Dalam konteks pendidikan, khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) seperti di SMA 2 Sidrap, tindak tutur ekspresif memainkan peran penting dalam membangun hubungan interpersonal antara siswa dan guru. Studi mengenai tindak tutur ekspresif di lingkungan sekolah memberikan wawasan tentang bagaimana siswa mengekspresikan emosi mereka dalam berbagai situasi formal maupun informal. Tuturan merupakan kegiatan komunikasi sehari-hari yang melibatkan penerimaan dan pengiriman makna atau informasi. Tuturan, yang dalam konteks pragmatik dianggap sebagai hasil dari suatu tindakan verbal, memiliki sifat psikologis yang bergantung pada kemampuan berbahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu, dikenal sebagai tindak tutur. Tindak tutur dapat disampaikan melalui media lisan maupun tulisan, termasuk dalam media sosial yang memungkinkan ekspresi ide dan informasi secara luas. Teori tindak tutur pertama kali dikemukakan oleh John Langshaw Austin dan kemudian dikembangkan oleh muridnya, John Searle. Teori ini mengkaji hubungan antara bahasa dan tindakan, yang mencakup tiga tingkatan: lokusi (makna ujaran yang jelas), ilokusi (makna tersirat), dan perlokusi (dampak dari tindak tutur tersebut). Analisis ini penting untuk memahami dinamika sosial di sekolah dan bagaimana komunikasi mempengaruhi suasana belajar-mengajar. Tindak tutur ekspresif mencakup berbagai bentuk komunikasi seperti mengungkapkan kebahagiaan, kemarahan, belasungkawa, atau ucapan terima kasih, dan dapat diekspresikan melalui kata-kata, intonasi, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh. Analisis ini juga dapat membantu mengidentifikasi masalah komunikasi yang mungkin terjadi dan mencari solusi untuk meningkatkan kualitas interaksi di lingkungan pendidikan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024