Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Variasi Ukuran Partikel pada Ekstraksi Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Penurunan Kadar Trigliserida Pada Tikus Hiperlipidemia Manalu, Jojor Lamsihar; Sukendar, Billy; Arieselia, Zita; Dewi, Rita; Narwati, Yulia Tanti
Bahasa Indonesia Vol 22 No 3 (2023): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v22i3.4333

Abstract

Pendahuluan:  Biji buah alpukat memiliki zat aktif yang dapat menurunkan kadar trigliserida.  Pemanfaatan biji buah alpukat sebagai obat penurun kadar trigliserida masih memiliki potensial yang perlu dikembangkan untuk menjadi salah obat herbal yang alternatif. Metode: Penelitian eksperimental dilakukan terhadap tikus Sprague Dawley, tikus diberikan sediaan propylthiouracil (PTU) selama 14 hari untuk mencapai kondisi hiperlipidemia yang dibagi ke dalam 2 kelompok intervensi. Kelompok pertama diberikan ekstrak biji alpukat yang diekstraksi dengan metode remaserasi dari biji alpukat yang digerus selama 15 menit dan kelompok kedua digerus selama 30 menit. Ukuran partikel didapatkan dari rata-rata diameter 10 partikel biji alpukat secara acak dari setiap variasi waktu penggerusan. Kadar trigliserida dalam darah tikus diukur setelah 14 hari pemberian PTU dan diukur lagi setelah 7 hari, dan 14 hari pemberian ekstrak biji alpukat. Analisis data menggunakan uji paired t-test dan unpaired t-test. Hasil: Rata-rata ukuran partikel biji alpukat pada kelompok 1 sebesar 27,03 µm dan kelompok 2 sebesar 13,50 µm Pemberian ekstrak biji alpukat mampu menurunkan kadar trigliserida secara signifikan dari hari 0-7, hari 0-14, dan hari 7-14 pada kelompok 1 (p<0,05). Hal yang sama ditemukan pada kelompok 2 (p<0,05) selain dari hari 7-14 (p>0,05). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dalam penurunan trigliserida pada kelompok pertama dan kedua (p>0,05). Simpulan: Pemberian ekstrak biji alpukat dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus. Perbedaan waktu penggerusan dan ukuran biji alpukat yang diekstraksi tidak memengaruhi efektivitas dalam penurunan kadar trigliserida.  
Perbandingan Aktivitas Antibakterial Ekstrak Panas dan Ekstrak Dingin Biji Alpukat terhadap Bakteri S. aureus dan MRSA Adhitama, Antonius Yudhistira; Dewi, Rita; Lieputra, Andrew Adhytia; Narwati, Yulia Tanti; Manalu, Jojor Lamsihar
Bahasa Indonesia Vol 24 No 2 (2025): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v24i2.6701

Abstract

Pendahuluan: Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, termasuk Staphylococcus aureus dan Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), menjadi masalah kesehatan global dengan angka kematian tinggi. Biji alpukat (Persea americana Mill.) mengandung senyawa dengan potensi antibakterial, seperti flavonoid dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antibakterial ekstrak biji alpukat yang diperoleh melalui teknik ekstraksi dingin (remaserasi) dan panas (refluks) terhadap Staphylococcus aureus dan MRSA. Metode: Penelitian adalah penelitian eksperimental in vitro. Ekstraksi simplisia biji alpukat dilakukan dengan metode remaserasi (dingin) dan refluks (panas). Dilanjutkan dengan uji fitokimia kualitatif metode penampisan terhadap flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin. Uji kuantitatif dengan metode UV-Vis terhadap senyawa Flavonoid. Uji aktivitas antibakterial dilakukan dengan uji difusi sumuran. Analisis statistik menggunakan uji non parametrik. Hasil: Ekstrak biji Alpukan memiliki metabolit sekunder flavonioid, alkaloid, saponin, dan Tanin. Ekstrak digin memiliki jumlah flavonoid dengan rata-rata 3,932 mgQE/g. Ekstrak panas memiliki jumlah flavonoid dengan rata-rata 2,288 mgQE/g. Ekstrak dingin dan ekstrak panas biji alpukat memiliki aktivitas antibakterial jika dibandingkan dengan kontrol negatif pada konsentrasi 25% (p<0,05). Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran menunjukkan bahwa ekstrak dingin dan panas memiliki efektivitas yang tidak berbeda signifikan terhadap kedua jenis bakteri pada berbagai konsentrasi (p>0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa kedua metode ekstraksi dapat menghasilkan ekstrak dengan aktivitas antibakteri yang setara. Simpulan: Ekstrak biji alpukat, baik melalui metode ekstraksi dingin (remaserasi) maupun panas (refluks), memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan MRSA. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua metode ekstraksi dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri​.
PENGARUH PEMAPARAN MATERI DAN TUR KOLEKSI MUSEUM ANATOMI FKIK UNIKA ATMA JAYA TERHADAP PENGETAHUAN SISTEM TUBUH PADA MURID SEKOLAH DASAR (SD) Panggabean, Nadine Lefina; Djuartina, Tena; Dewi, Rita; Suwangto, Erfen Gustiawan; Narwati, Yulia Tanti; Irawan, Robi
Mitramas: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitramas.v3i2.6311

Abstract

Museum merupakan institusi nirlaba yang tidak hanya berperan dalam edukasi dan penelitian, tetapi juga sebagai sarana penyebaran informasi. Museum Anatomi FKIK Unika Atma Jaya memfasilitasi pembelajaran sains, khususnya biologi dan anatomi. Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang melibatkan siswa SD yang mengunjungi museum. Kuesioner diberikan sebelum dan sesudah pemaparan materi audiovisual serta tur koleksi sistem organ tubuh oleh staf Departemen Anatomi. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengevaluasi efektivitas museum sebagai media pembelajaran dan dampaknya terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Hasilnya, 121 siswa menunjukkan peningkatan skor post-test dengan distribusi jawaban benar yang lebih bervariasi. Uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada beberapa topik, seperti embriologi, perbedaan jenis kelamin, dan fungsi ginjal dalam sistem urin. Namun, peningkatan pada topik lain seperti sistem tubuh dan fungsi jantung tidak signifikan secara statistik. Temuan ini menunjukkan bahwa pemaparan museum secara interaktif efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada topik-topik tertentu, meskipun tidak berlaku untuk seluruh materi
PENGARUH PEMAPARAN MATERI DAN TUR KOLEKSI MUSEUM ANATOMI FKIK UNIKA ATMA JAYA TERHADAP PENGETAHUAN SISTEM TUBUH PADA MURID SEKOLAH DASAR (SD) Panggabean, Nadine Lefina; Djuartina, Tena; Dewi, Rita; Suwangto, Erfen Gustiawan; Narwati, Yulia Tanti; Irawan, Robi
Mitramas: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Vol. 3 No. 2 (2025)
Publisher : Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/mitramas.v3i2.6311

Abstract

Museum merupakan institusi nirlaba yang tidak hanya berperan dalam edukasi dan penelitian, tetapi juga sebagai sarana penyebaran informasi. Museum Anatomi FKIK Unika Atma Jaya memfasilitasi pembelajaran sains, khususnya biologi dan anatomi. Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang melibatkan siswa SD yang mengunjungi museum. Kuesioner diberikan sebelum dan sesudah pemaparan materi audiovisual serta tur koleksi sistem organ tubuh oleh staf Departemen Anatomi. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengevaluasi efektivitas museum sebagai media pembelajaran dan dampaknya terhadap peningkatan pengetahuan siswa. Hasilnya, 121 siswa menunjukkan peningkatan skor post-test dengan distribusi jawaban benar yang lebih bervariasi. Uji Wilcoxon menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05) pada beberapa topik, seperti embriologi, perbedaan jenis kelamin, dan fungsi ginjal dalam sistem urin. Namun, peningkatan pada topik lain seperti sistem tubuh dan fungsi jantung tidak signifikan secara statistik. Temuan ini menunjukkan bahwa pemaparan museum secara interaktif efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa pada topik-topik tertentu, meskipun tidak berlaku untuk seluruh materi