Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Sosialisasi Budaya Manonob sebagai Kearifan Lokal Pembalajaran Pendidikan Agama Kristen Natonis, Harun Yermia; Pasaribu, Jarusman; Hege Udju, Anita A; Djawa, Maya; Lopis, Yorhans S.; Roby Kause
CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 6 No. 2 (2023): Desember
Publisher : Ilin Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31960/caradde.v6i2.2221

Abstract

Abstrak. Tujuan pkm tentang budaya manonob (gotong royong) adalah karena minimnya penghargaan terhadap budaya manonob yang dapat mempersatukan dan mengikatkan persaudaraan. Kurangnya kerjasama antar semua pihak di bidang pendidikan dalam menanamkan budaya manonob bagi setiap peserta didik. Budaya manonob penting ditanamkan untuk menciptakan hubungan yang harmoni dengan saling mengasihi, menolong dan saling pedili terhadap sesama. Melalui budaya Manonob peserta didik dapat bekerjasama dalam menciptakan hubungan yang baik, harmonis dan sejahtera dilingkungan dimana mereka berada. Metode yang dipakai adalah sosialisasi melalui ceramah, tanya jawab dan tindak lanjut. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa sebagai kearifan lokal, budaya manonob seharusnya diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lebih khusus dalam dunia pendidikan di Timor Tengah Selatan (TTS). Penerapan budaya manonob sebagai kearifan lokal dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (PAK) dapat menolong peserta didik menumbuhkan karakter yang kristiani dalam menciptakan hubungan yang harmoni, kerukunan, dan saling peduli antar sesama
Makna Pengampunan dalam Ritus Naketi pada Masyarakat Amanuban Timur dan Relevansinya terhadap Nilai-nilai Kristiani Talita Tlonaen; Maya Djawa
APOSTOLOS Vol 4 No 1 (2024): May
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52960/a.v4i1.281

Abstract

Forgiveness is an obligation that must be carried out in the naketi rite in East Amanuban. However, the meaning of forgiveness in the naketi rite has not been implemented optimally so that people do not understand correctly what should be done in giving forgiveness and interpreting forgiveness in accordance with God's will. Therefore, in this writing the meaning of forgiveness in the naketi rite in East Amanuban will be explained. This type of research is qualitative research, a phenomenological approach. Data collection techniques are by way of observation, interviews and documentation and documents. The results of the writing found that the main purpose of the naketi rite is to reflect on oneself, correct mistakes made and reconcile oneself with others and God as a form of relationship restoration. The meaning of forgiveness in the naketi rite must be marked by peace within oneself, others and God as creator. Forgiving means reflecting on the mistakes you have made, forgiving the mistakes you have made without bitterness within yourself and being able to apply the forgiveness given by Jesus Christ as a form of thanksgiving for the grace received without demanding anything in return.
Pendekatan Kolaboratif PkM Dosen Teologi Membekali Presbiter dan Mendampingi Ekonomi Jemaat di Amanuban Timur Djawa, Maya; Nuban Timo, Ebenhaizer I.; Hawu Haba, Yuda D.
Devotion: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2024): April
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52960/dev.v2i2.317

Abstract

Pengabdian kepada masyarakat (PkM) adalah salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yang wajib dilaksanakan oleh dosen dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilakukan oleh Dosen Teologi dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang dan Universitas Kristen Artha Wacana (UKAW) Kupang. Melalui pendekatan kolaboratif, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan memberikan pembekalan kepada para presbiter di Klasis Amanuban Timur serta melakukan pendampingan terhadap kios binaan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan pendidikan masyarakat dan konsultasi, dengan melibatkan narasumber dari berbagai latar belakang akademis dan praktisi di lapangan. Kegiatan PkM ini dilaksanakan pada tanggal 25 September 2023 di Jemaat Arit Biito, Klasis Amanuban Timur, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan melibatkan peserta dari jemaat-jemaat di wilayah Klasis Amanuban Timur. Hasil kegiatan PkM ini mencakup pembekalan para presbiter dengan materi tentang spiritualitas pelayanan, sejarah Gereja di Amanuban Timur, dan signifikasi pengakuan iman bagi pelayanan ibadah. Selain itu, dilakukan juga pendampingan terhadap kios binaan untuk membantu meningkatkan ekonomi jemaat. Kegiatan ini menegaskan pentingnya peran lembaga pendidikan tinggi dalam mendukung pengembangan jemaat yang merupakan bagian dari masyarakat melalui PkM, serta memperkuat hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dan gereja.
Kontribusi Orang Tua dalam Mengimplementasikan Nilai-Nilai Kristiani dalam Keluarga di Jemaat Moria Nitus Klasis Kuanfau Kecamatan Kuanfatu Kabupaten Timor Tengah Selatan Nofriana Baun; Maya Djawa; Dwi Kristinningati; Owendi Lili Afi
Pietas: Jurnal Studi Agama dan Lintas Budaya Vol. 1 No. 2 (2024): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Publikasi Ilmiah, Yayasan Yuta Pendidikan Cerdas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62282/pj.v1i2.170-178

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi orang tua dalam mengimplementasikan nilai-nilai kristiani dalam keluarga di jemaat Moria Nitus klasis Kuanfatu kecamatan kuanfatu kabupaten Timor Tengah Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan teknis analisis data. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kontribusi orang tua dalam menerapkan nilai-nilai kristiani dalam keluarga di jemaat moria nitus sudah dilakukan oleh orang tua, namun tidak dilakukan secara terus menerus karena orang tua lebih menghabiskan waktu di kebun dan anak lebih menghabiskan waktu untuk bermain serta kurangnya pemahaman orang tua tentang pentingnya nilai-nilai kristiani dalam keluarga dan akan berpengaruh bagi pertumbuhan kerohanian anak. Untuk itu orang tua harus lebih meluangkan waktu bersama anak agar orang tua dapat berkontribusi dalam mengimplementasikan nilai-nilai kristian dalam keluarga pada anak.
Dimensi Sosio-Paedagogis Dalam Konstruksi “Umma Bodomaroto” Djawa, Maya; Luji, Daud Saleh
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 2, No 6 (2024): Madani, Vol 2, No. 6 2024
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.13077074

Abstract

This article explores a study on the socio-pedagogical dimension in the construction of um’ma, the traditional house of the local Sumba Tribe in Kampong Bodomaroto, West Sumba. Several dimensions were analyzed regarding the local Bodomaroto’s perspectives on the meaning and functions of um’ma as a traditional house. Firstly, the Bodomaroto community perceives um’ma as a vessel that encapsulates the profound essence of Bodomaroto and its people. They view um’ma Bodomaroto as a representation of their collective identity as human beings. Secondly, the functions of um’ma are observed through its conceptualization and its connection to cosmology, which can be divided into two parts: horizontal and vertical space. This cosmology is associated with the human body. Um’ma Bodomaroto embodies physical and social entities. Thirdly, um’ma Bodomaroto holds socio-pedagogical values that are translated into moral education. The moral education encompasses several aspects: (1) nurturing children through rabuka and lado, emphasizing parental responsibilities, (2) fostering an understanding of the economy through kotatu and wasu patunu, (3) promoting respect for the living environment through padalu, (4) maintaining a balance of responsibilities through the four pillars, (5) cultivating harmony and fellowship through kogola, (6) assuming responsibility for the well-being of the entire household through wo’o letara, (7) respecting the body through muat alang representation, and (8) adhering to firm and focused principles through kaluota. These eight moral concepts serve as guiding principles for community education. These concepts are integrated into the education system, aligning with the philosophy of liberating education put forth by Paulo Freire. According to Freire, education comprises three crucial elements that are interrelated with the meaning and function of um’ma.
Pendidikan Informal dalam Um’ma: Analisis Makna, Sosiologia dan Pedagogis Um’ma dalam Budaya Bodomaroto Sumba Barat Djawa, Maya
Afeksi: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Vol 5, No 6 (2024)
Publisher : Pusat Studi Penelitian dan Evaluasi Pembelajaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59698/afeksi.v5i6.354

Abstract

Pendidikan informal adalah pendidikan sepanjang masa dalam keluarga yang menolong pembentukan karakter manusia di dalamnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis makna dan fungsi um'ma dalam budaya Bodomaroto, mengkaji aspek sosiologis dan pedagogisnya. Metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sosio-pedagogis digunakan melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasilnya menunjukkan um'ma sebagai identitas budaya, pusat ritual Marapu, interaksi keluarga, dan menjaga keseimbangan dengan alam. Dari perspektif sosiologis, um’ma memperkuat tatanan sosial dan nilai-nilai komunitas, sedangkan dari perspektif pedagogis, um’ma berperan dalam tempat pelaksanaan pendidikan informal yang mengajarkan nilai-nilai moral. Signifikansi penelitian ini adalah untuk memperkaya pemahaman tentang peran orang tua dan anak dalam keluarga sebagai subyek pembelajar dengan menjadikan manusia dan dunia sebagai media pendidikan informal berbasis budaya lokal sehingga mencapai suatu transformasi hidup yang lebih baik.
RELEFANSI NILAI PAK DALAM UPACARA KAUS NONO MA TASAEB NONO BERDASARKAN LENSA PAUL TILICH BAGI MASYARAKAT DESA IUS MOLLO KECAMATA MOLLO UTARA Baun, Nofriana; Djawa, Maya; Silla, Abia; Koeslulat, Welmenci
Jurnal Dedikasi Pendidikan Vol 9, No 1 (2025): Januari 2025
Publisher : Center for Research and Community Service (LPPM) University of Abulyatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30601/dedikasi.v9i1.5989

Abstract

This study examines the Christian Religious Education values in the Kaus Nono Ma Tasaeb Nono ceremony, analyzed through Paul Tillich's lens, within the community of Ius Mollo Village, North Mollo District. Employing qualitative methods with observation and interviews, the findings reveal that the ceremony embodies spiritual, social, and symbolic meanings: safeguarding households from calamities, honoring women as they adapt to their husband's extended family, and uniting spouses as one entity. Through Tillich's perspective, the Christian Religious Education transcends doctrinal teaching, becoming a transformative process that integrates intellectual, emotional, spiritual, and cultural dimensions, with culture acting as a unifying force in the community
Implikasi Ibadah Bagi Penguatan Spiritualitas Iman Kristen Paula Konay, Jeanne; Oktoviana Oematan, Delsi; Amelia Haba Ito, Korne; Djawa, Maya; Adi Saingo, Yakobus
Gudang Jurnal Multidisiplin Ilmu Vol. 3 No. 1 (2025): GJMI - JANUARI
Publisher : PT. Gudang Pustaka Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59435/gjmi.v3i1.1387

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk membahas implikasi ibadah bagi penguatan spiritualitas iman Kristen dalam perspektif tradisi Perjanjian Lama serta implikasinya bagi pengembangan iman Kristen yang holistik dan transformatif. Pembahasan mencakup perkembangan tempat dan bentuk ibadah, transformasi pemahaman tentang ibadah, serta prinsip-prinsip ibadah dan spiritualitas dalam Perjanjian Lama. Kajian ini menggunakan metode studi pustaka dengan pengumpulan data dari berbagai literatur ilmiah. Analisis data dilakukan secara reduktif dengan pemaparan hasil bahwa ibadah mengalami perkembangan dari tempat-tempat terbuka menjadi lebih terorganisir. Pemahaman tentang ibadah juga bergeser dari yang berorientasi pada berkat duniawi menjadi lebih berfokus pada pembangunan relasi spiritual dengan Allah. Prinsip-prinsip seperti ibadah sesuai kehendak Allah, ibadah sebagai simbol/lambang dan ekspresi spiritualitas, tindakan-tindakan kudus, serta kesalehan dan doa menegaskan bahwa ibadah dan spiritualitas tidak hanya ritual, namun mencakup ketaatan, kesucian, dan praktik kehidupan sehari-hari. Ibadah yang diterapkan melalui berbagai tradisi perayaan, hari raya serta tindakan-tindakan kudus Perjanjian Lama bagi pengembangan spiritualitas dan iman Kristen memiliki dampak yang positif bagi penguatan spiritualitas orang beriman, teologi ibadah dan spiritualitas Perjanjian Lama dapat menjadi fondasi bagi pengembangan iman Kristen yang holistik dan transformatif.
Allah Ibu Dalam Perspektif Orang Riung Lilijawa, Isidorus; Djawa, Maya; Saingo, Yakobus Adi
Equalita: Jurnal Studi Gender dan Anak Vol 6, No 2 (2024)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/equalita.v6i2.19647

Abstract

Tradisi Kekristenan menyebut Allah adalah Allah Bapa, namun dalam penghayatan religiositas, Allah juga disapa dengan Allah ibu. Gelar Allah Ibu maupun Allah Bapa yang disematkan kepada Tuhan sebenarnya adalah sebuah simbol. Allah sebagai Bapa atau Allah sebagai Ibu disebutkan bukan karena atas dasar jenis kelamin tetapi merupakan sebuah simbol yang menjembatani hubungan dan komunikasi antara manusia dengan Allah yang adalah transenden sekaligus imanen.  Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pustaka dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data penelitian yang valid. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penghayatan orang Riung tentang Allah sebagai ibu yang disapa sebagai ibu (Nde) dengan beberapa penyebutan: Mori, Mbo Mori, Poso Wongko masih terus dihidupi hingga saat ini dalam tuturan ritual adat dan doa-doa personal maupun kolektif terhadap Sang Allah Ibu yang maharahim, mahapencipta dan penuh kasih sayang terhadap umat-Nya. Ungkapan doa orang Riung sering menyandingkan Allah bapa dan Allah ibu secara bersamaan. Kau Nde awa Ema eta - Kau Mori Keraeng Poso Wongko (Allah ibu dan Allah bapa, Engkaulah Mori Keraeng, Poso Wongko kami). Orang Riung mengakui Allah sebagai Nde (ibu) yang penjamin kebahagiaan, penyedia “rumah purba” (rahim) yang nyaman bagi kehidupan orang Riung. Ikatan arkhais ibu-anak  ini menjadi sumber pengalaman orang Riung, yang justru melahirkan religiositas. konsep adat orang Riung yang disebut Pintu Pazir, Allah atau Wujud Tertinggi selalu disapa sebagai Ibu (nde), Nde eta mai, awa mai, ilimai, le mai: ibu yang berada di depan, di belakang, di kiri dan kanan”. Ibu memenuhi kebutuhan dan memberikan perhatian serta cinta yang tidak bersyarat kepada anaknya.
Esensi Simbol Sara Douda : Ekspresi Seni Budaya dan Spiritualitas Keimanan Masyarakat Loli Kabupaten Sumba Barat Sulistyastuti Sutomo; Maya Djawa; Amelia Wila; Fenetson Pairikas; Yakobus Adi Saingo
Mutiara : Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Vol. 3 No. 1 (2025): Mutiara : Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah
Publisher : STAI YPIQ BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59059/mutiara.v3i1.2138

Abstract

The Sara Douda dance is a form of oral tradition cultural art that combines movement elements from original Loli dance accompanied by energetic traditional music, namely gongs and drums, as a powerful medium for expressing the experience of faith, namely gratitude to the Almighty for giving His blessings of life to the Loli community. Sara Douda is full of verbal and non-verbal symbols, rich in meaning, messages and cultural values ​​for the Loli community, used for social interaction and also as an expression of faith in the Most High. The aim of this research is to obtain an overview of the nature, form and meaning of Sara Douda cultural symbols as a form of expression of art, culture and faith of the Loli community in the study of Contextual Theology. This study uses qualitative methods and is analyzed narratively which shows that Sara Douda is a cultural symbol of the Loli people and also a symbol of their faith. Religious symbols allow individuals access to Divine reality and expression. their experience of faith in a cultural context. The verbal and nonverbal symbols in Sara Douda show the Loli Community's faith and belief in God, the Creator of heaven and earth as in the expression Ama wolo Ama rawi. Their offerings of praise and thanksgiving are expressed through poetry in the form of verses and lines as well as beautiful dances from time to time, from generation to generation until now contextual in social life.