Kata "lego (relief)" dan "dowo (panjang)" dari bahasa Jawa, yang kebetulan sama dengan nama pejabat yang memelopori teknik bercocok tanam ini, secara harfiah diterjemahkan menjadi "jajar legowo". Sistem tanam jajar legowo pada awalnya dikenalkan oleh pejabat dari Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Provinsi Jawa Tengah Bapak Legowo, kemudian ditindaklanjuti oleh Kementerian Pertanian melalui kajian dan penelitian sehingga menjadi rekomendasi atau rekomendasi yang harus diterapkan petani dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman padi. Untuk menghitung peningkatan produksi padi akibat penerapan sistem tanam jajar legowo di Kelompok Tani Sirannuang, Desa Botto, Kecamatan Campalagian, dan untuk mengetahui pendapatan petani padi sawah pada kelompok tersebut, sistem tanam Legowo 2:1 diterapkan. Pemilihan sampel penelitian secara purposive merupakan metodologi yang dipilih. Mengingat petani menggunakan teknik tanam jajar legowo 2:1. Hanya ada 25 petani, sehingga diputuskan untuk menggunakan jumlah petani yang melakukan ini sebagai dasar penjelasan. Metode analisis data deskriptif digunakan. Sistem tanam jajar legowo 2:1 dapat digunakan sebagai sistem tanam padi karena dapat meningkatkan produksi dan pendapatan petani karena jumlah populasi yang terdapat dalam satu hektar lahan adalah 21. Hal ini diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelompok Tani Sirannuang, Desa Botto, Kecamatan Campalagian, tentang efektifitas sistem tanam.
Copyrights © 2023