Penelitian ini mengkaji tentang memahami dinamika hubungan sosial antara etnik Melayu sebagai kelompok tuan rumah dan etnik Batak sebagai kelompok pendatang dominan di Kota Medan, Sumatera Utara.Fokus utama penelitian ini adalah mengkaji bagaimana bentuk-bentuk parasitisme sosial terjadi dan bagaimana identitas kultural dipertahankan, dinegosiasikan, atau bahkan terpinggirkan dalam relasi antaretnik tersebut.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Informan terdiri dari tokoh masyarakat Melayu, tokoh adat Batak, akademisi, serta pelaku ekonomi lokal dari kedua etnik. Analisis data dilakukan secara tematik melalui reduksi, kategorisasi, dan interpretasi makna sosial yang muncul dalam interaksi antaretnik.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pola dominasi sosial-ekonomi oleh etnik Batak yang memunculkan persepsi parasitisme sosial dari sudut pandang sebagian masyarakat Melayu. Parasitisme ini tidak selalu bersifat material, tetapi juga simbolik, seperti dalam perebutan ruang budaya, posisi pemerintahan lokal, dan narasi sejarah kota. Di sisi lain, etnik Batak memandang keberadaan mereka sebagai bentuk partisipasi aktif dalam pembangunan kota dan bukan sebagai bentuk eksploitasi. Ketegangan identitas pun muncul ketika budaya Melayu semakin tergerus dan kehilangan ruang ekspresi di wilayah yang secara historis mereka huni. Meski demikian, terdapat pula ruang dialog dan koeksistensi damai yang dibangun melalui relasi sosial di lingkungan permukiman, pasar, dan institusi pendidikan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025