Fenomena alih kode dan campur kode menjadi salah satu kajian penting dalam sosiolinguistik, terutama di masyarakat multibahasa seperti Indonesia. Penelitian ini menganalisis alih kode dan campur kode yang terjadi dalam Podcast Pandeka di platform Noice. Alih kode merujuk pada perpindahan antarbahasa secara sengaja atau tidak sengaja, sementara campur kode mencakup penyisipan unsur bahasa lain ke dalam bahasa utama. Dalam konteks Podcast Pandeka, fenomena ini melibatkan bahasa Indonesia, bahasa daerah (Minang), dan bahasa Inggris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alih kode dominan terjadi dari bahasa Indonesia ke bahasa Minang atau Inggris untuk menyesuaikan situasi, menegaskan identitas budaya, atau menciptakan humor. Sebaliknya, campur kode lebih banyak digunakan untuk memperjelas makna, memperkuat emosi, atau meningkatkan daya tarik percakapan. Faktor situasional, identitas sosial, pragmatis, dan kebiasaan multibahasa menjadi pendorong utama terjadinya kedua fenomena ini. Secara teoretis, alih kode dan campur kode dalam podcast ini mencerminkan relevansi teori akomodasi komunikasi, identitas sosial, dan relevansi pragmatis dalam interaksi multibahasa. Kedua fenomena ini berfungsi tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana untuk menegaskan identitas sosial dan budaya dalam masyarakat multibahasa. Penelitian ini memberikan wawasan tentang hubungan antara bahasa, budaya, dan identitas dalam komunikasi multibahasa, serta menegaskan pentingnya pendekatan sosiolinguistik dalam memahami dinamika bahasa di era modern. Temuan ini diharapkan dapat memperkaya kajian linguistik, khususnya dalam konteks media digital.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024