Pendahuluan: Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, termasuk Staphylococcus aureus dan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), menjadi masalah kesehatan global dengan angka kematian tinggi. Biji alpukat (Persea americana Mill.) mengandung senyawa dengan potensi antibakterial, seperti flavonoid dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antibakterial ekstrak biji alpukat yang diperoleh melalui teknik ekstraksi dingin (remaserasi) dan panas (refluks) terhadap Staphylococcus aureus dan MRSA. Metode: Penelitian adalah penelitian eksperimental in vitro. Ekstraksi simplisia biji alpukat dilakukan dengan metode remaserasi (dingin) dan refluks (panas). Dilanjutkan dengan uji fitokimia kualitatif metode penampisan terhadap flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin. Uji kuantitatif dengan metode UV-Vis terhadap senyawa Flavonoid. Uji aktivitas antibakterial dilakukan dengan uji difusi sumuran. Analisis statistik menggunakan uji non parametrik. Hasil: Ekstrak biji Alpukan memiliki metabolit sekunder flavonioid, alkaloid, saponin, dan Tanin. Ekstrak digin memiliki jumlah flavonoid dengan rata-rata 3,932 mgQE/g. Ekstrak panas memiliki jumlah flavonoid dengan rata-rata 2,288 mgQE/g. Ekstrak dingin dan ekstrak panas biji alpukat memiliki aktivitas antibakterial jika dibandingkan dengan kontrol negatif pada konsentrasi 25% (p<0,05). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran menunjukkan bahwa ekstrak dingin dan panas memiliki efektivitas yang tidak berbeda signifikan terhadap kedua jenis bakteri pada berbagai konsentrasi (p>0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa kedua metode ekstraksi dapat menghasilkan ekstrak dengan aktivitas antibakteri yang setara. Simpulan: Ekstrak biji alpukat, baik melalui metode ekstraksi dingin (remaserasi) maupun panas (refluks), memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan MRSA. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua metode ekstraksi dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri.
Copyrights © 2025