Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

THE INFLUENCE OF TSUNAMI RELOCATED HOUSING ON THE CHANGES IN THE ACEH COASTAL MOUNTAIN NATURE AND IMPACT ON ECONOMIC ACTIVITIES OF LOCAL COMMUNITIES Wulandari, elysa; Zahriah, Zahriah; Fuadi, Zahrul; Sabila, Farisa
Journal of Architectural Research and Education Vol 2, No 2 (2020): Journal of Architectural Research and Education
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.466 KB) | DOI: 10.17509/jare.v2i2.29176

Abstract

Abstract - This paper reveals how the land use change process occurred due to the construction of post-tsunami relocation housing environments, and its impact on the pattern of daily economic activities of local communities in the coastal hilly areas. This study is important along with UU no. 24 Tahun 2007 concerning disaster management that disaster reconstruction activities must take into account the character of the local community and environmental sustainability. The phenomenological approach in this study is by observing the symptoms of the interaction between the artificial environment of the estate settlement, rural environment, and local residents-immigrants and the impact of the system's sustainability in the region. The data such as: 1) pre-tsunami and current land use maps (2020); 2) observation data, regarding daily activities of economic activities in the area; 3) interviews with community leaders to explain the dynamics of local people's economic activities. The analysis method uses a manual interaction diagram system, to read the causality structure which analyzed with “logic of space”. The results are: a) the location of relocated housing has shifted the location of livestock grazing and agricultural gardens towards hills as well as developing mining business activities C about 0.5-1Km from the housing, which is at risk of natural hazards; b) the housing environment somehow hinders the people’s daily freedom of movement and livestock towards the hills. Livestock sometimes cross residential areas and even eat plants in house yards and green open spaces and these disturb the comfort of residential residents. The conclusion is that the pattern of placing the relocated housing environment has created “space in space” which changes the pattern of community home-range activities. Suggestions for the sustainability of the economic life of local residents and the comfort of living for newcomers are the need for a strategy to organize an official route of movement to the hills and to make improvements to land for the hills, as well as the obligation to permanently fence off the housing environment. Both things are done with systems approach and synergize the interests of local communities and migrant communities. Keywords – relocated housing, vernacular settlements, hilly coastal areas, spatial behavior, Aceh Besar
Kajian Aksesibilitas bagi Difabel pada Taman Bustanussalatin sebagai Ruang Publik Kota di Banda Aceh Khairunnisak, Khairunnisak; Wulandari, Elysa; Taqiuddin, Zulfikar
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 4, No 3 (2021): Vol 4, No 3 (2021): Jurnal Arsitektur Zonasi Oktober 2021
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v4i3.37473

Abstract

Ruang Publik Kota berperan sebagai ruang yang mawadahi berbagai kepentingan atau aktivitas publik dan masyarakat umum. Namun, fasilitas yang disediakan ruang publik masih belum merata bagi seluruh kalangan. Penyediaan fasilitas aksesibilitas bagi kaum difabel masih belum memenuhi standar minimal konsep aksesibilitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sarana aksesibilitas pada Taman Bustanussalatin sebagai ruang publik kota di Banda Aceh serta permasalahan yang menghalangi difabel untuk mengaksesnya dengan menggunakan teori 1) Desain universal (kesetaraan penggunaan ruang, keselamatan dan keamanan bagi pengguna, fleksibilitas penggunaan, kemudahan akses informasi, desain yang sederhana, efisiensi upaya pengguna, dan kesesuaian ukuran dan ruang secara ergonomis), 2) Jalur yang aksesibel, 3) Tingkat kesulitan akses, dan 4) Mobilitas dan kedekatan. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode kualitatif dengan pendekatan perilaku. Pengumpulan data berupa hasil pengamatan dan analisis penulis dengan terjun langsung ke lapangan sebagai partisipan serta melakukan wawancara. Penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh fasilitas di Taman Bustanussalatin masih belum memenuhi prinsip-prinsip aksesibilitas yaitu adalah ‘keselamatan dan keamanan bagi pengguna’, sedangkan yang paling banyak terpenuhi adalah prinsip ‘desain yang sederhana dan mudah dimengerti’. Secara khusus dapat disimpulkan bahwa kondisi Taman Bustanussalatin yang demikian menghambat kaum difabel sebagai salah satu warga kota untuk dapat berinteraksi sosial dan memenuhi kebutuhan masing-masing individu akan keberadaan ruang publik kota.Kata Kunci: aksesibilitas; difabel; ruang publik kota; desain universal.
Identifikasi Ornamen pada Masjid Teungku Di Pucok Krueng dengan Pendekatan Semiotika Amelia, Fitri; Wulandari, Elysa; Rauzi, Era Nopera
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 8, No 1 (2024): Volume 8, No.1, Februari 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimap.v8i1.26629

Abstract

Ornamen merupakan suatu hiasan yang ditambahkan pada bangunan sebagai nilai estetika dan sebagai pengungkapan perasaan. Masjid Teungku Di Pucok Krueng merupakan masjid bersejarah yang dibangun pada tahun 1622 oleh saudagar bernama Syeikh Abdul Salim sebagai sarana perkembangan Islam di daerah Meureudu, Pidie Jaya. Masjid ini bergaya arsitektur tradisional yang dipengaruhi dengan kondisi geografi dan budaya sekitarnya yang diimplementasikan dalam bentuk bangunan maupun ornamen yang menghiasi masjid ini. Ornamen pada masjid menunjukkan identitas budaya masyarakatnya sehingga harus dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ornamen yang ada pada Masjid Teungku Di Pucok Krueng serta makna dari ornamen tersebut. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, pengambilan data dilakukan melalui observasi lapangan, dokumentasi dan studi literatur. Analisa semiotika Roland Barthes dengan cara denotatif dan konotatif digunakan sebagai alat untuk membaca makna yang ada pada ornamen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ornamen pada Masjid Teungku Di Pucok Krueng terdapat pada atap dan dinding. Ornamen tersebut merupakan ornamen khas Aceh yang terdiri dari buleun bintang, bungong, bungong awan-awan, awan meucanek, pucok reubong, awan si oen, bungong meulu, bungong sagoe, bungong geulima dan putik. Ornamen tersebut mengandung makna filosofis kepercayaan Islam dan nilai kehidupan masyarakat seperti hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar sesama manusia.
Arahan Mitigasi Bencana Banjir Luapan Sungai pada Kawasan Permukiman Syahirah, Riska; Wulandari, Elysa; Gunawan, Arief; Zuraidi, Evalina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Arsitektur dan Perencanaan Vol 8, No 2 (2024): Volume 8, No.2, Mei 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimap.v8i2.21821

Abstract

Gampong Kota Lhoksukon merupakan salah satu daerah yang rawan terhadap bencana banjir dari DAS Keureuto di Kabupaten Aceh Utara. Ketika hujan dengan intensitas tinggi turun, sungai Krueng Keureuto tidak mampu menampung limpasan air hujan sehingga menggenangi kawasan permukiman di sekitarnya dan menimbulkan kerugian yang signifikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan analisis SWOT. Hasil penelitian menyoroti karakteristik ancaman dan dampak banjir serta memberikan arahan mitigasi. Arahan mitigasi tersebut meliputi penyesuaian tinggi bangunan, penghijauan, penguatan struktur tanggul, perbaikan dan pembersihan sistem drainase, pengerukan sungai, optimalisasi operasi bendungan, perencanaan jalur evakuasi, pemanfaatan bangunan bertingkat sebagai tempat evakuasi, dan peningkatan kualitas jalan. Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 11, yang berfokus pada peningkatan permukiman di daerah rawan bencana. Dengan menerapkan strategi mitigasi banjir yang komprehensif, diharapkan risiko dan dampak banjir di Gampong Kota Lhoksukon dapat berkurang secara signifikan, sehingga meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana banjir.
Faktor-Faktor Kerentanan dan Upaya Mitigasi Bencana Banjir di Sub-Daerah Aliran Sungai, Kasus: Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie Wulandari, Elysa; Sari, Ayu Maya; Sabila, Farisa
Uniplan: Journal of Urban and Regional Planning Vol 4, No 2 (2023): September
Publisher : Department of Urban and Regional Planning, Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/uniplan.v4i2.72192

Abstract

Kecamatan Tangse adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Pidie yang berada pada Pengunungan Bukit Barisan dengan kondisi karakteristik topografi wilayah berkontur yang beragam menjadikan Tangse memiliki daerah akumulasi genangan (cekungan) sehingga Kecamatan Tangse menjadi daerah rawan bencana banjir. Banjir menyebabkan korban jiwa, kerugian material dan rusaknya infrastruktur. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor kerentanan bencana banjir di Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie dan upaya mitigasi bencana banjir. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu kualitatif deskriptif dengan menggunakan variabel kerentanan (fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan). Menggunakan metode analisis skala likert dengan pendekatan rasionalisme bersumber pada teori dan kebenaran empirik. Hasil dari penelitian ditemukan 7 faktor yang berpengaruh secara signifikan ialah faktor curah hujan (10,7%), kelerengan (8,8%), lokasi atau jarak rumah ke sungai (8,7%), selanjutnya di ikuti dengan faktor jenis tanah, kondisi sungai, kepadatan bangunan, dan material bangunan. Upaya mitigasi yang dilakukan dalam bentuk mitigasi non struktural dan mitigasi struktural.
Pelatihan Ketukangan Untuk Membangkitkan Potensi Tukang Desa Dalam Rangka Pelestarian Arsitektur Vernakuler Umah Pitu Ruang di Gayo Aceh Tengah Wulandari, Elysa; Sabila, Farisa; Djamaluddin, Masdar; Arafat, Pratitou; Nasution, Burhan; Nursaniah, Cut
Lentera Karya Edukasi Vol 3, No 1 (2023): Jurnal LENTERA KARYA EDUKASI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Pusat Pengembangan dan Kajian Sarana dan Prasarana Pendidikan (P2K Sarprasdik)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/lekaedu.v3i1.60090

Abstract

Tujuan kegiatan untuk melatih tukang desa memahami aspek ketukangan membangun rumah vernakuler Gayo (Umah Pitu Ruang/UPR) yang sudah mulai langka. Diharapkan hasil pelatihan ini memberi kegairahan dalam masyarakat membangun kembali rumah vernakulernya dan membangkitkan kembali identitas budaya berarsitektur masyarakat Gayo, karena masih didukung oleh potensi alamnya. Tahapan Kegiatan pelatihan, yaitu: 1) Tahap persiapan (penelitian arsitektur UPR/1 bulan, membuat modul/2 Minggu, mengundang tukang desa 20 orang/1 minggu), 2) pelaksanaan (1 minggu). Metoda pelaksanaan dalam 3 pola: 1) kuliah tatap muka (2 hari); 2) studi kasus pengamatan UPR (1 hari); 3) praktek ketukangan dibimbing tukang ahli (3 hari).  Manfaat dirasa oleh peserta,  telah memberi pengalaman nyata bertukang dan penjelasan filosofi berarsitektur yang sangat dibutuhkan sebagai bagian dari penghayatan kembali arsitektur vernakuler
ADAPTASI BENCANA ANGIN PADA PERUMAHAN DI PESISIR ACEH. STUDI KASUS PERUMAHAN KAJHU INDAH KABUPATEN ACEH BESAR Wulandari, Elysa; Rezawati, Rezawati; Nursaniah, Cut
LANGKAU BETANG: JURNAL ARSITEKTUR Vol 11, No 1 (2024): April
Publisher : Department of Architecture, Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/lantang.v10i2.61755

Abstract

Provinsi Aceh memiliki kerawanan bencana yang tinggi, khususnya Kabupaten Aceh Besar terbagi atas wilayah pesisir. Bencana di pesisir diantaranya adalah angin kencang. Gampong Kajhu terdapat banyak perumahan salah satunya Perumahan Kajhu Indah. Namun, pembangunan perumahan tersebut dengan pola linear tanpa pembatas lingkungan kurang adaptif bencana pesisir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pengembangan hunian telah memperlihatkan karakteristik resiliensi adaptasi fisik, dan untuk mengetahui eksisting dan perubahan hunian berdasarkan prinsip mitigasi bencana perumahan. Jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif (mixed methods). Metode pengumpulan data berupa observasi, pemetaan hunian, dan studi kepustakaan. Teknik analisis dengan deskriptif kualitatif, yaitu melihat karakteristik geografis, pengaruh pergerakan angin di luar bangunan disimulasikan dengan software Autodesk CFD 2019 (Computational Fluid Dynamics), serta penilaian tingkat adaptasi dengan pembobotan variabel bentuk denah, atap, beranda, dan ventilasi silang. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Pengembangan denah 44% (adaptif), sedangkan 56% (kurang adaptif);  2) Bentuk atap tetap mempertahankan 100% atap pelana dengan sisi segitiga menghadap angin (adaptif); 3) Penambahan beranda 65% (adaptif) sedangkan 35% (tidak adaptif), 4) Pengembangan hunian 100% tidak menambahkan ventilasi silang (kurang adaptif). Adaptasi lingkungan telah dilakukan dengan penanaman mangrove di lingkungan perumahan (adaptif). Kesimpulan secara keseluruhan menunjukkan pengembangan hunian telah beradaptasi dengan lingkungan rawan angin. 
KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG PERMUKIMAN TRADISIONAL DATARAN TINGGI GAYO STUDI KASUS: KAMPUNG LINGE, KECAMATAN LINGE, KABUPATEN ACEH TENGAH Wulandari, Elysa; Hidayah, M. Fariq; Arafat, Pratitou; Djamaluddin, Masdar; Muliadi, Muliadi
Arsitekno Vol. 11 No. 2 (2024): Arsitekno
Publisher : Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/arj.v11i2.18175

Abstract

Tumbuh kembang suatu permukiman tampak pada struktur ruangnya, yang merupakan  produk budaya yang panjang, yang berkembang sesuai konteks tempat dan dinamika kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Kampung Linge sebagai permukiman tradisional tua merupakan peninggalan jejak kerajaan tua sejak abad 13 di pedalaman dataran tinggi Gayo, di kawasan berbukit pergunungan Bukit Barisan Provinsi Aceh, yang dilintasi aliran sungai. Tujuan penelitian untuk melihat faktor-faktor pengaruh dalam proses pembentukan struktur ruang permukiman kampung Linge hingga saat ini. Penelitian ini penting terkait dengan penetapan kampung Linge sebagai kampung adat dalam RTRW Kabupaten Aceh Tengah. Pendekatan penelitian merupakan penelitian etnografi bidang arsitektur, melihat fenomena jejak sejarah arsitektur lingkungan binaan, dengan metoda penelitian kualitatif interpretatif. Data berupa: a) sejarah social budaya dan ekonomi masyarakat, di dapat melalui wawancara dan studi pustaka; b) peta kawasan permukiman, yang di dapat melalui pemetaan ulang dengan Arcgiz dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan 2 hal: 1) Karakter perbukitan mempengaruhi struktur ruang dan olahan tempat permukiman, yang terbagi dalam 2 zona berdasarkan fungsi social budaya.yaitu: Zona Reje di bukit terpisah dan Zona rumah masyarakat biasa di bagian bawah, yang terbagi dalam 4 klan (Pasak); 2) Sebaran fasilitas sakral terkait dengan nilai nilai spiritual tempat dan ancaman banjir dari aliran sungai, Yaitu: makam di atas bukit, masjid di dalam permukiman dan dekat pinggiran aliran air dan persawahan.  Kesimpulan penelitian bahwa karakteristik struktur ruang permukiman tampak pada sistem penzonaan kegiatan berdasarkan nilai sosial budaya yang harmonis dengan kondisi geografis. Sistem tersebut masih terjaga hingga saat.
Identifikasi Potensi dan Tantangan Desa untuk Pengembangan Desa Wisata Luthu Lamweu Wulandari, Elysa; Yusuf, Myna Agustina; Fakhrana, Siti Zahrina; Hanifah, Winda
PESARE: Jurnal Pengabdian Sains dan Rekayasa Vol 2, No 3 (2024): Oktober 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/pesare.v2i3.41544

Abstract

Luthu Lamweu Village, located in Aceh Besar Regency, has abundant natural resources, including a waterfall tourist attraction and locally processed products such as Janeng flour, asam sunti (starfruit seasoning), and handicrafts made from coconut leaves. Although the tourist attraction is beginning to draw visitors, access to the site and supporting infrastructure remains limited. This community service program aims to further assess the villages potential for developing as a tourist destination by leveraging its natural and human resources. The strategic approach involves conducting observations and facilitating focus group discussions with local residents to gain insights and foster collaborative planning. The observation results indicate that the village holds significant potential by capitalizing on its abundant natural resources, such as transforming its waterfalls into tourist attractions and leveraging local products as key assets. Findings from the focus group discussions echoed this potential but highlighted a major concern: the lack of community participation, which remains a significant issue for village officials. According to the resource persons presentation, 60% community participation is required to establish a successful tourist village. Therefore, the residents of Luthu Lamweu Village currently need a group that can initiate and mobilize community engagement and enthusiasm.
Pelatihan Pembuatan Atap Tradisional dari Daun Serule di Desa Genuren, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah Sari, Laina Hilma; Agustina, Sylvia; Djamaluddin, Masdar; Wulandari, Elysa
PESARE: Jurnal Pengabdian Sains dan Rekayasa Vol 2, No 3 (2024): Oktober 2024
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/pesare.v2i3.41155

Abstract

In tourism development, the majority of building materials used are modern materials. Even many local people are not familiar with the typical building materials of Central Aceh. Roofs made of serule leaves are traditional materials in Central Aceh (Ferah Yosantia et al., n.d.). The serule plant has flowers and leaves that are similar to Etlingera elatior, the Zingiberaceae family. Serule leaves grow abundantly around the edge of Lake Laut Tawar, Bintang District which continues eastward for 20 km to Serule Village. So this community service developed the manufacture of serule leaf roofs through mentoring and training for the people of Genuruen Village. This service activity was carried out in Genuren Village, Aceh Tengah applying several stages, namely: preparation stage, socialization, and implementation of activities and evaluation. Each stage is carefully planned so that the activity runs according to expectations. There are several parties involved in this activity. The results of this training will be used as a roof covering material for Umah Pitu Ruang, as a continuation of the unfinished UPR Redevelopment project. The goal is to maintain and revive the tradition of traditional craftsmanship. In addition, the final product of this serule soup will also be used in the renovation of gazebos as public facilities in Genuren Village. From the training activities on making traditional roofs using serule leaves, the community gained knowledge and skills to make serule soup. Thus, the community in Genuren Village can preserve the serule plant which is now rare, utilize local resources effectively, and improve their economic welfare.