Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

FORMULASI MASKER EMULGEL PEEL-OFF EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) SEBAGAI ANTI JERAWAT Sari, Nimas Ayu; Santoso, Rahmat; Mardhiani, Yanni Dhiani
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No Edisi Khus (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 Edisi Khusus SemNas Tanaman Obat Indon
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.789 KB)

Abstract

Jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan pada kelenjar polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul pada tempat predileksi. Penyebab jerawat adalah faktor hormonal, hipersekresi kelenjar sebasea, dan infeksi bakteri. Beberapa bakteri penyebab jerawat adalah Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Rimpang jahe merah merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai antijerawat. memformulasikan ekstrak rimpang jahe merah dalam bentuk sediaan masker emulgel peel-off dan menguji aktivitas antijerawat terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. tiga formula terpilih berdasarkan hasil karakterisasi basis. Pengujian antijerawat dengan metode difusi cakram kertas. Hasil evaluasi sediaan dianalisis dengan metode One-Way ANOVA. berdasarkan hasil optimasi plasticizer didapatkan tiga formula terpilih yaitu FTa (PVA 7,5%), FTb (PVA 10%), dan FTc (PVA 12,5%). Ketiga formula tersebut ditambahkan ekstrak dengan komsentrasi 5% dan dievaluasi meliputi pemeriksaan organoleptik, homogenitas, daya sebar dan waktu mengering, pengukuran pH dan viskositas pada suhu ruang dan uji stabilitas dipercepat meliputi freeze and thaw dan sentrifugasi. Berdasarkan hasil evaluasi FTc (PVA 12,5%) merupakan formula terbaik yang memiliki zona hambat 21,14 mm pada P.acne dan 14,69 mm pada S.epidermidis. formulasi masker emugel peel-off dengan penambahan esktrak rimpang jahe merah menghasilkan efektivitas sebagai antijerawat yang optimal.
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS PENCERAH KULIT DARI PAPAIN DALAM SEDIAAN DEODORAN ROLL ON Azhary, Deny Puriyani; Rum, Ira Adiyati; Mardhiani, Yanni Dhiani; Jannati, Nurullyta
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 2 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No. 2, 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.9 KB)

Abstract

Deodoran merupakan kosmetik yang dapat mengurangi bau badan dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau badan. Tapi penggunaan deodoran dapat membuat kulit menjadi gelap karena adanya kandungan alkohol, yang menyebabkan iritasi kulit pada ketiak. Pencerah kulit (anti hiperpigmentasi) dari bahan alam dapat diperoleh diantaranya dari buah pepaya (Carica papaya L.) Pepaya ini mengandung papain, yang dapat menghambat aktivitas  enzim tirosinase. Enzim tirosinase merupakan salah satu enzim yang berperan dalam pembentukan melanin pada kulit. Jumlah melanin yang banyak menyebabkan warna kulit menjadi gelap.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk formulasi sediaan deodoran roll on dan uji aktivitas pencerah kulit dari papain. Deodoran roll on diformulasi dengan variasi konsentrasi HPMC 1% (FI); 1,5% (FII) dan 2% (FIII) dengan konsentrasi papain 1,5% dan  kitosan 1%. Evaluasi sediaan deodoran roll on meliputi uji organoleptis, pengukuran pH, viskositas dan daya sebar. Uji stabilitas dilakukan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu 40°C, suhu ruangan dan  4°C, serta dilakukan uji freeze and thaw selama 4 siklus. Uji aktivitas pencerah kulit dilakukan dengan metode uji penghambatan enzim tirosinase secara in vitro serta dilakukan uji antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis. Hasil penelitian menunjukkan papain dapat menghambat kerja enzim tirosinase dengan nilai log IC50 sebesar >15000 ppm dibandingkan dengan bahan standar kojic acid, log IC50 33,85 ppm. Formulasi terbaik adalah FI yang memberikan nilai pH dan viskositas mendekati sediaan deodoran roll on yang ada di pasaran. Deodoran roll on yang dihasilkan stabil pada penyimpanan dan efektif dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dengan diameter hambat sebesar 15 mm.
Efek Antikalkuli Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium graveolens L.) terhadap Tikus yang Diinduksi Hidroksiprolin Taofik Rusdiana; Lutfi Sulaiman; Eli Halimah; Ami Tjitraresmi; Sri Adi Sumiwi; Yanni D. Mardhiani; Anas Subarnas
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 2 No. 4 (2019): DECEMBER
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v2i4.2052

Abstract

The investigation efforts of an alternative treatment of the kidney stone disease by utilizing Indonesian native plants have still continued both for treatment and prevention. This study aims to strengthen the scientific evidence of the activity of celery as an anticalculi by in vivo assessment using hydroxyprolineinduced rat method. The white male wistar rats used in this study were intraperitoneally induced by hydroxyproline in order to form kidney stones, the celery extract preparations were then given at a dose of 50, 100, and 200 mg/kg of body weight orally for 5 days and observed following parameters: concentration of filtrate urinary calcium, concentration of urinary sediment calcium, as well as kidney to body weight ratio. The results showed that the concentration of filtrate urinary calcium in the test group at a dose of 200 mg/ kg body weight was significantly higher than those of negative control group, whereas the other test groups were not significantly different with the negative control group. The similar result was also shown on the parameter of calcium concentration in the urine sediment, while the ratio of kidney to body weight showed significant differences between all test groups and the negative control group. It can be concluded that the ethanol extract of the herb celery has an anticalculi activity in rats at a dose of 200 mg/kg of body weight.
Influence of Emollient on the Preparation and stability of Sodiun Ascorbyl Phospate Cream Yanni Dhiani Mardhiani; Deny Puriyani Azhari; Silviana Wulansari
Indonesian Journal of Pharmaceutics Vol 1, Issue 1, Jan - April 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran (Unpad)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1132.834 KB) | DOI: 10.24198/idjp.v1i1.19893

Abstract

As a type of cosmetic preparation products, cream dosage form is widely used with the addition of active substances having antioxidant activities, such as vitamin C and its derivatives. Sodium ascorbyl phosphate (SAP) can be used in topical formulation due to its more stable properties than ascorbic acid. However, it is difficult to deliver SAP into the dermis in a suficient dose. To overcome the problem, occasionally we can add a penetration enhancer. In some literature, emollients that often added in cosmetic preparations also have another effect as a penetration enhancer. The purpose of this research was to observe wether emollient addition could influence the penetration of SAP in the cream formulation or not. SAP was formulated into four formulations with three different emollients: dimethicone (F1), capric triglyceride (F2), and isopropyl myristate (F3) and a formulation without the addition of emollients (F4). The diffusion test was performed by Franz's diffusion cell method using male wistar rat’s abdominal membrane as a standard model of the skin barrier. The result of stability test showed that SAP cream was stable at room temperature but unstable on freeze thaw condition described by significant different values for all formulas. Nonetheless, the diffusion test showed that F2 with the capric triglyceride as emollient had the highest ability to pass SAP through the membrane, followed by isopropyl miristate. We concluded that emollient addition could influence the penetration of the cream of SAP.Keywords: vitamin c, ascorbic acid, sodium ascorbyl phospate, emollient, penetration enhancer
Astaxanthin Nanoemulsion Formulation and Evaluation Yanni Dhiani Mardhiani; Deny Puriyani A; Lailatul Fadilah
Indonesian Journal of Pharmaceutics Vol 3, Issue 3, Sept - Dec 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran (Unpad)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/idjp.v3i3.36777

Abstract

Astaxanthin has antioxidant activity ten times greater than carotenoids such as -carotene and a hundred times higher than vitamin E. However, its utilization is still limited because its solubility in water is very low which results in low absorption by the skin, resulting in low bioavailability. In this case, to increase the potency of astaxanthin, this research was aimed at the formulation and characterization of astaxanthin nanoemulsions using polysorbate 80 and polyethyleneglycol 400 as a mixture of surfactants with a ratio of 7:1; 8:1 and 9:1 with the method of making a combination of low and high energy emulsification. The data obtained were analyzed using the Kruskal-Wallis test for data on the pH of the preparation and the efficiency of adsorption while the pH test during freeze-thaw stability was analyzed by the Wiloxon test. Based on the test results, it was found that the nanoemulsion preparation with the smix 9:1 formula is the most optimum formula among other formulas, which is to produce preparations with quite good characteristics organoleptically and give a light orange color appearance, clear, distinctive smell with a pH value that meets the SNI standard 16-164399-1996 with pH values ranging from 7.13 to 7.15 and based on the centrifugation test gave stable results and had particle size, polydispersity index and zeta potential values, respectively, 22.9 ± 9.4 nm, 0.435 and -21. ,4 mV and the value of entrapment efficiency ranges from 93.87% to 94.32%. However, the thermodynamic stability is not good enough. This is indicated by the instability of the preparation during the freeze-thaw test with the results of changes in color, transparency and changes in pH.Keywords: Nanoemulsion, Astaxanthin, Polyethyleneglycol 400, Polysorbate 80, Surfactants 
Modifikasi Amilum Ganyong (Canna indica L.) dengan Metode Pregelatinasi Parsial untuk Eksipien Tablet Kempa Langsung Deny Puriyani Azhary; Rahma Zisca; Yanni Dhiani Mardhiani; Dhini Dwi Utami
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) Jurnal Pharmacy, Vol. 16 No. 02 Desember 2019
Publisher : Pharmacy Faculty, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.835 KB) | DOI: 10.30595/pharmacy.v16i2.5450

Abstract

Amilum ganyong adalah biomaterial yang dapat digunakan dalam industri farmasi karena memiliki sifat fisikokimia yang menyerupai amilum singkong, yang telah umum digunakan untuk industri farmasi. Amilum ganyong alami memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang kurang baik, yang sangat penting pada proses pengempaan tablet khususnya dalam formulasi tablet kempa langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah modifikasi amilum ganyong alami sehingga dapat memperbaiki sifat alir dan kompresibilitasnya untuk eksipien tablet kempa langsung. Modifikasi dilakukan dengan cara pregelatinasi parsial pada suhu 50, 55, dan 60 °C, kemudian dilakukan evaluasi amilum ganyong sebelum dan sesudah modifikasi. Setelah itu dilakukan pembuatan tablet asetosal menggunakan eksipien amilum ganyong modifikasi serta evaluasi karakteristik tablet. Hasil evaluasi amilum menunjukkan bahwa amilum ganyong modifikasi memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang lebih baik daripada amilum alami. Hasil uji Anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada hasil evaluasi amilum alami dan modifikasi (P<0,05). Modifikasi amilum pada suhu 60 °C menunjukkan hasil terbaik. Hasil evaluasi tablet menunjukkan bahwa tablet yang menggunakan amilum modifikasi memiliki karakteristik sesuai persyaratan tablet yang baik.
FORMULASI DAN STABILITAS SEDIAAN SERUM DARI EKSTRAK KOPI HIJAU (Coffea canephora var. Robusta) SEBAGAI ANTIOKSIDAN Yanni Dhiani Mardhiani
INDONESIA NATURAL RESEARCH PHARMACEUTICAL JOURNAL Vol 2, No 2 (2017): Indonesia Natural research Pharmaceutical Journal
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.728 KB) | DOI: 10.52447/inspj.v2i2.910

Abstract

ABSTRAK Pengembangan sediaan kosmetik serum yang mengandung bahan alam antioksidan semakin meningkat pesat seiring dengan eksplorasi tanaman yang berpotensi farmakologis. Kopi hijau  (Coffea canephora var. Robusta) merupakan tanaman yang mengandung antioksidan tinggi yang masih jarang dikembangkan sebagai sediaan kosmetik topikal serum. Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan ekstrak kopi hijau dalam bentuk sediaan serum kosmetik dan menguji aktivitas antioksidannya. Metode penelitian yang dilakukan adalah optimasi dan formulasi sediaan serum, pengujian efek antioksidan dan stabilitas sediaan serum kopi hijau. Optimasi basis serum dengan variasi gelling agent dan diperoleh satu formula basis terpilih, yaitu Natrosol® 0.75%. Selanjutnya dibuat formulasi sediaan serum dengan variasi ekstrak kopi hijau 0.5%, 0.8%, dan 1.1%. Evaluasi meliputi pemeriksaan organoleptik, homogenitas, pengukuran pH, viskositas, daya sebar selama 28 hari pada suhu ruang, uji stabilitas dipercepat freeze thaw selama 4 siklus, dan uji hedonik. Hasil evaluasi dianalisis menggunakan metode One-Way ANOVA. Pengujian aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil analisis evaluasi fisik, semua formula menunjukkan sediaan serum yang stabil, hasil uji hedonik disukai panelis, dan hasil uji antioksidan IC50 sebesar 68.89 µg/ mL yang tergolong antioksidan kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kopi hijau dapat diformulasikan dalam sediaan serum kosmetik dengan formula terbaik mengandung gelling agent Natrosol® 0.75% dan ekstrak kopi hijau 0.5% dan terbukti efektif sebagai antioksidan secara in vitro. Kata kunci: Kopi hijau, antioksidan, radikal bebas, sediaan serum   ABSTRACT Development of serum cosmetic product containing antioxidant as natural ingredients is increasing rapidly aligned with the exploration of potentially pharmacological plants. Green coffee (Coffea canephora var. Robusta) extract contains high antioxidants level that are rarely developed as topical cosmetic preparations especially serum dosage form. The objective of this study was to develop formulation of green coffee extract in the form of cosmetic serum preparation and to evaluate its antioxidant activity. The research method was optimization and formulation of serum preparation, testing of antioxidant effect and stability of green coffee serum preparation. Optimized serum base with gelling agent variation and obtained one selected base formula, Natrosol® 0.75%. A serum preparation formulation was then prepared with variation of green coffee extract 0.5%, 0.8%, and 1.1%. The evaluation included organoleptic examination, homogeneity, pH measurements, viscosity, dispersion for 28 days at room temperature, freeze thaw stability test for 4 cycles, and hedonic test. The results of the evaluation were analyzed using One-Way ANOVA method. Testing of antioxidant activity using DPPH method. Based on the results of physical evaluation analysis, all formulas showed stable serum preparations, hedonic test results favored by panelists, and IC50 antioxidant test results of 68.89 μg / mL classified as strong antioxidants. Thus it can be concluded that green coffee extract can be formulated in cosmetic serum preparations with the best formula containing gelling agent Natrosol® 0.75% and 0.5% green coffee extract and proven effective as antioxidants in vitro. Keyword : green coffee, antioxidant, IC50, cometic serum
Pemanfaatan Ekstrak Daun Katuk Sauropus Androgynus (L) Merr Dalam Formulasi Sediaan Mikropartikulat Dengan Metode Ekstrusi Sferonisasi Rahmat Santoso; Yanni Dhiani Mardhiani; Tiwi Febriana Wulandari
IKRAITH-Teknologi Vol 6 No 3 (2022): IKRAITH-TEKNOLOGI Vol 6 No 3 November 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37817/ikraith-teknologi.v6i3.2310

Abstract

Pelet merupakan sistem multipartikulat yang memiliki distribusi ukuran partikel 0,5 – 1,5 mm denganmetode ekstrusi sferonisasi. Keunggulan pelet adalah memiliki sifat alir yang baik, dan porositas rendah.Sediaan pelet akan dibuat minuman dengan bahan dasar ekstrak katuk. Katuk (Suaropus androgynus L)umum dikonsumsi masyarakat sebagai sayuran, karena bermanfaat sebagai laktagoga atau pelancar ASI.Pembuatan minuman pelet ekstrak katuk dengan bahan PVP K30, sukralos, dan avicel pH 102. Penelitian inidilakukan untuk membuat minuman pelet dengan memanfaatkan teknologi tepat guna ekstruder, sferoniser,dan coater. Penelitian ini dilakukan beberapa tahapan antara lain pengumpulan bahan, penapisan fitokimia,optimasi pengikat, pembuatan pelet ekstrak, dan penyalutan. Evaluasi yang dilakukan terhadap pelet antara lainlaju alir, susut pengeringan, sudut istirahat, distribusi ukuran partikel, uji waktu melarut, volumesedimentasi, kenaikan bobot, dan uji hedonik. Hasil evaluasi optimasi pengikat (PVP K30) didapatkanformula yang terbaik adalah PVP 5%, sukralos 0,20%, avicel pH 102 94,80%. Hasil uji hedonik menunjukanformula pelet salut yang disukai oleh panelis adalah formula 6P dengan konsentrasi ekstrak katuk 5%, pvp5%, sukralos 0,20%, dan avicel pH 102 89,80%. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak katuk dan teknologiekstrusi, sferonisasi dapat digunakan dalam pembuatan pelet salut.
Studi Pustaka Peningkatan Nilai SPF (Sun Protection Factor) pada Tabir Surya dengan Penambahan Bahan Alam: Review: Additional Natural Materials to Enhance SPF (Sun Protection Factor) Value of Sunscreen Product Vinka Avianka; Yanni Dhiani Mardhiani; Rahmat Santoso
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 4 No. 1 (2022): J. Sains Kes.
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v4i1.664

Abstract

Paparan sinar matahari berlebih menimbulkan efek merugikan bagi kulit seperti eritema, immediate pigment darkening, fotoaging dan fotokarsinogenik. Salah satu upaya untuk mencegahnya yaitu menggunakan tabir surya. Filter UV organik dapat terdegradasi oleh radiasi sinar UV, yang mengurangi keefektifannya dan menghasilkan produk fotodegradasi yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau fotodermatosis. Sehingga tabir surya harus diformulasikan untuk menghasilkan proteksi maksimal dan pengaplikasiannya dapat diterima. Pada Review Artikel ini dilakukan penelusuran pustaka dari artikel yang telah dipublikasikan dalam skala Nasional maupun Internasional untuk melihat pengembangan peningkatan kinerja tabir surya, yaitu tabir surya yang ditambahkan bahan alam termasuk senyawa bioaktif yang berpotensi meningkatkan nilai SPF. Didapat hasil penelusuran pustaka yaitu bahan alam dari minyak kedelai, kulit buah rambutan, blueberry, batang Aulonemia aristulata (Döll) McClure., bocaiúva almond oil, biji kakao, Scutellaria radix, dan senyawa bioaktif oleuropein, rutin, asam ferulat, kafein, dan morin dapat meningkatkan SPF dan dapat dibentuk mejadi bentuk sediaan emulsi, nanoemulsi, emulsi dengan sistem nanopartikel, Gelatin Nanoparticles (GNPs), Nanostructured Lipid Carriers (NLC), dan mikropartikel.