GEMA TEOLOGIKA : Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
GEMA TEOLOGIKA receives articles and book reviews from various sub disciplines Theology, particularly contextual theology Divinity Studies in the context of socio cultural religious life Religious Studies Philosophy of Religion Received articles will be reviewed through the blind review process. The submitted article must be the writers original work and is not published in another journal or publisher in any language. Writers whose articles are accepted and have account in google scholar profile will be requested to participate as peer reviewers.
Articles
10 Documents
Search results for
, issue
"Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian"
:
10 Documents
clear
Erotika Syeh Amongraga: Kajian Teologi Mistik dan Seksualitas dalam Serat Centhini
Kristianto, Andreas
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.607
AbstractThis article attempts to explore the eroticism of Syeh Amongraga in Serat Centhini. The author uses Serat Centhini edited by Karkono Partokusumo (1985) and the latest contemporary novel by Elizabeth D. Inandiak with the title Centhini: Kekasih yang Tersembunyi (2018). This paper is a qualitative descriptive study using the perspective ofreviewing mystical theology and sexuality. The result suggests that Serat Centhini is a Javanese literary work containing erotic spirituality concerning the idea of “ngudi kasampurnaan†(seeking perfection), “manunggaling kawula lan Gusti†(integrating the servant with God), “pamongraga lan pamongrasa†(guardian body and guardian mysticfeeling), and erotic celebrations. The study of the Centhini opens a new horizon in contextual theology to view sexuality positively, especially in its encounter with the bible book Song of Songs. AbstrakArtikel ini berupaya untuk menggali erotika Syeh Amongraga dalam Serat Centhini. Penulis menggunakan karya teks Serat Centhini edisi Karkono Partokusumo (1985) dan novel kontemporer terbaru karya Elizabeth D. Inandiak dengan judul Centhini: Kekasih yang Tersembunyi (2018). Tulisan ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan perspektif tinjauan teologi mistik dan seksualitas. Hasilnya adalah Serat Centhini menjadi karya sastra Jawa yang mengandung spiritualitas erotis, spiritualitas yang menyangkut gagasan tentang “ngudi kasampurnan†(mencari kesempurnaan), “manunggaling kawula lan Gusti†(menyatunya hamba dengan Tuhan), “pamongraga lan pamongrasa†(pemeliharaan tubuh dan pemeliharaan rasa), dan perayaan erotis. Kajian Serat Centhini ini membuka cakarawala baru dalam teologi kontekstual untuk memandang seksualitas secara positif, khususnya dalam perjumpaannya dengan kitab Kidung Agung.
Resensi Buku: The Prophetic Imagination
Soesilo, Yushak
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.692
Memperkaya Pemahaman Alkitab dengan Perspektif Kepercayaan Lain: Interpretasi Sosio-Retorik Roma 2:12–16
Surbakti, Pelita Hati
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.608
AbstractTaking account of contexts in hermeneutics and further theological works is interesting. Archie C.C. Lee, when developing cross-textual hermeneutics, stated that the knowledge about context could enrich the understanding of the biblical text. For him, this proposition also applies if the context is a cultural-belief outside Christianity. The reason is because God is the God of history, so that God is and continues to work in all human civilizations, including in cultural-beliefs that are often considered pagans. However, reasoning derived from biblical texts is rarely proposed. This article proposes Romans 2:12–16 as an alternative reasoning, using socio-rhetorical interpretation method. Inthis text Paul states that those who are referred to as “those who do not have the Law†(gentiles) actually have the Torah written in their hearts and materialize it in deeds. The finding of this study confi rms Lee’s argument. AbstrakMempertimbangkan konteks dalam berhermeneutika dan selanjutnya berteologi kian menarik. Archie C.C. Lee, ketika mengembangkan hermeneutika lintas-tekstual, menyatakan bahwa dengan memper-timbangkan konteks bahkan dapat memperkaya pemahaman terhadap teks Alkitab. Bagi dia, dalil ini juga berlaku bila konteksnya adalah kebudayaan-kepercayaan di luar kekristenan. Alasannya adalah karena Allah merupakan Allah atas sejarah, maka Ia juga telah dan terus berkarya dalam seluruh peradaban manusia, termasuk dalam kebudayaan-kepercayaan yang kerap dinilai kafir. Namun, alasan yang bersumber dari teks Alkitab jarang diusulkan. Melalui tulisan ini saya mengusulkan Roma 2:12–16 sebagai alternatif alasan. Interpretasi sosio-retorik akan digunakan untuk menafsir teks ini. Melalui teks ini Paulus menyatakan bahwa orang yang disebut sebagai “orang-orang yang tidak memiliki Taurat†(kafir) sekalipun ternyata memiliki Taurat yang tertulis dalam hatinya, dan mereka bahkan mampu melakukannya. Temuan kajian ini menegaskan pandangan Lee.
Resensi Buku: The Birth, the Curse And the Greening of Earth: An Ecological Reading of Genesis 1–11
Ndolu, Nelci Nafalia
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.694
Ruang Publik dan Paradigma Pendidikan Integralistik: Dari Interaksi Komunikatif Menuju Implementasi Kurikulum Berbasis Perjumpaan
Alexander, Michael
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.436
AbstractThe public sphere is a meeting space. Various identities meet and interact. Each carries its pattern: instrumental-hierarchical, strategicmonological, or mutual-communicative. Equality in the last pattern is the basis for building relationships that are oriented towards realizing common goals which are formulated from the synthesis of ideas. This research shows that there is a gap between the idea of inter-particularities equality and the tendency of the respondents to prioritize group identities over efforts to create common welfare. This gap can be traced back to the design of the lectionary sermon which found a lack of discussion on the themes of the public space. Therefore, the author proposes analternative paradigmatic model that integrates all personal dimensions into the global-public dimension. A participatory approach that raises experiences in the context of community life is used as a starting point to mobilize the active participation of the people in testing the sermons relevance in the public space. AbstrakRuang publik merupakan ruang perjumpaan. Berbagai identitas bertemu dan berinteraksi. Masing-masing membawa polanya: instrumental-hierarkis, strategis-monologis, atau mutual-komunikatif. Kesetaraan dalam pola terakhir merupakandasar untuk menjalin relasi yang berorientasi pada upaya mewujudkan tujuan bersama yang dirumuskan dari sintesa gagasan-gagasan. Penelitian ini menunjukkan terdapatnya kesenjangan antara gagasan kesetaraan antarpartikularitas dengan kecenderungan umat responden yang mengutamakan identitas kelompok di atas upaya mewujudkan kemaslahatan bersama. Kesenjangan tersebut selanjutnya dirunut kembali pada rancangan khotbah leksionari dan dijumpai minimnya pembahasan mengenai tema-tema ruang publik. Oleh sebab itu, penulis mengusulkan sebuah model paradigmatik alternatif yang mengintegrasikan seluruh dimensi personal ke dalam dimensi publik global. Pendekatan partisipatori yang mengangkat pengalaman dalam konteks hidup bermasyarakat dipergunakan sebagai titik tolak guna memobilisir partisipasi aktif umat dalam mengujicobakan relevansi berita mimbar di ruang publik.
Hormatilah Istrimu: Sebuah Penafsiran Terhadap 1 Petrus 3:7
Sembiring, Raharja;
Butarbutar, Rut Debora
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.621
Abstract1 Peter 3:1–7 is a dilemmatic text. The word hupotassŠor ‘subject to’ in this passage is often used to justify female subordination.This article uses the identity of 1 Peter’s addressee, paroikos kai parepidēmos, as a hermeutical framework to get new ideas on the meaning of relations between men and women. The existence of verse 7 in haustafeln’s advice of 1 Peter 3:1–7 indicates that the spirit of equality has been echoed by the author in the Greco-Roman patriarchal society. A husband who was already a believer is a potential point for constructing gender equality and, at the same time, protecting women in a patriarchal cultural circle. AbstrakTeks 1 Petrus 3:1–7 merupakan teks yang dilematis. Kata hupotassŠatau ‘tunduk’ dalam perikop ini sering digunakan sebagai pembenaran bagi subordinasi perempuan. Tulisan ini menggunakan identitas penerima surat 1 Petrus, paroikos kai parepidēmos, sebagai hermeneutical framework atau bingkai kerja penafsiran untuk mendapatkan gagasan baru atas makna relasi laki-laki dan perempuan. Keberadaan ayat 7 dalam nasihat haustafeln 1 Petrus 3:1–7 menandakan bahwa jiwa kesetaraan sudah mulai didengungkan oleh pengarang dalam masyarakat patriarki Yunani-Romawi. Suami yang sudah percaya adalah celah yang potensial untuk membumikan kesetaraan jender dan sekaligus melindungi perempuan dalam lingkaran budaya patriarki.
Anugerah yang Meresahkan: Menggumuli Teks-Teks Kekerasan di Perjanjian Lama
Fangidae, Tony Wiyaret
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.547
AbstractOld Testament readers tend to deselect or discredit texts that contain violent connotation. This creates a bad impression of the Old Testament. This article attempts to overcome the polemics about such texts within the Old Testament by offering a new theology of grace. The construction of grace is grounded on texts concerning love, justice, peace, and other words of positive values. As a conclusion, this article suggests violent-connotated texts as an unsettling grace. AbstrakTeks-teks yang berbicara tentang kekerasan dalam Perjanjian Lama cenderung disisihkan atau diabaikan oleh pembaca. Hal itu memberi kesan buruk tentang Perjanjian Lama. Tulisan ini mencoba mencari solusi atas polemik teks-teks kekerasan di dalam Perjanjian Lama dengan menawarkan teologi anugerah yang baru. Konstruksi anugerah dilandasi oleh teks-teks yang berbicara tentang kasih, keadilan, kedamaian, dan kata-kata bernilai positif lainnya. Tulisan ini ditutup dengan mengonstruksi teks-teks kekerasan sebagai anugerah yang meresahkan.
Solidaritas Yesus Terhadap Kaum Miskin: Studi Hermeneutik Lukas 21:1–4 dengan Perspektif Subaltern Gayatri Spivak
Kantohe, Angelly Christisya
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.626
AbstractThis article aims to offer a hospitable hermeneutic to marginal groups by addressing humanitarian topics especially in relation to poverty issues. Biblical narratives pay much attention to the poor who are so ignored and silenced that their existence in public life is denied. Using Spivak’s subaltern theory of hermeneutics, this article reads Luke 21:1–4 from the perspective of the minority. Subaltern hermeneutics invites readers to embrace the spirit of Jesus in fighting against oppression. Jesus’ empathy toward the minority calls contemporary readers to represent the voices of the silenced and the oppressed. The goal is that both the oppressors and the oppressed are healed to celebrate life together. AbstrakTulisan ini bertujuan untuk menawarkan sebuah pendekatan hermeneutik yang ramah terhadap kelompok-kelompok marginal sehingga dapat dihidupi dan dipakai untuk menyikapi persoalan-persoalan kemanusiaan khususnya berkaitan dengan isu kemiskinan. Narasi-narasi Alkitab menyatakan betapa kaum miskin sering kali terabaikan dan terbungkam sehingga suaranya tidak dapat didengar bahkan eksistensinya luput dari perhatian masyarakat. Menggunakan teori hermeneutik subaltern dari Spivak, artikel ini membaca teks Lukas 21:1–4 dari sudut pandang kaum minoritas. Hermeneutik subaltern dipakai untuk membaca teks tersebut guna mengajak para pembaca untuk meneladani semangat Yesus dalam memerangi bentuk-bentuk penindasan. Perilaku keberpihakan Yesus terhadap kaum minoritas mengundang para pembaca untuk turut melibatkan diri sebagai perwakilan suara-suara kaum tertindas yang terbungkam. Tindakan tersebut membuka ruang bagi setiap orang, baik para pelaku penindasan maupun korban-korban yang tertindas, untuk memperoleh pemulihan dan merayakan kehidupan bersama.
Siapa yang Menjamah Aku?: Menafsir Narasi Lukas 8:43–48 dengan Pendekatan Poskolonial Feminis
Laholo, Dedi Bili
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.590
AbstractWomen who suffer from intimate organ issues, such as discharge of blood, are often stigmatized and prejudiced. Former colonialization worsened the culture of patriarchy in treating unfairly women in such condition. Using a postcolonial feminist approach and focusing on the narrative story of a woman having discharge of blood in the Gospel of Luke 8:43–48, this article refl ects on the experiences of sick women today. This approach aims to identify the voice of those who are experiencing double colonializations, political, and cultural. The goal is to realize the domination that occurs in the text and its context and to refl ct on the woman’s struggle for proving her faith. The result of the hermeneutic work shows the woman’s resilience and bravery, and reveals Jesus as aholistic, liberating, and transforming healer. AbstrakPerempuan yang menderita sakit, khususnya yang berhubungan dengan organ intim, sering mendapatkan stigma dan prasangka dari berbagai pihak. Realita sebagai masyarakat yang pernah mengalami kolonialisasi diperparah dengan warisan patriarki menempatkan perempuan dengan penyakit pada organ intim—seperti pendarahan berlebih—pada keadaan yang sulit. Narasi perempuan yang sakit pendarahan menurut Injil Lukas 8:43–48 akan menjadi fokus untuk merefleksikan pengalaman perempuan yang sakit dalam teks terhadap kenyataan dan pengalaman perempuan yang sakit masa kini dengan metode atau pendekatan poskolonial feminis. Pendekatan ini berusaha untuk menemukan suara mereka yang mengalami penjajahan ganda, baik oleh kolonialisme maupun oleh patriarki. Tujuannya adalah untuk melihat dominasi yang terjadi dalam teks dan konteksnya serta merefl eksikan tentang perjuangan perempuan dan pembuktian imannya. Dari kerja hermeneutik yang dilakukan didapat makna perjuangan dan keberanian perempuan serta Yesus yang hadir sebagai penyembuh yang holistik, yang membebaskan serta mentransformasi.
Tinjauan Psiko-Teologis Terhadap Pengalaman Traumatik Seksual dan Panggilan Menjadi Pendeta
Aprilia, Pascalin Dwi;
Ranimpi, Yulius Yusak;
Yonathan, Handri
GEMA TEOLOGIKA: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian Vol 6 No 2 (2021): Gema Teologika: Jurnal Teologi Kontekstual dan Filsafat Keilahian
Publisher : Faculty of Theology Duta Wacana Christian University
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.21460/gema.2021.62.675
AbstractSexual harassment causes feelings of inferiority and humiliation, and even trauma for the individual who experiences it. This research examines traumatic experience resulted from sexual harassment underwent by a minister. The method employed is case study that is analysed phenomenologically. The data were collected through interview with the participant who is a minister with an experience of sexual harassment. The finding shows that sexual abuse experienced by the participant during the childhood period resulted in traumatic experiences. This affects various aspects of the participant's life including her decision to become a minister. Trust in God and support from parents as well as the surrounding environment allow the participant to overcome her traumatic experiences and make these experiences a source of energy to strengthen the congregation. AbstrakPada umumnya, pelecehan seksual mengakibatkan perasaan rendah diri dan terhina bahkan trauma bagi individu yang mengalaminya. Penelitian ini memeriksa pengalaman traumatik akibat pelecehan seksual yang dialami oleh pendeta. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang dianalisis secara fenomenologis. Data diambil melalui teknik wawancara terhadap partisipan yang merupakan seorang pendeta yang mengalami pelecehan seksual. Penelitian ini menunjukkan bahwa pelecehan seksual yang dialami oleh partisipan pada periode anak-anak mengakibatkan pengalaman traumatik. Hal ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan partisipan termasuk keputusan untuk menjadi seorang pendeta. Kepercayaan kepada Tuhan serta dukungan dari orangtua dan lingkungan sekitarnya membuat partisipan dapat menyelesaikan pengalaman traumatiknya dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai sumber kekuatannya untuk menguatkan jemaat.