Studi ini bertujuan untuk menjelaskan tentang sosialisasi politik sebagai proses inklusif dalam menghadirkan demokrasi substansial, bukan sekadar praktek elitis yang sarat dengan instrumen formalistik. Keberadaan demos (rakyat) sebagai subjek demokrasi dan pemegang kuasa sesungguhnya cenderung terabaikan, khususnya mereka yang selama ini tergolong minoritas atau kelompok rentan, bahkan kerapkali hanya jadi objek dalam hiruk pikuk kontestasi demokrasi (pemilu). Studi ini menyorot pada penyandang disabilitas, khususnya pada kaum perempuan disabilitas yang cenderung mengalami kerentanan atau diskriminasi ganda. Sosialisasi politik berperan penting dalam berfungsinya sistem politik yang demokratis, melalui sosialisasi politik yang efektif, diharapkan seseorang atau suatu kelompok akan terlibat lebih dalam serta mengetahui, memahami serta memiliki kesadaran politik. Studi ini mengelaborasi sosialisasi politik melalui kolaborasi peran aktor pemerintah dan non-pemerintah di Kota Makassar dalam menghadirkan demokrasi yang inklusif-partisipatif. Dengan menggunakan metode kualitatif dan dianalisis dengan kerangka collaborative governance, studi ini merefleksikan pola kolaboratif sebagai jalan tengah dari pola pendekatan aktor yang berbeda dalam melakukan sosialisasi politik, yakni pemerintah dengan karakter pola top-down dalam pemenuhan hak-hak politik disabilitas dan NGO dengan pola bottom-up berbasis komunitas. Disamping itu, studi-studi sosialisasi politik sebelumnya lebih cenderung menghadirkan fokus kajian dimana peran kedua pola aktor tersebut kerap tersaji kontradiktif. Studi ini diharapkan dapat berkontribusi memperkuat kajian sosialisasi politik dengan mendudukkan ‘demos’ sebagai subjek politik.
Copyrights © 2024