Pertanian sayuran di Desa Bobanehena, Kecamatan Jailolo, Halmahera Barat, masih menghadapi tantangan produktivitas rendah akibat ketergantungan pada pupuk kimia serta belum optimalnya pemanfaatan limbah organik. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah kotoran hewan dan limbah pertanian menjadi pupuk bokashi. Metode yang digunakan adalah pendekatan partisipatif, meliputi observasi, sosialisasi, pelatihan, pendampingan aplikasi, serta evaluasi. Sebanyak 22 petani sayuran terlibat sebagai peserta. Hasil kuesioner pra-pelatihan menunjukkan lebih dari 80% petani belum mengenal maupun menggunakan bokashi. Setelah pelatihan, 100% responden memahami konsep dan bahan, 90% mampu membuat bokashi secara mandiri, serta seluruhnya bersedia mengaplikasikan di lahan sayuran. Evaluasi lapangan menunjukkan bahwa bokashi meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi secara signifikan. Perlakuan 20 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman 30,5 cm, jumlah daun 16 helai, dan berat segar 4,20 kg, jauh lebih tinggi dibanding kontrol 0 ton/ha (20,5 cm; 8 helai; 1,05 kg). Penerapan bokashi terbukti memberikan manfaat ekologis, ekonomi, dan sosial, sehingga berkontribusi pada pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis sumber daya lokal. Kata kunci: bokashi, pupuk organik, limbah pertanian, petani sayuran, pertanian berkelanjutan
Copyrights © 2025