Masalah penyalahgunaan NAPZA menjadi sangat penting karena dapat menimbulkan masalah pada kesehatan fisik, psikologis dan fungsi sosial. Coping flexibility berperan penting dalam mengatasi masalah bagi klien rehabilitasi NAPZA karena apabila klien dalam mengatasi permasalahannya menggunakan strategi koping yang tidak sesuai dan tidak efisien, maka permasalahan yang dihadapinya tidak kunjung membaik dan justru akan semakin memburuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran coping flexibility pada klien rehabilitasi NAPZA di Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian sebanyak 180 klien rehabilitasi NAPZA di Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung dengan pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling berjumlah 125 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner coping flexibility dengan analisa univariat menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa coping flexibility pada klien rehabilitasi NAPZA di Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung termasuk dalam kategori sedang yaitu 90 responden (72%). Hal ini sesuai karakteristik individu yang memiliki coping flexibility sedang yaitu, dapat merencanakan pemecahan masalah tapi kurang bisa menentukan strategi koping yang sesuai dengan situasi permasalahan. Kedua, mampu mengidentifikasi penyebab permasalahan. Ketiga, merasa ragu atas keberhasilan solusi atau strategi koping yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang dialami individu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa gambaran coping flexibility pada klien rehabilitasi NAPZA di Lapas Narkotika Kelas IIA Bandung dalam kategori sedang yaitu 90 responden (72%). Saran berdasarkan hasil penelitian yaitu memberikan intervensi untuk meningkatkan coping flexibility dengan cara psikoterapi kepada klien rehabilitasi NAPZA supaya mampu dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan.
Copyrights © 2024