Kebijakan makan siang gratis telah diterapkan di berbagai negara sebagai upaya meningkatkan gizi dan prestasi akademik siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejarah kebijakan makan siang gratis, membandingkannya dengan negara pertama yang menerapkannya, serta mengevaluasi dampaknya terhadap gizi dan pembelajaran siswa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kajian literatur dengan pendekatan historis dan komparatif. Data dikumpulkan melalui studi pustaka dari jurnal akademik, laporan kebijakan, serta sumber primer dan sekunder terkait kebijakan makan siang gratis di berbagai negara. Kajian makan bergizi gratis dalam tulisan ini dilakukan dalam konteks Amerika dan Jepang. Program makan bergizi gratis di Amerika Serikat dan Jepang berhasil karena didukung oleh kebijakan yang berkelanjutan, pendanaan yang stabil, serta integrasi dengan sistem pendidikan dan kesehatan. Di Jepang, program Kyūshoku berhasil karena adanya standar gizi ketat, keterlibatan sekolah dalam penyediaan makanan sehat, dan budaya makan bersama yang menanamkan kebiasaan baik sejak dini. Sementara itu, di Amerika Serikat, National School Lunch Program (NSLP) sukses karena mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah federal, memastikan akses makanan bergizi bagi anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah. Kedua negara menunjukkan bahwa keberhasilan program ini bergantung pada perencanaan jangka panjang, keterlibatan pemerintah, serta pendidikan gizi bagi siswa. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengadaptasi model kebijakan yang sesuai dengan kondisi lokal, memastikan efektivitas distribusi, dan melakukan evaluasi berkala untuk mengoptimalkan manfaat bagi siswa.
Copyrights © 2025