Desa Gayau, Kabupaten Pesawaran, memiliki permasalahan bahwa sumur air tanah yang terdapat pada fasilitas air desa cepat mengalami kekeringan, padahal sumur tersebut memiliki kedalaman 80 m. Tim dari program studi Teknik Geofisika, Institut Teknologi Sumatera, telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) pertama pada pertengahan tahun 2021 menggunakan metode geolistrik/ resistivitas. Namun, hasilnya belum dapat memberikan kejelasan mengapa sumur cepat kering. Kemudian, pada tahun 2022, tim melakukan kembali program PkM yang kedua untuk mengonfirmasi hasil kegiatan yang pertama sekaligus memberikan penjelasan kondisi lapisan air tanah di sekitar area fasilitas air desa. Pengkajiannya dengan menerapkan metode elektromagnetik pasif yang terintegrasi dengan pengolahan data secara otomatis, yang disebut dengan alat PQWT. Pengukuran dilakukan di sekitar fasilitas air desa untuk mengkaji ulang ketersediaan air tanah. Keluaran dari alat tersebut memberikan informasi hingga kedalaman 150 m dan memperlihatkan bahwa lapisan batuan yang mengandung air hanya sampai 30 m saja, tidak ada indikasi keberadaan air tanah pada kedalaman sumur yang sudah ada. Tim PkM tidak merekomendasikan penggunaan dalam jangka panjang bagi warga desa karena kemungkinan besar keberadaan air tanah pada sumur tersebut bergantung pada musim. Tim juga menyarankan mencari lokasi lain di sekitar desa untuk memperoleh lapisan air tanah yang lebih dalam yang tidak terpengaruh oleh musim dan juga menentukan titik baru dalam pembuatan sumur bor.
Copyrights © 2024