prisoners have high rates of chronic conditions, and the experience of detention (exposure) generally has a greater impact on health than the length of detention. Aims: This article discusses some of the most important infectious diseases found in prisons. Methods: All research was conducted using a cross-sectional study design and published after 2018. Results: We found HIV, HBV, HCV and Syphilis as common sexually transmitted diseases in prison. HIV incidence was found to be 3.7%, 0.4%, 1.4%, 4.1%, and 1.6%. The incidence of hepatitis B in this study was 3.3%, 6.3%, 16.4%, and 41.5%, while the incidence of hepatitis C was 2.3%, 6.2%, 11.6%, 14.3%, and 18.9%. Syphilis was found in 7.0%, 22.1%, 1.1%, 2.0%, 0 and 1.2%. Conclusion: The incidence of sexually transmitted diseases found in the incarcerated population is high.
PENGEMBANGAN LAYANAN PENDIDIKAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN TPPO DAN PENGUATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DESA BULAK KECAMATAN JATIBARANG, KABUPATEN INDRAMAYU, PROVINSI JAWA BARAT Karta Sasmita; Daddy Darmawan; Setiawan Wibowo; Retno Dwi Lestari
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract This community service initiative is motivated by the challenges faced in Indramayu Regency, particularly in Bulak Village, in the areas of education and employment. The average length of schooling for residents in Indramayu is only 6.94 years, the lowest in West Java Province. This situation negatively impacts job opportunities, economic well-being, and increases the risk of human trafficking, especially for female migrant workers (TKW) working abroad. The Community Service Program is carried out using a community empowerment approach through the development of equivalency education and anti-human trafficking (TPPO) education campaigns. The program involves 25 participants, including village officials, PKBM administrators, PKK members, youth groups (Karang Taruna), and MSME actors. Activities are conducted through workshops and discussion forums designed to enhance participants' knowledge and skills. The implementation of this program successfully increased community awareness and skills in education, communication, and economic fields. This success was supported by active community participation and close collaboration with local government and related institutions. Keywords: Community Education, Human Trafficking, Community Empowerment Abstrak Pengabdian ini dilatar belakangi permasalah di Kabupaten Indramayu, khususnya Desa Bulak, menghadapi tantangan serius dalam bidang pendidikan dan ketenagakerjaan. Rata-rata lama sekolah penduduk di Indramayu hanya 6,94 tahun, yang merupakan angka terendah di Provinsi Jawa Barat. Kondisi ini berdampak negatif pada peluang kerja, kesehatan ekonomi, dan risiko tindak pidana perdagangan orang (TPPO), terutama bagi tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri. Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pendidikan kesetaraan, dan kampanye edukasi TPPO. Program ini melibatkan 25 peserta yang terdiri dari aparatur desa, pengurus PKBM, PKK, Karang Taruna, dan pelaku UMKM. Kegiatan dilakukan melalui penyuluhan dan forum diskusi yang dirancang untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta. Pelaksanaan program ini berhasil meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam bidang pendidikan, komunikasi, dan ekonomi. Keberhasilan ini didukung oleh partisipasi aktif masyarakat dan kolaborasi yang erat dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait. Kata Kunci: Pendidikan Kesetaraan, TPPO, Pemberdayaan Masyarakat.
PELATIHAN PACKAGING UNTUK MENINGKATKAN NILAI JUAL PRODUK MAKANAN LOKAL DI DESA BULAK JATIBARANG KABUPATEN INDRAMAYU Henny Herawaty Br Dalimunthe; Sri Kuswantono W; Retno Dwi Lestari; Fitri Khoiriyah Parinduri; Asma Syifa Nabihah; Guntur Saragih
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Rural communities produce various food products and handicrafts sourced from nature. Local products have several advantages that make them suitable for consumption or for fulfilling the needs of local markets in the area where they are produced, as well as in other regions. However, those who own businesses or produce food products often face challenges in sourcing raw materials, production, packaging, and marketing. The goal of this activity is to provide knowledge and skills to business owners in the community so that they can compete beyond their village. The method used involves providing training tailored to their needs. The expected outcome is to enhance their knowledge and skills in proper, correct, and attractive packaging. Keywords: Packaging, Community Enterprise, Empowerment Abstrak Kerajinan yang bersumber dari alam. Produk lokal memiliki berbagai keunggulan untuk layak dikonsumsi maupun untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan pasar lokal didaerah tempat di produksi maupun di luar daerah. Masyarakat yang memiliki usaha atau memproduksi berbagai produk makanan memiliki berbagai kendala baik dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku, produksi, packaging maupun pemasaran. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi pemilik masyarakat yang memiliki usaha agar mampu bersaing di luar desa. Metode kegiatan dengan memberikan latihan yang sesuai dengan kebutuhan. Hasil yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Packaging yang tepat, benar dan menarik. Kata Kunci: Packaging, Usaha Masyarakat, Pemberdayaan
“NGAMUMULE BUDAYA SUNDA JATUKRAMI”: ENHANCING CULTURAL LITERACY FOR BRIDAL MAKEUP ARTIST Retno Dwi Lestari; Elais Retnowati; Elsa Fitri Ana; Annisa Ramadhanty; Fathia Maharani
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract More than four thousand Bridal Makeup Artists are members of the Indonesian Bridal Makeup Experts Association (HARPI) Melati, West Java, Indonesia. However, less than 5% of them are aware of the meaning, messages, and implied values in traditional West Javanese Bridal. This condition has led to many traditional West Javanese bridal appearances that do not align with their philosophy. Based on this, the Community Service activity offers a cultural literacy workshop on traditional bridal customs for bridal makeup artists in West Java through Work Integrated Learning (WIL). The WIL model allows the workshop to be designed by integrating the theoretical cultural values of traditional West Javanese bridal customs with practice-based learning. The approach used Seminar and Competition with the theme “Ngamumule Budaya Sunda Jatukrami” using methods such as 1) lectures, 2) simulation, 3) practice, and 4) discussions. The teaching material used in this workshop is the book “From Philosophy to Innovation: Garut RA Lasminingrat Bridal Makeup”. This activity resulted in an increased understanding and competence among bridal makeup artists, making them more innovative, productive, and collaborative in preserving the cultural values of West Javanese bridal. Keywords: Work Integrated Learning, Competency, Traditional Bridal Cultural Literacy Abstrak Lebih dari empat ribu Penata Rias Pengantin adalah anggota Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia (HARPI) Melati, Jawa Barat, Indonesia. Namun, kurang dari 5% di antara mereka yang memahami makna, pesan, dan nilai-nilai tersirat dalam rias pengantin tradisional Jawa Barat. Kondisi ini menyebabkan banyak tampilan pengantin tradisional Jawa Barat yang tidak selaras dengan filosofinya. Berdasarkan hal ini, kegiatan Pengabdian Masyarakat dilaksanakan melalui seminar literasi budaya tentang adat pengantin tradisional untuk penata rias pengantin di Jawa Barat melalui Work Integrated Learning (WIL). Model WIL mampu mengintegrasikan nilai-nilai budaya teoretis adat pengantin tradisional Jawa Barat dengan pembelajaran berbasis praktik. Kegiatan diselenggarakan dengan tema "Ngamumule Budaya Sunda Jatukrami" melalui metode seperti 1) ceramah, 2) simulasi, 3) praktik, dan 4) diskusi. Materi pengajaran yang digunakan dalam seminar ini adalah buku "Dari Filosofi ke Inovasi: Rias Pengantin Garut RA Lasminingrat". Kegiatan ini menghasilkan peningkatan pemahaman dan kompetensi di kalangan penata rias pengantin, sehingga mereka menjadi lebih inovatif, produktif, dan kolaboratif dalam melestarikan nilai-nilai budaya pengantin tradisional Jawa Barat. Kata Kunci: Work Integrated Learning, Kompetensi, Literasi Budaya Pengantin Tradisional
PENDAMPINGAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN ANTI KEKERASAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEBERDAYAAN PEREMPUAN DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KAB. BEKASI Elais Retnowati; Anan Sutisna; Retno Dwi Lestari; Nirsa Ismi Almanda; Adrian Gilang Bahiscara
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Protection and fulfillment of reproductive and sexual health rights for Indonesian women remain very low. On the other hand, sex education is still considered taboo. Societal stigma tends to be negative towards victims of sexual violence. As a result, victims feel ashamed and unworthy of reporting themselves. Based on these issues, reproductive health and anti-violence support activities for women are carried out. This support is used as a strategy to improve human resources through self-identification that they are part of the problem. This awareness will lead participants to explore alternative solutions to address the issue. The activity is conducted using mentoring circle method. It aims to enhance empowerment through efforts to protect reproductive health and combat violence against women. The activities are carried out at Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Negeri 16 Rawasari. The results of the activity show an increase in participants' understanding of self-protection from sexual violence and reproductive health. Protection and fulfillment of reproductive and sexual health rights are demonstrated by the participants' ability to explain 1) the concept of reproductive health and sexual violence, 2) the relationship between reproductive health, sexual violence, and women's empowerment, 3) the application of healthy reproductive and anti-sexual violence behaviors, and 4) the practice of seeking help when experiencing reproductive issues and sexual violence. Keywords: Mentoring Circle, Reproductive Health, Anti-Violence Abstrak Perlindungan dan pemenuhan hak kesehatan reproduksi dan seksual bagi perempuan Indonesia masih sangat rendah. Di sisi lain, pendidikan seks masih dianggap tabu. Stigma masyarakat cenderung negatif terhadap korban kekerasan seksual. Akibatnya, korban merasa malu dan tidak layak melaporkan diri. Berdasarkan hal tersebut, kegiatan pendampingan kesehatan reproduksi dan anti kekerasan pada perempuan dilakukan. Pendampingan digunakan sebagai strategi peningkatan sumber daya manusia melalui identifikasi mandiri bahwa dirinya sebagai bagian dari masalah. Kesadaran ini akan mengarahkan peserta untuk menggali solusi alternatif mengatasi masalah tersebut. Kegiatan dilakukan dengan mentoring circle. Kegiatan ini untuk meningkatkan keberdayaan melalui upaya perlindungan kesehatan reproduksi dan anti kekerasan pada perempuan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Negeri 16 Rawasari. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan pemahaman perlindungan diri dari kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi. Perlindungan dan pemenuhan hak kesehatan reproduksi dan seksual ditunjukkan oleh kemampuan peserta menjelaskan 1) konsep kesehatan reproduksi dan kekerasan seksual, 2) kaitan kesehatan reproduksi, kekerasan seksual, dan keberdayaan perempuan, 3) penerapan perilaku sehat reproduksi dan anti kekerasan seksual, dan 4) penerapan perilaku meminta pertolongan jika mengalami gangguan reproduksi dan kekerasan seksual. Kata Kunci: Mentoring Circle, Kesehatan Reproduksi, Kekerasan Seksual
STRENGTHENING PANCASILA CHARACTER FOR MIGRANT CHILDREN AT THE SANGGAR BIMBINGAN AL AMIN MALAYSIA Sri Kuswantono; Henny Herawaty BR Dalimunthe; Retno Dwi Lestari; Nurul Azima; Akmaludin
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2024): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Children born to families of illegal Indonesian migrant workers (TKI) do not have access to education in Malaysia. Their limited bargaining power due to the absence of administrative documents results in these children being unable to receive proper education. The Sanggar Bimbingan (Guidance Studio) has become a non-formal education unit that provides basic life skills for these children. However, the implementation of Sanggar Bimbingan faces many challenges, such as the limited number of professional teachers, non-conducive learning environments, and scarce learning materials. Another issue is the limited knowledge about Indonesia as their homeland, posing a risk of eroding their Indonesian identity, particularly the values of Pancasila. This community service initiative aims to strengthen Pancasila Character through a project-based approach rich in cultural values. The activities were carried out at Sanggar Bimbingan Al Amin, Malaysia. The results show that the Pancasila Student Profile Project with the global diversity dimension was successfully achieved. This achievement is demonstrated by the learners' ability to name various traditional Indonesian clothing (C1-Remembering), group traditional clothing based on similarities in attire and ornaments used (C2-Understanding), identify characteristics of one of the chosen traditional outfits (C3-Applying), and explain to their peers about the selected traditional clothing (C4-Analyzing).   Abstrak Anak-anak yang lahir dari keluarga tenaga kerja Indonesia (TKI) ilegal tidak memiliki akses pendidikan di Malaysia. Rendahnya daya tawar karena ketiadaan dokumen administratif, mengakibatkan anak-anak ini tidak dapat menerima pendidikan yang layak. Sanggar Bimbingan telah menjadi unit pendidikan nonformal yang menyelenggarakan keterampilan dasar hidup bagi anak-anak ini. Namun, penyelenggaraan Sanggar Bimbingan menghadapi banyak tantangan, seperti terbatasnya jumlah guru profesional, lingkungan belajar yang tidak kondusif, dan terbatasnya bahan belajar. Permasalahan lain yang muncul ada terbatasanya pengetahuan mengenai Indonesia sebagai tanah air mereka. Hal ini menghadirkan risiko terkikisnya karakter Indonesia, terutama nilai-nilai Pancasila. Inisiatif pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memperkuat Karakter Pancasila melalui pendekatan berbasis projek yang kaya akan nilai budaya. Kegiatan ini dilaksanakan di Sanggar Bimbingan Al Amin, Malaysia. Hasil menunjukkan bahwa kegiatan Projek Profil Pelajar Pancasila dengan dimensi kebhinekaan global berhasil dicapai. Ketercapaian ini ditunjukkan dengan kemampuan peserta didik dalam menyebutkan ragam Pakaian Adat Indonesia (C1-Mengingat),  mengelompokkan pakaian adat berdasarkan kemiripan busana dan perhisasan yang digunakan (C2-Memahami),  mengidentifikasi ciri-ciri dari salah satu pakaian adat yang dipilih (C3-Menerapkan), dan  menjelaskan kepada teman mengenai pakaian adat yang dipilih. (C4-menganalisis).
Penghilangan Watermark Digital: Tinjauan Hukum dan Tantangan Penegakannya Hilman Nur; MAY, Nazwa St; Ega Puspita; Fuji Raihan Azhari Kusworo; Natasya Insani Auliarrahma; M Rafly Pradipa; Arfa Fadillah Tanjung; Retno Dwi Lestari
Journal Customary Law Vol. 2 No. 2 (2025): March
Publisher : Indonesian Journal Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47134/jcl.v2i2.3874

Abstract

Penghilangan watermark digital merupakan tantangan besar dalam perlindungan hak cipta di era digital. Watermark digunakan sebagai alat identifikasi dan perlindungan terhadap karya digital, tetapi keberadaannya dapat dengan mudah dihapus atau dimanipulasi, menimbulkan potensi pelanggaran hak cipta. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif untuk menganalisis aspek hukum terkait penghilangan watermark digital dalam perspektif Undang-Undang Hak Cipta (UU No. 28 Tahun 2014) dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE No. 11 Tahun 2008 jo. UU No. 1 Tahun 2024). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penghilangan watermark dapat dikategorikan sebagai tindak pidana, terutama jika dilakukan tanpa izin dan berdampak merugikan pemilik hak cipta. Namun, penegakan hukum masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk lemahnya regulasi, keterbatasan forensik digital, serta kurangnya pemahaman aparat hukum terhadap kejahatan siber. Peningkatan kapasitas penegak hukum, penguatan regulasi, dan pemanfaatan teknologi enkripsi serta blockchain dapat menjadi solusi dalam meningkatkan perlindungan hak cipta. Selain itu, kesadaran masyarakat dan pembuat kebijakan perlu ditingkatkan agar perlindungan hak cipta digital semakin efektif dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah ini, penghilangan watermark digital dapat diminimalisir, sehingga hak cipta di dunia digital lebih terlindungi dan dihormati.
PELATIHAN BEAUTYSHOOT: PENGANTIN TRADISIONAL, FOTOGRAFI, DAN NARASI BUDAYA Retno Dwi Lestari; Elais Retnowati; Puji Hadiyanti; Elsa Fitri Ana; Hafid Abbas; Ahmad Rofi
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2025): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Lembaga Sertifikasi Kompetensi Tata Rias Pengantin (LSK-TRP) berperan dalam meningkatkan mutu dan profesionalisme perias pengantin tradisional, namun menghadapi tantangan eksternal berupa rendahnya pemahaman pengantin tradisional (5%), rendahnya jumlah peserta uji kompetensi (30,5%), rendahnya kebutuhan sertifikat di dunia industri, serta rendahnya minat pelatihan, disertai kelemahan internal berupa ketergantungan pada Program PKK dan rendahnya relevansi konten Instagram sebagai sarana edukasi. Analisis SWOT menunjukkan perlunya peningkatan keterampilan fotografi media sosial, sehingga dilaksanakan Pelatihan Beautyshoot dengan pendekatan participatory photography methods untuk mengoptimalkan foto sebagai media pembelajaran berbasis pengalaman nyata. Kegiatan ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu inisiasi berupa pemaparan pentingnya media sosial, kualitas gambar, dan narasi visual- orientasi konsep melalui penjelasan teknis pencahayaan, sudut, dan komposisi- pelaksanaan berupa praktik pengambilan gambar dengan model dan backdrop- analisis kesesuaian hasil foto dengan narasi- serta diseminasi melalui publikasi karya di media sosial dan forum internal LSK-TRP. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan keterampilan fotografi peserta, penguatan dokumentasi keunikan pengantin tradisional, serta optimalisasi media sosial sebagai ruang pembelajaran, promosi, dan pemberdayaan. Abstract The Professional Certification Institute for Traditional Bridal Makeup (LSK-TRP) plays a significant role in enhancing the quality and professionalism of traditional bridal makeup artists. However, it faces several external challenges, including limited public understanding of traditional bridal makeup (5%), a low number of competency test participants (30.5%), minimal demand for certification within the industry, and limited interest in training programs. These are compounded by internal weaknesses such as dependence on the PKK Program and the limited relevance of Instagram content as an educational medium. A SWOT analysis indicates the need to strengthen social media photography skills; therefore, a beauty-shoot training program was implemented using participatory photography methods to optimize photography as an experiential learning medium. The program was conducted through five stages: (1) initiation, consisting of raising awareness of the importance of social media, image quality, and visual narratives; (2) conceptual orientation, including technical explanations of lighting, angles, and composition; (3) implementation, involving hands-on practice with models and backdrops; (4) analysis, evaluating the alignment between photographs and narratives; and (5) dissemination, through the publication of works on social media and internal LSK-TRP forums. The results demonstrate an improvement in participants’ photography skills, strengthened documentation of the uniqueness of traditional bridal makeup, and the optimization of social media as a platform for learning, promotion, and empowerment.
PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN LITERASI DIGITAL UNTUK MENCEGAH CYBERSEX PADA REMAJA DESA WISATA Elais Retnowati; Retno Dwi Lestari; Anan Sutisna; Hanifa Alya Lestiani; Adya Listia Ramadhanti; Adinda Dista Azahra
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 1 (2025): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2025
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Meningkatnya penggunaan internet di kalangan remaja membawa dampak positif maupun negatif. Salah satu ancaman yang kian meningkat adalah cybersex, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan perilaku seksual remaja. Desa wisata yang menjadi tempat interaksi sosial yang luas juga menjadi titik rawan bagi penyebaran fenomena ini. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja mengenai kesehatan reproduksi serta bahaya cybersex melalui pendidikan interaktif dan kampanye digital. Target luaran dari program ini meliputi peningkatan literasi digital, penyuluhan kesehatan reproduksi, serta terbentuknya kelompok remaja peduli internet sehat. Pendekatan yang digunakan adalah penyuluhan, workshop, dan pendampingan komunitas remaja di desa wisata. Dengan adanya program ini, diharapkan remaja lebih bijak dalam menggunakan internet serta mampu menghindari risiko cybersex. Kegiatan diikuti oleh 25 remaja Desa Sukaharja. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa upaya pencegahan cybersex di desa wisata melalui integrasi pendidikan kesehatan reproduksi dan literasi digital efektif meningkatkan pemahaman, kesadaran, serta kemampuan remaja dalam berbagi pengetahuan, meskipun perubahan perilaku jangka panjang masih memerlukan monitoring dan program berkelanjutan. Abstract The increasing use of the internet among adolescents has brought both positive and negative impacts. One of the growing threats is cybersex, which can affect adolescents’ mental health and sexual behavior. Tourist villages, as spaces for extensive social interaction, also serve as vulnerable points for the spread of this phenomenon. Therefore, this program aims to enhance adolescents’ awareness and understanding of reproductive health and the dangers of cybersex through interactive education and digital campaigns. The expected outcomes of this program include improved digital literacy, reproductive health education, and the establishment of youth groups promoting safe internet practices. The approaches employed consist of counseling sessions, workshops, and community mentoring for adolescents in tourist villages. Through this program, it is expected that adolescents will become more prudent in internet use and better equipped to avoid the risks of cybersex. The activities involved 25 adolescents from Sukaharja Village. The results indicate that efforts to prevent cybersex in tourist villages through the integration of reproductive health education and digital literacy have been effective in enhancing adolescents’ understanding, awareness, and ability to share knowledge, although long-term behavioral change still requires monitoring and sustained programs.