Puskesmas sebagai fasiltas kesehatan tingkat pertama dituntut untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Akreditasi menjadi sebuah metode dalam meningkatkan pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas. Diperlukan adanya evaluasi penerapan standar akreditasi pelayanan kesehatan di puskesmas untuk menilai efektivitas akreditasi puskesmas, salah satunya dengan survei kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan harapan dan kenyataan terhadap mutu pelayanan kefarmasian di puskesmas terakreditasi dan mengetahui perbedaan skor gap kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kefarmasian. Penelitian deskriptif analitik ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah pasien di puskesmas yang pelayanan kefarmasiannya diselenggarakan oleh tenaga kefarmasian menggunakan metode non-probability sampling berdasarkan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang disusun berdasarkan teknik ServQual model. Dimensi responsiveness menduduki peringkat teratas gap kepuasan puskesmas terakreditasi. Dari kelima dimensi, kesemuanya berbeda signifikan antara skor harapan dan kenyataan dengan probabilitas 0,000 (p<0,05) kecuali aspek emphaty. Uji beda gap kepuasan pasien puskesmas terakreditasi dan puskesmas tidak terakreditasi menghasilkan perbedaan yang nyata antara keduanya, probabilitas = 0,000 (p<0,05). Terdapat perbedaan yang nyata antara rendahnya kinerja pelayanan kefarmasian dengan tingginya harapan pasien puskesmas terakreditasi, namun  di sisi lain bahwa status akreditasi berpengaruh terhadap kepuasan pasien puskesmas terakreditasi.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2020