ABSTRAK Pengalaman kepemimpinan Kepala Madrasah yang bersifat instruktif dan top down telah lama dipraktikkan di sebagaian besar madrasah, terutama pada era sentralistik, di mana segala sesuatunya serba terpusat. Hasil dari model kepemimpinan yang instruktif dan top down tampak pada target pencapaian kurikulum, target jumlah kelulusan, formula kelulusan siswa, dan adanya desain suatu proyek peningkatan kualitas madrasah yang harus dikaitkan dengan peningkatan nilai UAN. Hal ini secara instruktif berpotensi meningkatkan kualitas kerja guru yang dipimpin. Namun ada dampak negatifnya, di antaranya madrasah tidak mengalami proses pembaruan dan inovasi. Dalam menjalankan perannya guna menegakkan disiplin pada siswa, Kepala Madrasah di Madrasah Aliyah Swasta sekecamatan Praya Timur berhadapan dengan beberapa problematika, seperti masih kurang (belum ada) tenaga guru BP/BK yang menangani langsung anak bermasalah seperti siswa terlambat atau kasus lainnya. Hal ini diperparah oleh kenyataan minimnya kesadaran orang tua dalam mempersiapkan atau minimal menyuruh anak-anaknya berangkat sekolah lebih pagi agar tidak terlambat.
Copyrights © 2020