Tradisi Kekristenan menyebut Allah adalah Allah Bapa, namun dalam penghayatan religiositas, Allah juga disapa dengan Allah ibu. Gelar Allah Ibu maupun Allah Bapa yang disematkan kepada Tuhan sebenarnya adalah sebuah simbol. Allah sebagai Bapa atau Allah sebagai Ibu disebutkan bukan karena atas dasar jenis kelamin tetapi merupakan sebuah simbol yang menjembatani hubungan dan komunikasi antara manusia dengan Allah yang adalah transenden sekaligus imanen. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pustaka dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data penelitian yang valid. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penghayatan orang Riung tentang Allah sebagai ibu yang disapa sebagai ibu (Nde) dengan beberapa penyebutan: Mori, Mbo Mori, Poso Wongko masih terus dihidupi hingga saat ini dalam tuturan ritual adat dan doa-doa personal maupun kolektif terhadap Sang Allah Ibu yang maharahim, mahapencipta dan penuh kasih sayang terhadap umat-Nya. Ungkapan doa orang Riung sering menyandingkan Allah bapa dan Allah ibu secara bersamaan. Kau Nde awa Ema eta - Kau Mori Keraeng Poso Wongko (Allah ibu dan Allah bapa, Engkaulah Mori Keraeng, Poso Wongko kami). Orang Riung mengakui Allah sebagai Nde (ibu) yang penjamin kebahagiaan, penyedia “rumah purba” (rahim) yang nyaman bagi kehidupan orang Riung. Ikatan arkhais ibu-anak ini menjadi sumber pengalaman orang Riung, yang justru melahirkan religiositas. konsep adat orang Riung yang disebut Pintu Pazir, Allah atau Wujud Tertinggi selalu disapa sebagai Ibu (nde), Nde eta mai, awa mai, ilimai, le mai: ibu yang berada di depan, di belakang, di kiri dan kanan”. Ibu memenuhi kebutuhan dan memberikan perhatian serta cinta yang tidak bersyarat kepada anaknya.
Copyrights © 2024