Masyarakat Indonesia menggunakan bawang merah setiap hari sebagai bahan penting dalam masakan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat, produksi bawang merah perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah melalui strategi intensifikasi seperti tumpang sari. Menggabungkan bawang merah dengan cabai merupakan salah satu pendekatan yang potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji produksi bawang merah ketika ditanam menggunakan metode tumpang sari dengan konfigurasi jarak tanam yang berbeda. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari enam pendekatan berbeda: tumpang sari dengan jarak tanam 15 x 15 cm, tumpang sari dengan jarak tanam 20 x 20 cm, tumpang sari dengan jarak tanam 25 x 25 cm, monokultur dengan jarak tanam 15 x 15 cm, monokultur dengan jarak tanam 20 x 20 cm, dan monokultur dengan jarak tanam 25 x 25 cm. Setiap pendekatan diuji coba empat kali, sehingga total terdapat 24 kelompok percobaan individu. Data dikumpulkan mengenai berat umbi segar, berat umbi kering untuk penggunaan pasar, total produksi per hektar, jumlah umbi yang diproduksi, dan lebar umbi. Informasi yang terkumpul kemudian diuji menggunakan uji F dengan ambang batas 5%, diikuti oleh uji DMRT pada ambang batas 5% yang sama. Temuan penelitian menunjukkan bahwa produksi bawang merah per hektar dengan pendekatan satu tanaman dan penanaman sela dengan jarak tanam 15 x 15 cm menghasilkan jumlah yang kurang lebih sama. Oleh karena itu, petani dapat menanam bawang merah secara sela dengan cabai menggunakan jarak tanam 15 x 15 cm.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2025