Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi salah satu pilar utama dalam upaya transisi energi bersih dan pengurangan emisi karbon di Indonesia. Pemanfaatan teknologi PLTS terus meningkat melalui berbagai bentuk instalasi, seperti sistem atap (rooftop), sistem lahan (ground-mounted), dan sistem terapung (floating solar PV), yang dirancang untuk mengoptimalkan potensi energi surya sesuai kondisi geografis dan kebutuhan beban. Namun, penerapan standar teknis dan regulasi yang berbeda pada tiap tipe instalasi menimbulkan tantangan dalam menjamin keselamatan ketenagalistrikan, keandalan operasi, dan efisiensi sistem secara keseluruhan. Studi ini melakukan tinjauan mendalam terhadap berbagai standar nasional dan internasional yang relevan dengan instalasi PLTS, mencakup SNI, PUIL 2011, IEC 61215, IEC 61730, NEC 690, dan IEEE 1547. Analisis perbandingan dilakukan untuk menilai keselarasan antara standar nasional dengan praktik terbaik internasional di negara maju seperti Jerman, Jepang, dan Australia. Hasil kajian menunjukkan bahwa sebagian besar SNI telah mengadopsi acuan IEC secara substansial, namun implementasi di lapangan masih menghadapi kendala berupa keterbatasan kompetensi teknisi, fasilitas pengujian yang belum memadai, serta lemahnya sistem sertifikasi dan pengawasan mutu. Rekomendasi utama dari penelitian ini mencakup perlunya harmonisasi regulasi antarinstansi, penguatan kapasitas sumber daya manusia di bidang ketenagalistrikan surya, dan peningkatan sistem akreditasi serta uji tipe untuk menjamin mutu dan keselamatan instalasi PLTS di seluruh Indonesia. Dengan langkah tersebut, diharapkan penerapan PLTS nasional dapat mencapai standar internasional dan mendukung pencapaian target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) secara berkelanjutan.