Kemajuan teknologi digital 4.0 atau 5.0 telah menyebabkan banyak disrupsi secara sistemik. Disrupsi teknologi digital fundamental atau mendasar yang menyebabkan perubahan tatanan kehidupan segela bidang, termasuk bidang termasuk bidang pendidikan dan kearifan lokal masyarakat. Perubahan tersebut lambat laun akan menghilangkan kearifan masyarakat Indonesia jika tidak ada tradisi kuat yang membentenginya. Berlatar keadaan itu dikaji bagaimana tradisi keislaman menguatkan kearifan lokal di era disrupsi. Metode yang digunakan untuk membahasian kajian ini dengan studi literatur. Adapun hantaman disrupsi kepada kearifan lokal diera disrupsi dapat berupa (1) akuturasi positif, (2) akulturasi negatif, (3) asimilasi positif, dan (4) asimilasi negatif. Dampaknya memungkinkan kearifan lokal tetap kuat atau memunculkan keraifan lokal baru yang menambah nilai kearifan lokal asli (akuturasi dan asimilasi positif) atau memperkaya keraifan lokal asli, serta boleh jadi merusak tatanan kearifan lokal asli (akulturasi dan asimilasi negatif). Di akhir artikel diperoleh kesimpulan tradisi keislaman sangat berperan menjaga kearifan lokal masyarakat lebih dominan berupa akulturasi dan asimilasi positif daripada akulturasi dan asimilasi negatif. Hal ini terbukti dari kearifan lokal masyarakat Indonesia tetap ada di kurikulum Pendidikan dari masa ke masa, dan kearifan lokal masyarakat Indonesia di mata Internasional tetap diakui.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022