Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan guru Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Mempawah dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif pemilihan subjek berdasarkan purposive sampling yaitu 25 orang guru. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan diskusi kelompok terfokus. Hasil analisis data yang dilakukan melalui pengkodean wawancara dan notula diskusi kelompok terfokus menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah sudah menerapkan Kurikulum Merdeka dan tergolong pada tahap ber-kembang. Pada tahap ini dijelaskan bahwa guru telah menyesuaikan praktik pembelajaran dan asesmen yang dituntut dalam Kurikulum Merdeka. Hal ini ditandai dengan guru yang merencanakan pembelajaran beriorientasi pada dokumen yang telah disediakan oleh Kemendikbudristek. Guru juga menerapkan program membaca kitab suci dan renungan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai sebagai bentuk penguatan karakter profil pelajar Pancasila. Sebagai tolak ukur dalam merencanakan pembelajaran, guru memberikan refleksi dan evaluasi pasca pembelajaran. Kemudian guru mampu membimbing siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Namun kendala yang dirasakan guru yaitu kesulitan dalam memperoleh modul ajar sejenis khususnya pelajaran Agama Katolik. Sebagai bentuk dukungan terhadap kemajuan belajar, guru juga turut berkolaborasi kepada guru lain, masyarakat, dan orang tua siswa seperti mengadakan pertemuan di akhir semester.Kata Kunci: Kurikulum Merdeka; Kesiapan Guru; Pendidikan Agama Katolik. Implementation of Merdeka Curriculum in junior high school: A qualitative study of Catholic Religious Teachers' readiness Abstract: This study aims to determine the readiness of Catholic Religion teachers in Junior High Schools in Mempawah Regency in implementing the Merdeka Curriculum. The research method used is descriptive qualitative subject selection based on purposive sampling, namely 25 teachers. Data collection techniques using interviews and focus group discussions. The results of data analysis conducted through interview coding and focus group discussion minutes show that most schools have implemented the Merdeka Curriculum and are classified as in the developing stage. At this stage, it is explained that teachers have adjusted the learning and assessment practices required in the Merdeka Curriculum. This is indicated by teachers who plan learning oriented to the documents provided by the Ministry of Education and Culture. Teachers also implement scripture reading and devotional programs before teaching and learning activities begin as a form of strengthening the character of the Pancasila student profile. As a benchmark in planning learning, teachers provide post-learning reflection and evaluation. Then the teacher is able to guide students to complete the assigned tasks. However, the obstacle felt by teachers is the difficulty in obtaining similar teaching modules, especially Catholic Religion lessons. As a form of support for learning progress, teachers also collaborate with other teachers, the community, and parents of students such as holding meetings at the end of the semester.
Copyrights © 2024