Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Relevansi dan Dinamika Penggunaan Mantra dan Doa Laut Suku Bajau di Pulau Maratua pada Era Modern Taqdiraa, Taqdiraa; Nina Queena Hadi Putri; Widyatmike Gede Mulawarman; Syaiful Arifin; Bahri Arifin; Ahmad Mubarok
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 11 No. 4 (2025): Penulis dari 3 negara (Indonesia, Jerman dan Turki)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v11i4.7385

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis relevansi dan dinamika penggunaan mantra serta doa laut Suku Bajau di Pulau Maratua di tengah pengaruh modernisasi, islamisasi, dan perkembangan teknologi. Sebagai komunitas maritim, masyarakat Bajau memaknai mantra dan doa laut sebagai media sakral untuk perlindungan, keselamatan, dan hubungan spiritual dengan laut, namun perubahan sosial menyebabkan pergeseran fungsi dan makna tradisi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain etnolinguistik melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap tetua adat, nelayan, tokoh agama, serta generasi muda. Data dianalisis menggunakan model Miles dan Huberman dengan triangulasi teknik dan sumber untuk menjaga validitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mantra dan doa mengalami transformasi dari praktik magis menuju praktik religius serta simbol identitas budaya,  penggunaannya kini lebih banyak dijumpai dalam ritual tertentu seperti sedekah laut dan mandi safar dibanding aktivitas melaut sehari-hari. Generasi tua masih memaknai doa sebagai pelindung sakral, sedangkan generasi muda lebih menempatkannya sebagai bagian dari tradisi dan etika bermaritim. Faktor pelestarian meliputi identitas etnis, ritual kolektif, dan dokumentasi akademik, sementara faktor pergeseran mencakup islamisasi, teknologi navigasi modern, dan globalisasi. Temuan ini menegaskan bahwa tradisi mantra dan doa laut tidak hilang, melainkan bertransformasi menjadi praktik religius-sosial yang meneguhkan identitas Bajau. Pelestarian tradisi memerlukan dokumentasi berkelanjutan, pewarisan antargenerasi, serta integrasi pengetahuan budaya ke dalam pendidikan dan media digital.