Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Optimalisasi Jaringan Logistik Udara Di Pegunungan Tengah Provinsi Papua Berdasarkan Aanalisis ANT Colony System Humang, Windra
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 28 No. 4 (2016): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.813 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v28i4.594

Abstract

Pola jaringan transportasi logistik di Provinsi Papua masih memiliki tantangan yang besar. Berbagai faktor penyebabnya diantaranya keterbatasan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi, pola penyebaran penduduk yang terpencar-pencar, kondisi geografi, topografi serta cuaca. Tujuan penelitian ini adalah analisis pola distribusi logistik udara di Pegunungan Tengah, dan rute pelayanan angkutan barang yang efektif berdasarkan model ant colony system. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu analisis pola distribusi dan rantai pasok, analisis prediksi permintaan muatan barang, dan analisis Jaringan Distribusi dengan pendekatan Ant Colony System (ACS). Hasil analisis menunjukkan bahwa saat ini distribusi logistik di wilayah selatan Provinsi Papua masuk melalui Pelabuhan Pomako Timika, kemudian melewati tahap bongkar muat dan diangkut ke Bandar Udara Mozes Kilangin menggunakan transportasi darat. Barang tersebut diangkut melalui transportasi udara dengan menggunakan pesawat perintis jenis twin otter, pilatusdan caravanke wilayah Pegunungan Tengah. Kebutuhan muatan barang di Pengunungan Tengah rata-rata sebesar 413.531 kg per bulan. Angkutan udara eksisting berupa penerbangan perintis di nilai sudah tidak efisien karena biaya yang dibutuhkan sangat mahal mencapai Rp. 24.000 – Rp. 35.000 per kg. Ditemukan 3 jaringan yang cocok untuk diterapkan yaitu: Rute 1 : Timika  Tigi  Paniai Timur  Homeyo Biandoga  Supaga  Timika, Rute 2 : Timika  Ilaga  Beoga  Agadugume Doufu  Wangbe  Sinak  Timika, dan Rute 3 : Timika Mapenduma  Keeyam  Dekai  Timika.
Pelabuhan Kuala Tanjung Sebagai Pelabuhan Hub Internasional Ditinjau dari Aspek Jaringan Pelayanan Siahaan, Wilmar Jonris; Humang, Windra Priatna; Kurniawan, Abdy; Sinaga, Rosita
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 31 No. 2 (2019): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.253 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v31i2.963

Abstract

AbstrakPelabuhan Kuala Tanjung berpotensi menjadi hub logistik untuk kawasan Asia Pasifik. Dari posisi geografis, letaknya sangat strategis karena berhadapan langsung dengan Selat Malaka dan berpotensi sebagai pelabuhan penunjang bagi Pelabuhan Belawan.Tujuan penelitian ini adalah menyusuan rekomendasi pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan hub internasional ditinjau dari aspek jaringan pelayanan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kombinasi antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang digunakan yaitu deskriptif, regresi berganda dan SWOT. Besarnya demand dan posisi yang strategis di alur pelayaran internasional serta didukung oleh kedalaman kolam pelabuhan 16-17 mLWS mampu disandari kapal-kapal dengan kapasitas lebih besar 50.000 DWT. Pelabuhan Kuala Tanjung dititikberatkan untuk dapat menarik demand dari rute-rute strategis yang dilalui oleh shipping line utama di Selat Malaka, seperti MAERSK, CMA, EVERGREEN, dan lain-lain. Menjadikan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai satu-satunya pelabuhan di Indonesia Bagian Barat untuk melakukan Ekspor Impor berdasarkan Port Centrality Index. Pembangunan konektivitas jaringan transportasi global antar pulau secara terintegrasi dengan mengembangkan jalur pelayaran dan operasional short sea shipping secara terjadwal serta revitalisasi pelabuhan pengumpul dan utama guna menjamin muatan di Kuala Tanjung.Kata kunci: Kuala Tanjung, Hub Internasional, Jaringan Pelayanan. AbstractKuala Tanjung Port as an International Hub Port Review from The Service Network Aspect: Kuala Tanjung Port has the potential to become a logistics hub for the Asia Pacific region. From the geographical position, the location is very strategic because it deals directly with the Malacca Strait and has potential as a supporting port for Belawan Harbor. The purpose of this research is to develop recommendation of Kuala Tanjung Port development as international hub port in terms of network service aspect. The research approach used is a combination of qualitative and quantitative research. The analytical method used is descriptive, multiple regression and SWOT. The magnitude of demand and strategic position in the international shipping lanes and supported by the depth of harbor pool 16-17 mLWS capable of in transit ships with a capacity of lebih besar 50,000 DWT. Kuala Tanjung Port is focused on being able to attract demand from strategic routes through major shipping line in the Malacca Strait, such as MAERSK, CMA, EVERGREEN, and others. Making Port of Kuala Tanjung as the only port in Western Indonesia to conduct Import Export by Port Centrality Index. Development of integrated inter-island transport network connectivity by developing shipping lanes and scheduled short sea shipping operations as well as revitalization of main and collecting ports to ensure cargo at Kuala Tanjung.Keywords: Kuala Tanjung, International Hub, Service Network.
Prospek Pelabuhan Bitung Sebagai Simpul Utara Koridor Ekonomi MP3EI Sulawesi Humang, Windra Priatna; Jinca, M. Yamin; Salamah, Umi
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 25 No. 2 (2013): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1418.645 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v25i2.709

Abstract

Peran sektor transportasi laut sebagai penggerak kegiatan logistik belum terkoordinasi secara efektif. Infrastruktur pelabuhan yang tidak memadai menyebabkan penurunan indeks kinerja logistik di Indonesia. Pelabuhan Bitung sebagai Hub Global dalam hal ini, upaya pengembangan dibutuhkan untuk pengembangan pelabuhan di masa mendatang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimental deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yang merupakan jenis studi kasus dengan pengamatan lapangan. Analisis yang digunakan meliputi analisis perkembangan ekonomi, analisis potensi hinterland, pelabuhan kinerja dan analisis SWOT. Secara umum, perkembangan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara cenderung meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pencapaian rencana MP3EI. Potensi daerah cukup besar untuk hinterland Pelabuhan Bitung ditandai dengan peningkatan produksi komoditas. Penurunan kinerja operasi pelabuhan diasumsikan karena ketidakmampuan memenuhi layanan kebutuhan dermaga untuk beberapa tahun kedepan. Dengan demikian diharapkan akan dilakukan peningkatan kapasitas dan produktivitas pelabuhan serta peningkatan akses jaringan angkutan hinterland (darat dan laut) dari daerah-daerah untuk distribusi produk sehingga terintegrasi dan terhubung.
Model Sistem Angkutan Umum Wilayah Metropolitan Mamminasata dalam Rangka Efisiensi Pergerakan Masyarakat Perkotaan Humang, Windra Priatna
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 27 No. 5 (2015): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.668 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v27i5.804

Abstract

Pertumbuhan ekonomi perkotaan berdampak pada peningkatan aktivitas penduduk yang menimbulkan mobilitas yang semakin tinggi. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di Indonesia masih belum memadai dilihat dari kuantitas dan kualitasnya. Pada akhirnya persoalan lalu lintas akan timbul seiring dengan kebutuhan pergerakan masyarakat perkotaan, tidak terkecuali di wilayah Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar). Melihat kondisi tersebut, diperlukan solusi guna mengantisipasi dampak yang lebih besar. Penelitian ini mencoba mencari solusi terkait kondisi angkutan umum perkotaan yang kinerjanya dinilai semakin hari semakin memprihatinkan.Tujuan penelitian ini adalah 1) menilai kinerja pelayanan angkutan umum yang ada  (pete-pete) di wilayah Mamminasata, dan 2) menentukan model sistem angkutan umum yang efisien untuk mendukung pergerakan masyarakat di wilayah Mamminasata. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, komparatif dan bersifat studi kasus yang secara garis besar merupakan rangkaian proses identifikasi dan analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah 1) analisis pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah Mamminasata, 2) analisis Costumer Satisfaction Indeks (CSI) dan Importance Performance Analysis (IPA), 3) Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 indikator sistranas, indikator yang dinilai rendah dan menjadi prioritas untuk ditingkatkan antara lain aksesibilitas, keterpaduan, tepat waktu, nyaman, kapasitas, efisien. Sedangkan jika dilihat dari kinerja tiap aspeknya, bobot kinerja yang tertinggi adalah aspek sosial sebesar 3,869, aspek lingkungan sebesar 3,724 dan yang paling rendah adalah aspek ekonomi sebesar 3,431. Model sistem angkutan umum kereta api komuter dinilai sebagai alternatif yang paling efisien dibandingkan monorel, BRT dan pete-pete, walaupun demikian, sinergitas/keterpaduan keempat moda tersebut merupakan model yang paling baik. Sistem keterpaduan diwujudkan dengan mengembangkan kereta api komuter sebagai main line ditunjang oleh monorel dan BRT sebagai midle feeder sedangkan pete-pete sebagai small feeder.
Kinerja Jaringan Transportasi Jalan Akses dari Hinterland ke Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Palopo Humang, Windra Priatna
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 30 No. 1 (2018): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.295 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v30i1.402

Abstract

Pelabuhan Tanjung Ringgit sebagai salah satu pelabuhan yang diprediksi menjadi pelabuhan andalan di kawasan timur Sulawesi Selatan (Perairan Teluk Bone) yang diharapkan mampu mengantisipasi pergerakan arus bongkar muat (B/M) barang di wilayah hinterland-nya. Permasalahan pelayanan jaringan jalan dalam rangka distribusi barang dari pelabuhan ke hinterland atau sebaliknya terkadang menghambat proses/ kinerja operasional pelabuhan. Salah satunya adalah lamanya waktu tunggu kapal di pelabuhan akibat menunggu kendaraan angkut. Pengumpulan data dilakukan secara primer melalui wawancara atau pengamatan lapangan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis IPA dan CSI, berdasarkan indikator Sistranas KM. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja jaringan prasarana akses pelabuhan ke wilayah hinterland yang dianggap baik yaitu indikator keselamatan, mudah, tarif terjangkau dan aksesibilitas. Sementara indikator yang berkinerja rendah dan menjadi prioritas untuk ditingkatkan yaitu kapasitas, efisien, teratur, nyaman dan tepat waktu untuk kinerja jaringan pelayanan yang dianggap baik yaitu meliputi keselamatan, aman dan lancar dan cepat. Sedangkan yang perlu mendapatkan prioritas perbaikan kinerja yaitu keterpaduan, kapasitas, aksesibilitas, tepat waktu, nyaman dan teratur.
ANALISIS BANGKITAN TRANSPORTASI LAUT DI PELABUHAN TANJUNG RINGGIT KOTA PALOPO Humang, Windra
Jurnal Penelitian Transportasi Laut Vol 19, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Transportasi Laut
Publisher : Puslitbang Transportasi Laut, Sungai, Danau, dan Penyeberangan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/transla.v19i2.486

Abstract

Potensi komoditi unggulan dari wilayah hinterland, menjadikan Pelabuhan Tanjung Ringgit berpotensi menjadi simpul transportasi laut yang penting di Sulawesi Selatan. Oleh sebab itu, perlu diketahui berapa besar bangkitan transportasi laut baik general cargo maupun petikemas yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis LQ dan analisis regresi berganda.Hasil analisis menunjukkan Potensi komoditi unggulan wilayah hinterland Pelabuhan Tanjung Ringgit berupa hasil pertanian berupa beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar kedelai, kacang tanah dan kacang hijau, hasil perkebunan berupa kakao serta hasil CPO dari kelapa sawit. Rata-rata tingkat pertumbuhan arus barang general cargo di Pelabuhan Tanjung Ringgit sebesar 8% pertahun. Hasil prediksi bongkar muat barang general cargo memperlihatkan volume barang tahun 2020 mencapai 459,735 ton, tahun 2025 mencapai 559,894 ton, tahun 2030 mencapai 684,485 ton dan tahun 2035 mencapai 839,940 ton. Sedangkan untuk volume bongkar muat petikemas, rata-rata pertumbuhan mencapai 10% pertahun, hasil prediksi bongkar muat petikemas tahun 2020 mencapai 3.764 TEUs, tahun 2025 mencapai 5.441 TEUs, tahun 2030 mencapai 7.902 TEUs dan tahun 2035 mencapai 11.530 TEUs.
Model Permintaan dan Peran Stakeholder untuk Meningkatkan Muatan General Cargo Angkutan Pelayaran Rakyat Humang, Windra Priatna
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 33 No. 1 (2021): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v33i1.1676

Abstract

AbstrakPelayaran Rakyat (Pelra) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem transportasi laut di Indonesia, khususnya dalam distribusi logistik di wilayah kepulauan. Saat ini eksistensi Pelra terancam karena ketidakmampuannya bersaing dengan armada pelayaran nasional, di tengah kebijakan untuk meningkatkan konektivitas melalui program Tol Laut. Tujuan penelitian ini adalah memprediksi permintaan muatan general cargo dan menganalisis peran stakeholder dalam peningkatan muatan angkutan Pelra. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi penurunan muatan Pelra di lokasi penelitian yaitu Pelabuhan Paotere (Makassar), Pelabuhan Tenau (Kupang), Pelabuhan Batu Merah (Ambon), Pelabuhan Bastiong (Ternate), dan Pelabuhan Angrem (Manokwari). Pangsa (share) muatan yang diangkut oleh armada Pelra sangat minim dan tiap tahun mengalami penurunan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh stakeholder antara lain: 1). Penerbitan Peraturan Presiden tentang Pemberdayaan Pelayaran Rakyat; 2). Pemberian subsidi agar mampu bersaing dengan armada pelayaran nasional; 3). Kerjasama antara Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Bulog, dan Asosiasi Pelra untuk distribusi barang pada wilayah terpencil dan perbatasan; 4). Peningkatan kemampuan pembangunan kapal yang tidak hanya terbatas pada kayu namun juga bahan baja dan Fiber Reinforced Composite (FRC); 5). Penyesuaian trayek/rute kapal Pelra dengan trayek/rute kapal Tol Laut, perintis, dan kapal niaga sehingga terjadi integrasi jaringan; 6). Peningkatan standar pembuatan kapal Pelra dan penyesuaian dengan standar PT. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI); 7). Pengembangan prototipe kapal Pelra yang disesuaikan dengan kondisi perairan baik kapal barang, kapal ternak, maupun kapal wisata; 8). Pemberian kemudahan memperoleh modal dan asuransi; 9). Penerbitan Peraturan tentang Konsesi Hutan Tanaman Kayu Ulin untuk Industri Kapal Pelra.Kata kunci: General Cargo, Kapal, Pelayaran Rakyat, Transportasi Laut.AbstractDemand Model and the Role of Stakeholders to Increase General Cargo on Traditional Shipping: Tradisional shipping (Pelra) is an integral part of the marine transportation system in Indonesia, especially in logistics distribution in archipelagic areas. Currently, Pelra’s existence is threatened because of its inability to compete with the national shipping fleet, amidst the national policy to improve connectivity through the Sea Tollway program. The purpose of this paper is to predict the demand for general cargo and analyze the role of stakeholders in increasing Traditional Shipping cargo. The results of the analysis showed that there was a decline in the traditional shipping cargo at the research sites, including the Port of Paotere (Makassar), Port of Tenau (Kupang), Port of Batu Merah (Ambon), Port of Bastiong (Ternate), and Port of Angrem (Manokwari). The share of cargo distributed by Traditional Shipping is very minimal and has decreased every year. Some of the efforts that can be made by the stakeholders include: 1). Issuance of Presidential Decree on Empowerment of Traditional Shipping; 2). Providing subsidies to be able to compete with the national shipping fleet; 3). Collaboration between the Regional Government, BUMN, Bulog, and Traditional Shipping Association for the distribution of goods in remote and border areas; 4). Improving the ability to build ships that are not only limited to wood but also steel and Fiber Reinforced Composite (FRC) materials; 5). Adjustment of traditional shipping route of the ship to the route of the Sea Tollway, pioneer and commercial vessels to develop network integration; 6). Improving the standard for the manufacture of Traditional Shipping vessel and adjusting to PT. Biro KIasifikasi Indonesia (BKI) standards; 7). Development of prototypes of Traditional Shipping vessel that is adapted to the conditions of the waters both cargo, livestock, and tourist vessels; 8). Provision of facilities to obtain capital and insurance; 9). Issuance of Regulations concerning Ironwood Forest Concessions for the Traditional Shipping Industry.Keywords:  General Cargo, Ship, Traditional Shipping, Sea Transportation.
Kinerja Jaringan Transportasi Jalan Akses dari Hinterland ke Pelabuhan Tanjung Ringgit Kota Palopo Humang, Windra Priatna
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 30 No. 1 (2018): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v30i1.402

Abstract

Pelabuhan Tanjung Ringgit sebagai salah satu pelabuhan yang diprediksi menjadi pelabuhan andalan di kawasan timur Sulawesi Selatan (Perairan Teluk Bone) yang diharapkan mampu mengantisipasi pergerakan arus bongkar muat (B/M) barang di wilayah hinterland-nya. Permasalahan pelayanan jaringan jalan dalam rangka distribusi barang dari pelabuhan ke hinterland atau sebaliknya terkadang menghambat proses/ kinerja operasional pelabuhan. Salah satunya adalah lamanya waktu tunggu kapal di pelabuhan akibat menunggu kendaraan angkut. Pengumpulan data dilakukan secara primer melalui wawancara atau pengamatan lapangan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis IPA dan CSI, berdasarkan indikator Sistranas KM. 49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja jaringan prasarana akses pelabuhan ke wilayah hinterland yang dianggap baik yaitu indikator keselamatan, mudah, tarif terjangkau dan aksesibilitas. Sementara indikator yang berkinerja rendah dan menjadi prioritas untuk ditingkatkan yaitu kapasitas, efisien, teratur, nyaman dan tepat waktu untuk kinerja jaringan pelayanan yang dianggap baik yaitu meliputi keselamatan, aman dan lancar dan cepat. Sedangkan yang perlu mendapatkan prioritas perbaikan kinerja yaitu keterpaduan, kapasitas, aksesibilitas, tepat waktu, nyaman dan teratur.
Optimalisasi Jaringan Logistik Udara Di Pegunungan Tengah Provinsi Papua Berdasarkan Aanalisis ANT Colony System Humang, Windra
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 28 No. 4 (2016): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v28i4.594

Abstract

Pola jaringan transportasi logistik di Provinsi Papua masih memiliki tantangan yang besar. Berbagai faktor penyebabnya diantaranya keterbatasan jaringan prasarana dan pelayanan transportasi, pola penyebaran penduduk yang terpencar-pencar, kondisi geografi, topografi serta cuaca. Tujuan penelitian ini adalah analisis pola distribusi logistik udara di Pegunungan Tengah, dan rute pelayanan angkutan barang yang efektif berdasarkan model ant colony system. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu analisis pola distribusi dan rantai pasok, analisis prediksi permintaan muatan barang, dan analisis Jaringan Distribusi dengan pendekatan Ant Colony System (ACS). Hasil analisis menunjukkan bahwa saat ini distribusi logistik di wilayah selatan Provinsi Papua masuk melalui Pelabuhan Pomako Timika, kemudian melewati tahap bongkar muat dan diangkut ke Bandar Udara Mozes Kilangin menggunakan transportasi darat. Barang tersebut diangkut melalui transportasi udara dengan menggunakan pesawat perintis jenis twin otter, pilatusdan caravanke wilayah Pegunungan Tengah. Kebutuhan muatan barang di Pengunungan Tengah rata-rata sebesar 413.531 kg per bulan. Angkutan udara eksisting berupa penerbangan perintis di nilai sudah tidak efisien karena biaya yang dibutuhkan sangat mahal mencapai Rp. 24.000 – Rp. 35.000 per kg. Ditemukan 3 jaringan yang cocok untuk diterapkan yaitu: Rute 1 : Timika  Tigi  Paniai Timur  Homeyo Biandoga  Supaga  Timika, Rute 2 : Timika  Ilaga  Beoga  Agadugume Doufu  Wangbe  Sinak  Timika, dan Rute 3 : Timika Mapenduma  Keeyam  Dekai  Timika.
Prospek Pelabuhan Bitung Sebagai Simpul Utara Koridor Ekonomi MP3EI Sulawesi Humang, Windra Priatna; Jinca, M. Yamin; Salamah, Umi
Warta Penelitian Perhubungan Vol. 25 No. 2 (2013): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/warlit.v25i2.709

Abstract

Peran sektor transportasi laut sebagai penggerak kegiatan logistik belum terkoordinasi secara efektif. Infrastruktur pelabuhan yang tidak memadai menyebabkan penurunan indeks kinerja logistik di Indonesia. Pelabuhan Bitung sebagai Hub Global dalam hal ini, upaya pengembangan dibutuhkan untuk pengembangan pelabuhan di masa mendatang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimental deskriptif kuantitatif dan kualitatif, yang merupakan jenis studi kasus dengan pengamatan lapangan. Analisis yang digunakan meliputi analisis perkembangan ekonomi, analisis potensi hinterland, pelabuhan kinerja dan analisis SWOT. Secara umum, perkembangan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara cenderung meningkat tetapi tidak diimbangi dengan pencapaian rencana MP3EI. Potensi daerah cukup besar untuk hinterland Pelabuhan Bitung ditandai dengan peningkatan produksi komoditas. Penurunan kinerja operasi pelabuhan diasumsikan karena ketidakmampuan memenuhi layanan kebutuhan dermaga untuk beberapa tahun kedepan. Dengan demikian diharapkan akan dilakukan peningkatan kapasitas dan produktivitas pelabuhan serta peningkatan akses jaringan angkutan hinterland (darat dan laut) dari daerah-daerah untuk distribusi produk sehingga terintegrasi dan terhubung.