Islam di Indonesia memiliki karakteristik unik yang lahir dari interaksi panjang antara ajaran Islam dan tradisi lokal. Artikel ini mengeksplorasi konstruksi identitas Muslim tradisional dan modernis di Indonesia dengan fokus pada perbedaan metodologi, praktik keagamaan, serta dinamika hubungan antara kedua kelompok. Kelompok Muslim tradisional cenderung mempertahankan tradisi lokal seperti tahlilan, yasinan, dan ziarah kubur, yang diwariskan melalui institusi pesantren. Sebaliknya, Muslim modernis berorientasi pada purifikasi ajaran Islam dengan pendekatan rasional dan kontekstual, yang tercermin dalam gerakan reformis seperti Muhammadiyah. Kajian ini menggunakan metode kualitatif berbasis kajian literatur dengan pendekatan teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann. Temuan menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan mendasar antara kedua kelompok, terdapat titik temu dalam komitmen mereka terhadap nilai-nilai keislaman dan pemberdayaan masyarakat. Kolaborasi lintas kelompok terlihat dalam isu-isu keumatan dan nasionalisme, meskipun perbedaan ideologis kerap memunculkan dinamika konflik. Artikel ini menegaskan pentingnya dialog dan sinergi antara Muslim tradisional dan modernis dalam menghadapi tantangan globalisasi, perkembangan teknologi, dan isu-isu kontemporer. Dengan memahami dan menjembatani perbedaan, Islam di Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi model keberagamaan yang inklusif dan harmonis. Kata Kunci: Islam Indonesia, Muslim tradisional, Muslim modernis, Identitas keagamaan, Harmoni sosial.
Copyrights © 2025