Implementasi Kurikulum Merdeka sebagai inovasi pendidikan memerlukan pendekatan sistematis untuk memahami proses adopsinya di tingkat satuan pendidikan. Artikel ini menganalisis implementasi Kurikulum Merdeka melalui lensa teori difusi inovasi Rogers, dengan fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan dan penyebarannya di SMP Al-Ghozali Arosbaya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi lapangan, mengumpulkan data melalui wawancara mendalam dengan 15 guru, observasi partisipatif, serta analisis dokumen kebijakan seperti Peraturan Mendikbudristek No. 56 Tahun 2022 dan laporan implementasi kurikulum di sekolah tahun 2023–2025. Teori Rogers menyoroti lima atribut inovasi keunggulan relatif, kompatibilitas, kompleksitas, kemampuan uji coba, dan observabilitas sebagai kerangka analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi Kurikulum Merdeka di SMP Al-Ghozali dipengaruhi oleh persepsi guru terhadap manfaat kurikulum (keunggulan relatif), kesesuaian dengan visi sekolah (kompatibilitas), serta dukungan kebijakan dan infrastruktur. Sumber sekunder seperti laporan Kemendikbud tahun 2023 dan kajian Supriyanto memperkuat temuan bahwa tantangan utama meliputi resistensi terhadap perubahan, keterbatasan pemahaman konsep Merdeka Belajar, dan disparitas kapasitas antar-sekolah. Peran agen perubahan (pelatih ahli dan komunitas praktisi) juga terbukti krusial dalam mempercepat difusi inovasi, sebagaimana diidentifikasi dalam wawancara. Rekomendasi yang diajukan mencakup penguatan pelatihan berbasis kebutuhan, pendampingan berkelanjutan, dan optimalisasi media komunikasi untuk meningkatkan adopsi kurikulum. Temuan ini memberikan kontribusi teoretis dalam memahami dinamika perubahan kurikulum serta implikasi praktis bagi pemangku kepentingan pendidikan. Penelitian ini memperkaya literatur dengan menggabungkan data primer wawancara, observasi dan sekunder yaitu kebijakan, laporan, artikel untuk analisis yang komprehensif.
Copyrights © 2025