Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Sosialisasi Pemanfaatan Cacing Tanah dalam Pengelolaan Sampah Organik Menjadi Vermikompos: Socialization on the Utilization of Earthworms in Organic Waste Management into Vermicompost Ardini Wulandari; Rizaldi Maadji; Siti Rahmatia Pratiwi; Fatimah Maulida; Moh. Baitullah Amaludin
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 12: Desember 2025 - In Progress
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i12.9410

Abstract

Sosialisasi pemanfaatan cacing tanah sebagai agen utama dalam pengelolaan sampah organik menjadi vermikompos menjadi strategi ramah lingkungan yang efektif. Vermikompos merupakan produk dekomposisi biologis yang dihasilkan oleh interaksi antara cacing tanah dan mikroorganisme yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Vermikompos terbukti lebih unggul dibandingkan kompos tradisional karena memiliki porositas tinggi, kemampuan menahan air, dan peningkatan kandungan nutrisi seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Program sosialisasi ini bertujuan untuk membekali petugas TPS3R dan masyarakat sekitar TPS3R Huntap Duyu dengan pengetahuan serta keterampilan praktis mengenai metode sederhana pembuatan vermikompos dari sampah organik domestik. Metode pelaksanaan meliputi tahap persiapan, tahap sosialisasi dan praktik langsung disertai dengan pemilihan media yang sesuai, pengendalian kelembapan, serta penentuan waktu pengomposan yang optimal. Hasil kegiatan menunjukkan peserta memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai konsep vermikompos dalam pengelolaan sampah organik serta proses produksi vermikompos dengan berlangsung efektif selama ±30 hari dengan kelembapan terjaga pada kisaran 70–80%. Selain itu, peserta diharapkan mampu memproduksi vermikompos secara mandiri dengan memanfaatkan sampah organik yang tersedia di TPS3R maupun dirumah masyarakat, mulai dari tahap pemilahan sampah, penyiapan media (wadah dan tanah), menyiapkan cacing tanah, proses pemeliharaan, hingga memanen hasil vermikompos. Produk vermikompos diharapkan dapat menjadi solusi efektif dalam mengurangi volume sampah organik sekaligus mendukung program pengelolaan sampah berkelanjutan di TPS3R dan lingkungan sekitarnya.
Perbandingan Efektivitas Marchantia polymorpha dan Sphagnum spp. sebagai Bioindikator Timbal di Kawasan Lalu Lintas Padat Kota Palu: Comparison of the Effectiveness of Marchantia polymorpha and Sphagnum spp. as Lead Bioindicators in Heavy Traffic Areas of Palu City Ardini Wulandari; Alricha; Fatimah Maulida; Darasita Zahra Dayanun; Siti Rahmatia Pratiwi; Moh. Baitullah Amaludin; Awwalini Maghfirah Salim
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 8 No. 12: Desember 2025 - In Progress
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v8i12.9411

Abstract

enelitian biomonitoring kualitas udara dengan bioindikator lumut semakin berkembang sebagai alternatif metode pemantauan konvensional yang umumnya membutuhkan biaya tinggi, peralatan canggih, dan tenaga ahli. Studi ini bertujuan membandingkan efektivitas dua jenis lumut, yaitu lumut hati Marchantia polymorpha dan lumut gambut Sphagnum spp., dalam menyerap logam berat timbal (Pb) pada lingkungan dengan tingkat pencemaran lalu lintas berbeda di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Penggunaan lumut dipilih karena kemampuannya menyerap polutan langsung dari atmosfer melalui permukaan tubuh tanpa adanya sistem pembuluh atau kutikula pelindung. Penelitian dilakukan dengan dua pendekatan lokasi. Marchantia polymorpha digunakan pada kawasan SPBU Pertamina Martadinata yang memiliki intensitas lalu lintas tinggi. Sementara itu, Sphagnum spp. ditempatkan pada kawasan lampu merah Jalan Suprapto, Besusu Tengah, yang merupakan titik akumulasi emisi kendaraan bermotor. Selain mengukur akumulasi timbal, penelitian ini juga menganalisis faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, curah hujan, dan arah angin untuk melihat pengaruh kondisi mikroklimat terhadap penyerapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa M. polymorpha, dengan permukaan talus yang lebar, mampu mengakumulasi timbal secara efektif di lingkungan urban tropis yang terpapar polutan kendaraan. Di sisi lain, Sphagnum spp. memiliki sel hialin yang mampu menyerap air dan logam berat dengan lebih tinggi, sehingga responsif terhadap perubahan kelembaban dan kondisi mikroklimat. Temuan ini menegaskan bahwa kedua jenis lumut merupakan bioindikator efektif dengan keunggulan masing-masing, dan berpotensi digunakan sebagai metode biomonitoring yang murah, praktis, serta mendukung pengendalian pencemaran udara di kawasan perkotaan.