Abstrak Di era society 5.0, digitalisasi menjadi aspek vital dalam pengembangan pendidikan. Namun, ketimpangan akses teknologi di daerah pedesaan, seperti di Nepal, memperlebar kesenjangan pendidikan. Sekolah Dasar Subhakamana di Nepal menghadapi tantangan terkait keterbatasan perangkat teknologi, sumber daya pembelajaran, serta rendahnya keterampilan pendidik dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum. Untuk mengatasi tantangan ini, pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pendidik melalui penyediaan perangkat keras digital dan modul pembelajaran interaktif. Kegiatan sosialisasi diselenggarakan dengan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) untuk memperkenalkan teknologi pendidikan yang mudah digunakan dan bermanfaat bagi proses pembelajaran. Hasil analisis kebutuhan menunjukkan perlunya pelatihan berbasis teknologi dan dukungan finansial untuk implementasi teknologi. Setelah kegiatan, para pendidik melaporkan peningkatan kepercayaan diri dalam menggunakan teknologi, dan SD Subhakamana berhasil mengintegrasikan proyektor serta fasilitas internet untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Program ini diharapkan menjadi model bagi sekolah-sekolah lain dalam penerapan pendidikan berbasis teknologi, yang dapat mengurangi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan serta mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan era digital.AbstractIn the era of society 5.0, digitalisation has become a vital aspect in the development of education. However, unequal access to technology in rural areas, such as in Nepal, widens the education gap. Subhakamana Primary School in Nepal faces challenges related to limited technology devices, learning resources, and low educator skills in integrating technology into the curriculum. To overcome these challenges, community service conducted by the Faculty of Economics, State University of Jakarta aims to improve educators' competencies through the provision of digital hardware and interactive learning modules. Socialisation activities were organised using the Technology Acceptance Model (TAM) approach to introduce educational technology that is easy to use and beneficial to the learning process. The results of the needs analysis indicated the need for technology-based training and financial support for technology implementation. After the activity, educators reported increased confidence in using technology, and SD Subhakamana successfully integrated projectors and internet facilities to enrich students' learning experience. The programme is expected to serve as a model for other schools in the implementation of technology-based education, which can reduce the education gap between urban and rural areas and prepare students to face the challenges of the digital era.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024