Demam typhoid merupakan infeksi sistemik yang terjadi karena adanya bakteri Salmonella typhi yang masuk kedalam tubuh melalui makanan yang kurang hygienis makanan tersebut tidak sengaja dikonsumsi oleh penderita. Insiden rate demam typhoid mencapai 11 sampai 20 juta kasus dan 128.000 hingga 161.000 kematian akibat typhoid terjadi setiap tahun diseluruh dunia. Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan obat antibiotik sebagai terapi demam typhoid di Instalasi Rawat Inap RSUD R.A. Kartini Jepara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain kohort retrospektif. Data diperoleh dari rekam medis pasien demam typhoid di Instalasi Rawat Inap RSUD R.A. Kartini Jepara tahun 2024. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Wilcoxon, Kruskall-Wallis H, dan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan adalah ceftriaxone (65,6%), diikuti oleh cefotaxime (19,8%), dan ampicillin (14,6%). Penurunan suhu tubuh tertinggi tercatat pada kelompok ampicillin, namun tidak terdapat perbedaan signifikan dalam penurunan suhu tubuh (p = 0,329) maupun penurunan jumlah leukosit (p = 0,444) antar ketiga antibiotik. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang signifikan dalam LOS (p = 0,000) dan LOSAR (p = 0,002), di mana ceftriaxone menunjukkan hasil yang paling efisien dalam mempercepat proses penyembuhan. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa pola penggunaan antibiotik paling tinggi adalah ceftriaxone, dan secara umum, penggunaan antibiotik efektif dalam menangani pasien demam typhoid rawat inap, meskipun efektivitas antar antibiotik tidak menunjukkan perbedaan signifikan secara statistik pada beberapa parameter klinis.
Copyrights © 2025