Museum sejatinya dapat diposisikan sebagai konstruksi identitas lokal dan nasional. Dalam perannya menjaga warisan sejarah lokal dan nasional, museum subak dapat menjadi lembaga otentifikasi identitas lokal dan nasional di masa silam dan sekaligus memproyeksikannya ke masa depan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sejauh mana museum subak dapat dijadikan wahana untuk menjaga identitas budaya agraris di tengah maraknya alih fungsi lahan pertanian di Bali. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumen yang selanjutnya diolah secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: subak sebagai warisan budaya petani Bali yang bernilai luhur penting dilestarikan. Membangun kesadaran masa lalu bukan hanya bertujuan mempertahankan nilai-nilai lama, namun disertai pembinaan untuk mengembangkan terhadap unsur-unsur yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan masa kini maupun masa depan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memertahankan subak agar tetap eksis dalam mengantisipasi perkembangan global, seperti melalui wadah koordinasi antar subak dalam praktik pertanian di lapangan, terutama untuk menghindari timbulnya konflik karena air, koordinasi berkenaan dengan pola tanam, mendorong subak agar dapat berkembang menjadi suatu lembaga yang berorientasi agribisnis untuk meningkatkan pendapatan petani sangat penting dilakukan. Mengadakan program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan untuk meningkatkan sumber daya manusia anggota subak, khususnya pimpinan-pimpinan subak. Serta yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kebijakan yang melibatkan petani untuk dapat mencegah atau setidaknya dapat mengurangi percepatan alih fungsi lahan.
Copyrights © 2024