Strategi pembina merupakan hal yang paling penting bagi lembaga pesantren, apalagi dalam mendidik santri. Suksesnya lembaga pesantren tergantung dari seberapa strategi yang dibuat oleh pembina, selain itu ditambah dorongan dari keinginan santrinya sendiri, sehingga dibalik semua itu ada santri ataupun alumni Al-Mu’awanah yang mendapatkan penghargaan sendiri sebab hasil yang selama ia perjuangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah membahas tentang Strategi Pembina Dalam Mendidik Santri (Penelitian Terhadap Santri Ponpes Modern Al-Mu’awanah Majalaya), penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan data disajikan dalam bentuk huruf bukan angka. Pembina (pimpinan dan asatidz) menjadi informan dalam penelitian ini, karena selalu terlibat dalam pelaksanaan mendidik santri. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara interview atau wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pembina dalam mendidik santri di Pondok Pesantren Modern Al-Mu’awanah Majalaya menciptakan sebuah konsep asuh yang sudah tertata dan terstruktur. Berawal dari pimpinan, ke staff kepengasuhan, kemudian disampaikan ke OP3M/Munadzomah lalu disampaikan ke santri. Mendidik di Pondok Pesantren Modern Al-Mu’awanah Majalaya tidak hanya konsep asuh secara turun temurun, salah satu pembinaan paling tepat adalah dengan memberikan motivasi atau doktrin yang baik, karena minimnya motivasi yang ditunjukkan kepada santri untuk belajar dapat menyebabkan santri terkadang bolos dalam mengikuti pelajaran pesantren. Keterbatasan motivasi ini dapat menghambat santri dalam mencapai tujuan di pendidikan. Doktrin yang baik biasanya dapat mempengaruhi santri itu bisa dilihat dari kualitas dan pendidikannya. Faktor pendukung dan penghambat dalam mendidik santri yaitu: (a) faktor pendukung: pendukung di Intern maupun di ekstern mendapatkan apresiasi yang baik (b) faktor penghambat: diantara hambatan itu ialah perbedaan pendapat pemangku kebijakan pondok pesantren, kurangnya elektronik seperti handphone, dikarenakan keterbatasan handphone kepengasuhan santri dan internet juga tidak disediakan wifi, lalu keterbatasan kesadaran santri tentang menjaga kebersihan karena tidak adanya karyawan yang bertugas membersihkan, itu semua dibebankan kepada santri.
Copyrights © 2024