Tumbuh kembang suatu permukiman tampak pada struktur ruangnya, yang merupakan  produk budaya yang panjang, yang berkembang sesuai konteks tempat dan dinamika kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Kampung Linge sebagai permukiman tradisional tua merupakan peninggalan jejak kerajaan tua sejak abad 13 di pedalaman dataran tinggi Gayo, di kawasan berbukit pergunungan Bukit Barisan Provinsi Aceh, yang dilintasi aliran sungai. Tujuan penelitian untuk melihat faktor-faktor pengaruh dalam proses pembentukan struktur ruang permukiman kampung Linge hingga saat ini. Penelitian ini penting terkait dengan penetapan kampung Linge sebagai kampung adat dalam RTRW Kabupaten Aceh Tengah. Pendekatan penelitian merupakan penelitian etnografi bidang arsitektur, melihat fenomena jejak sejarah arsitektur lingkungan binaan, dengan metoda penelitian kualitatif interpretatif. Data berupa: a) sejarah social budaya dan ekonomi masyarakat, di dapat melalui wawancara dan studi pustaka; b) peta kawasan permukiman, yang di dapat melalui pemetaan ulang dengan Arcgiz dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan 2 hal: 1) Karakter perbukitan mempengaruhi struktur ruang dan olahan tempat permukiman, yang terbagi dalam 2 zona berdasarkan fungsi social budaya.yaitu: Zona Reje di bukit terpisah dan Zona rumah masyarakat biasa di bagian bawah, yang terbagi dalam 4 klan (Pasak); 2) Sebaran fasilitas sakral terkait dengan nilai nilai spiritual tempat dan ancaman banjir dari aliran sungai, Yaitu: makam di atas bukit, masjid di dalam permukiman dan dekat pinggiran aliran air dan persawahan.  Kesimpulan penelitian bahwa karakteristik struktur ruang permukiman tampak pada sistem penzonaan kegiatan berdasarkan nilai sosial budaya yang harmonis dengan kondisi geografis. Sistem tersebut masih terjaga hingga saat.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024