cover
Contact Name
Saldy Yusuf
Contact Email
saldy_yusuf@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
saldy_yusuf@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Jurnal Luka Indonesia
Published by ETN Centre Indonesia
ISSN : 24422665     EISSN : 26143046     DOI : -
Core Subject : Health,
JURNAL LUKA INDONESIA Jurnal Luka Indonesia merupakan Jurnal ilmiah nasional pertama di Indonesia yang spesifik mendesiminasikan hasil penelitian di bidang manajemen luka yang diterbitkan tiga edisi dalam satu tahun (Februari, Juni dan Oktober). Oleh karena itu, Jurnal Luka Indonesia akan menjadi media publikasi yang paling relevan dalam pengembangan bidang keperawatan luka di Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 32 Documents
Search results for , issue "Vol 2 No 2 Juni 2016" : 32 Documents clear
PERAN PERAWAT ETN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DENGAN MASALAH STOMA, LUKA DAN KONTINEN Maryani, Ani
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.10

Abstract

Seorang enterostomal therapist nurse (ETN) adalah seseorang yang telah mengikuti pendidikan khusus dan mendapatkan sertifikat, mempunyai keahlian dan wewenang untuk memberikan pelayanan keperawatan dalam bidang luka dan bedah ostomi serta kontinen. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan lebih pedulinya masyarakat tentang kondisi kesehatannya, akan meningkatkan tuntutan terhadap seorang ETN untuk selalu memberikan yang terbaik dan memuaskan. Pelayanan keperawatan dari seorang ETN yang berfokus pada pasien, dan keselamatan pasien serta berbasis temuan / evidence yang didasari dengan kompetensi yang memadai saat ini menjadi isu penting, termasuk dalam menyiapkan tantangan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), melalui peran sebagai provider, conselor, educator maupun researcher. Pelayanan yang diberikan oleh seorang ETN yang sesuai dengan kompetensinya dalam menjalankan peran-peran tersebut diharapkan mampu mengatasi masalah pasien dengan luka, kontinen dan stoma sehingga pasien mampu beradaptasi dengan kondisi stomanya, melakukan aktifitas dan tetap produktif sehingga kualitas hidup pasien meningkat. Kata Kunci : Enterostomal therapist nurse (ETN), Peran Perawat, Stoma, Luka, kontinen, MEA
PERAWAT ENTEROSTOMAL INDONESIA “PERJALANAN MENUJU PERUBAHAN” Hardian, Hardian
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.11

Abstract

Indonesia saat ini memasuki tonggak baru dalam dunia keperawatan. Perjuangan dalam menggolkan Undang-Undang Keperawatan no 38 tahun 2014 membuktikan bahwa profesi perawat di Indonesia di akui eksistensinya walaupun perjalanan menuju keperawatan yang lebih baik dan profesional masih membutuhkan perjuangan. Semangat menuju profesionalisme bagi perawat luka, ostomi dan kontinen sejatinya di mulai sejak tahun 1990-an Ibu Sumiatun dari RS Dr Soetomo Surabaya mendapat kesempatan untuk menjadi Enterostomal Therapy Nurse di Singapura dan ini menjadi tonggak awal perawat luka, ostomi dan kontinen memberikan kiprahnya kepada perkembangan perawat di Indonesia. Perkembangan keperawatan enterostomal terapi saat ini sudah makin berkembang. Pendidikan perawat enterostomal sudah di adakan di Indonesia dengan para praktisi yang sudah mumpuni dalam keahliannya sehingga kedepan kebutuhan akan perawat ahli sudah bisa dipenuhi. Praktik mandiri perawat enterostomal sudah banyak berkembang. Dalam menghadapi era globalisasi, saat ini hampir semua event internasional, perawat Indonesia sudah mampu berbicara dalam forum tersebut. Tahun 2017 Indonesia menjadi tuan rumah Asia Pasifik Enterostomal Therapy Nurse Association mari kita sukseskan acara tersebut sebagai bukti kemajuan perawat di Indonesia. Perjalanan perawat enterostomal ke depan adalah mengembangkan kompetensi kompetensi kekhususan dalam bidang luka, ostomi dan kontinen, sehingga standar asuhan keperawatan enterostomal terapi makin profesional. Perawat enterostomal juga diharapkan mampu berkolaborasi dengan sistem jaminan kesehatan sehingga layanan keperawatan enterostomal mendapat pengakuan yang layak sesuai kompetensinya.
BASIS BUKTI PENYEMBUHAN LUKA: IMPLEMENTASI DALAM PRAKTIK KLINIK Suriadi, Suriadi
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.12

Abstract

Tim luka di Pontianak telah memfokuskan pada pengembangan pada pelayanan manajemen luka dan penelitian. Fokus pada kegiatan tersebut adalah pada manajemen luka diabetik. Salah satu yang paling umum adalah ulkus kaki dan infeksi, yang sering mengakibatkan amputasi tungkai bawah, dan yang memiliki prevalensi 4-10% di antara orang dengan diabetes. Tim kami melakukan penelitian menggunakan beberapa teknologi baru dalam manajemen luka seperti vibrator, veno plus dan lainnya. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa terapi getaran mempercepat penyembuhan ulkus kaki diabetik dalam hal tingkat penyembuhan, skor penyembuhan, luka area penutupan, dan ditinggikan tingkat NO (nitric oxide). Terapi vibration, sebagai tambahan untuk perawatan luka standar, secara signifikan meningkatkan penyembuhan luka kaki diabetis. Penutupan area luka yang diukur dengan persentase penurunan relatif di daerah luka menunjukkan kelompok intervensi lebih cepat persentase penutupan 3.79% /hari (95% confidence interval antara 1.79% /hari sampai dengan 12.50% /hari) dibandingkan dengan kelompok kontrol 3.03% / hari (95% confidence interval antara -0.01% /hari sampai 7.69% /hari) perbedaan yang signifikan ditandai dengan p = 0.032. hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi getaran luka dapat meningkatkan penyembuhan luka pasien diabetes, dapat diamati melalui penurunan waktu rawat inap yang secara signifikan berbeda dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tim kami telah menciptakan sebuah alat penilaian baru untuk mengevaluasi kemajuan penyembuhan luka. Alat penilaian dikenal sebagai MUNGS. Alat MUNGS (maserasi, merusak / tunneling, nekrotik, granulasi dan tanda-tanda atau gejala) dikembangkan berdasarkan pengamatan klinis penulis 'dari penderita luka diabetes di Indonesia. Alat ini telah dilakukan uji reabilitas dan hasilnya menunjukkan bahwa reliabilitas antar penilai dari alat MUNGS lebih tinggi dibandingkan dengan (instrumen foto luka atau PAWT(photograph assessment wound tool) antara kedua kelompok penilai (perawat perawatan luka dan mahasiswa) dengan koefisien Cohen kappa adalah 0.80. Dalam studi validitas, MUNGS, total 75 pasien dimasukkan dalam analisis. Sebuah cut off point pada skor 4 alat MUNGS memiliki sensitivitas 84.91, spesifisitas 81.82, nilai prediksi positif 91.8, dan nilai prediksi negatif 69.2. Area di bawah kurva adalah 0.886 (95% CI, 0.792-0.948), dan rasio kemungkinan adalah 4.6. MUNGS adalah suatu alat pengakajian luka yang reliable dan valid dapat digunakan di tatanan klinik untuk pengkajian luka pada pada pasien diabetes.
INKONTINENSIA DI INDONESIA: MENGGALI FENOMENA GUNUNG ES Suyasa, I Gede Putu Darma
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.13

Abstract

Berbagai penelitian telah dilakukan di berbagai belahan dunia untuk mengidentifikasi angka kejadian inkontinensia. The International Continence Society (ICS) melaporkan angka kejadian inkontinensia urin sebesar 5% - 69% dan 1.5% - 50% untuk inkontinensia fekal. Besarnya rentang angka kejadian yang dilaporkan tergantung dari definisi operasional dan partisipan dari masing-masing penelitian (Milsom et al., 2013). Di Indonesia khsususnya pada populasi lansia, angka kejadian inkontinensia urin adalah 4.3%, dan 2.7% - 22.4% untuk inkontinensia fekal (Suyasa et al., 2015). Terdapat argumentasi bahwa angka kejadian sebenarnya dari inkontinensia tersebut sulit diperkirakan, dan angka-angka yang dilaporkan merupakan ujung dari fenomena gunung es. Ada beberapa asumsi yang mendasari argumen tersebut. Pertama, inkontinensia merupakan masalah yang tabu dan sensitif untuk didiskusikan oleh masyarakat, sehingga masyarakat yang mengalami memilih diam dan tidak menceritakan masalah tesebut kepada siapa pun termasuk kepada petugas kesehatan (Norton, 2004). Kedua, rendahnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengenal masalah inkontinensia sehingga berakibat pada lambatnya penanganan (Taylor et al., 2013). Ketiga, pengetahuan tenaga kesehatan tentang inkontinensia masih terbatas sehingga kemampuan untuk mengenali masalah klien juga terbatas (Köhler, 2013). Keempat, praktik atau pelayanan kesehatan yang berfokus pada inkontinensia masih terbatas, khususnya di daerah pedesaan. Berdasarkan masalah tersebut di atas, solusi yang ditawarkan adalah: 1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan tenaga kesehatan tentang identifikasi masalah inkontinensia dan cara perawatan yang benar (Suyasa, 2013); 2) Tenaga kesehatan lebih aktif melakukan deteksi (screening) khususnya pada populasi dengan faktor risiko tinggi seperti pada lansia dan wanita post partum (Suyasa, 2015); dan 3) Peningkatan praktik/pelayanan inkontinensia kepada masyarakat sehingga dapat mencari pertolongan segera untuk menangani masalahnya.
PERAWATAN LUKA, STOMA, DAN KONTINEN MASA LALU DAN MASA YANG AKAN DATANG Mulyadi, Edy
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.14

Abstract

Pendahuluan: Perkembangan perawatan luka, stoma, dan kontinen di Indonesia telah dimulai dari tahun 1993, dan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama pada tahun 2010, kebutuhan perawat luka, stoma, dan kontinen semakin tinggi karena penderita luka, stoma, dan kontinen di Indonesia juga makin bertambah. Di masa yang akan datang perhimpunan membutuhkan kepemimpinan yang mampu membawa anggotanya lebih profesional dan sejahtera. Tujuan: Memberikan gambaran tentang sejarah perkembangan perawat luka, stoma, dan kontinen pada masa yang lalu dan perkembangannya saat ini di Indonesia. Metode: Desain yang digunakan adalah deskriptif, untuk menceritakan pengalaman tentang perkembangan perawat luka, stoma, dan kontinen Hasil: Pelayanan perawatan luka, stoma, dan kontinen telah berada hampir diseluruh daerah di Indonesia seperti di rumah sakit, dan praktek mandiri, untuk memberikan pelayanan profesional melalui promosi kesehatan, pelayanan klinik, dan penelitian yang berguna sebagai evidance based dan guide. Praktek mandiri saat ini sebanyak 300 buah, ditunjang oleh perawat ETN 214 orang, perawat luka 6.560, perawat stoma 71 orang, perawat kontinen 48 orang. Kesimpulan: Himpunan perawat luka, stoma, dan kontinen menjadi penting untuk bersinergi dalam membangun profesi dan mencapai tujuan memberikan pelayanan profesional untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Kata kunci:, perawat luka, stoma, dan kontinen
MEMULAI RISET BAHAN ALAM TERKAIT PERAWATAN LUKA Haryanto, Haryanto
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.16

Abstract

Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam flora dan fauna yang terbentang luas baik darat maupun laut. Keanekaragaman ini belum semua teridentifikasi yang berkaitan dengan penyembuhan luka. Kita telah mengenal terlebih dahulu madu, lidah buaya, nenas, dan terakhir teripang. Perkembangan perawatan luka yang semakin maju dengan berbagai perkembangan teknologi dan ?modern dressing?, namun perlu dipikirkan alternatif yang dapat dikembangkan untuk perawatan luka terutama negara-negara berkembang seperti Indonesia. Masih sedikitnya hasil-hasil penelitian yang mengembangkan bahan alam untuk perawatan luka, memberikan peluang yang besar bagi kita untuk meneliti lebih jauh. Penelitian-penelitian baik invivo maupun invitro sangatlah diperlukan untuk mengetahui efek dan signifikansi dari kandungan alam, sehingga penelitian-penelitian bersifat klinik dapat dilakukan dengan memperhatikan ?adverse event?, hasilnya dapat menjadikan produk baru untuk perawatan luka.
ENTEROSTOMAL THERAPY NURSE (ETN) DI INDONESIA: SEBUAH INVESTASI YANG KEMBALI Pratiwi, Arum Ratna
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.17

Abstract

Berawal dari delapan perawat enterostomal therapy bekerjasama dengan Australia, pada tahun 2007, Enterostomal Therapy Nurse Education Program (ETNEP) pertama kali diadakan di Indonesia melalui program twinning project dari World Council of Enterostomal Therapy (WCET). Pada ETNEP pertama, ada dua puluh satu perawat yang menyelesaikan program yang kemudian diikuti oleh program-program selanjutnya sampai dengan tahun 2013. Lulusannya tersebar di berbagai daerah di Indonesia untuk memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien dengan kebutuhan luka, stoma dan inkontinensia atau bergerak di bidag pendidikan. Sejak program pertama, WCET melalui Norma N Gill Foundation (NNGF) berperan sangat besar terhadap perkembangan enterostomal therapy di Indonesia. Selain twinning project, peran itu terlihat dalam beasiswa diberikan seperti general scholarship, material education scholarship, ETNEP scholarship, member scholarship sampai dengan congress travel scholarship. Saat ini, Indonesia dengan perawat enterostomal therapy yang dimiliki, terus bergerak untuk memberikan pelayanan yang lebih baik untuk masyarakat yang membutuhkan, menjadi life long learners dengan melanjutkan jenjang ke pendidikan yang lebih tinggi, mandiri dalam pelaksanaan ETNEP, dan mengambil peran aktif di WCET, untuk berbalik memberikan kontribusi kepada dunia. Kata kunci: Enterostomal therapist, Indonesia, Investasi
ENTEROSTOMAL THERAPY NURSE (ETN): MENUJU PERUBAHAN Yusuf, Saldy
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.18

Abstract

Sejarah Enterostomal Therapy Nurse (ETN) atau perawat luka, stoma dan kontinensia di dunia telah dimulai tahun 1958, namun di Indonesia starting point dimulai Tahun 2007 melalui program Indonesian Enterostomal Therapy Nurse Nursing Education Program (IndoETNEP) di WOCARE, Bogor atas lisensi World Council of Enterostomal Therapy Nursing (WCET) (Irma PA, 2010) (Carol Stott, 2010). Dukungan WCET juga diberikan dalam bentuk alokasi beasiswa NNGF bagi perawat Indonesia (Saldy Yusuf, 2011). Kebijakan ini berdampak positif dalam meningkatkan jumlah perawat ETN di Indonesia. Peningkatan jumlah perawat ETN di Indonesia mendapatkan lingkungan yang kondusif seiring dengan pengesahan Undang-Undang No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Salah satu wujudnya adalah perawat Indonesia bisa melaksanakan praktik keperawatan mandiri termasuk perawat ETN. Riset kami menunjukkan pelayanan perawat ETN menurunkan durasi perawatan, frekuensi perawatan, dan meningkatkan laju penyembuhan luka (Saldy Yusuf, et al 2013). Sayangnya pertumbuhan praktik mandiri ini belum dibarengi implementasi standar. Oleh karena itu, tahun 2015 dirintis national consensus document tentang standar praktek perawatan luka, yang menghasilkan lima poin rekomendasi; standar dokumentasi, standar fasilitas, satandar perawatan luka, standar pelayanan dan standar peningkatan profesionalisme (Saldy Yusuf, 2016). Peningkatan profesionalisme yang dimaksud meliputi; Sertifikasi, kompetensi, legalitas, etika, komunikasi dan kredensialing (Saldy Yusuf, 2016). Hal ini bisa menjadi titik awal bagi perawat ETN untuk ?berubah? dan bertransformasi. Transformasi bisa diawali dalam pemikiran dengan menciptakan visi dan mewujudkan ke dalam misi sehingga menjadi ?passion? dalam hidup sehingga tidak hanya menjadi ETN sebagai atribut pelengkap status.
FACE AND CONSTRUCT VALIDITY OF THE CARDIFF WOUND IMPACT INSTRUMENT ON THE PATIENTS WITH DIABETIC FOOT ULCERS Yuliaty, Rina
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.20

Abstract

Background: Diabetic foot ulcer is one of the diabetes mellitus complications that impact on the patient's life. Cardiff Wound Impact (CWI) is one of instruments that can measure the impact of chronic wounds. The purpose of this study was to evaluate and validate the Cardiff Wound Impact in diabetic foot ulcers in Indonesia population. Methods: This research used cross-sectional method and used 51 samples of diabetic foot ulcers patients in Sulianti Saroso hospital, Wocare Clinic and Husada hospital. The respondents filled the Cardiff Wound Impact Questionnaire. In the face validity there was no significant problems in terms of language and meaning of a sentence. Construct validity was performed by using factor analysis. Results: The data showed that the value of Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO) and Bartlet Test of each component of CWI were in the range of 0.741 to 0.834. The results of this study also showed a strong correlation between the scale of quality of life and satisfaction of quality of life (p = 0005; r = 0.764). Conclusion: This study has shown that the CWI is a valid and reliable tool to assess the impact of the diabetic foot ulcer in Indonesia because it has been tested through the face and construct validity. Researcher suggested that this research need to be done again with the same proportion between outpatients and inpatients wards. Keywords: Cardiff Wound Impact, construct validity, diabetes mellitus, diabetic foot ulcer
MANAJEMEN PERAWATAN LUKA DEHISENSI PASIEN CA RECTI DENGAN CALCIUM ALGINATE DI RSUP DR M DJAMIL PADANG 2015 Febrianti, Lina
Jurnal Luka Indonesia Vol 2 No 2 Juni 2016
Publisher : ETN Centre Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32538/jli.v0i0.21

Abstract

Pendahuluan: Manajemen perawatan luka dehisensi merupakan suatu tantangan bagi perawat dalam proses penyembuhan luka. Luka dehisensi adalah salah satu komplikasi bedah abdominal yaitu terpisahnya lapisan fasia. Luka dehisensi merupakan kasus yang jarang terjadi tetapi dapat menyebabkan kematian, memperpanjang hari perawatan dan meningkatkan biaya. Studi kasus ini merupakan inovasi dari manajemen perawatan luka dehisensi pada pasien dengan diagnosa kanker rectum post kolostomi usia 49 tahun. Metode: Skala Bates Jensen digunakan sebagai pedoman observasi dalam pengkajian luka pasien. Pencucian luka dilakukan dengan menggunakan larutan NaCl 0.9%. Balutan primer yang digunakan pada perawatan luka adalah calcium alginate. Observasi dilakukan hanya 7 hari karena pasien hecting sekunder. Hasil: Hasil observasi selama 7 hari didapatkan berkurangnya ukuran luka, kedalaman luka, jumlah slough, serta jumlah eksudat. Total skor skala Bates Jensen pada awal perawatan luka 29 dan setelah perawatan luka dengan calcium alginate adalah 25. Adanya pengurangan frekuensi pergantian balutan dan jumlah balutan sekunder yang digunakan. Faktor resiko infeksi luka, penyakit kronis dan hipo albumin menjadi penyebab terjadinya dehisensi pada pasien ini. Kesimpulan: Pengkajian merupakan hal penting yang harus dilakukan secara berkesinambungan untuk melihat perkembangan luka. Perkembangan luka yang mengarah pada regenerasi luka dengan balutan luka calcium alginate yang berfungsi mengabsorbsi exsudat, sebagai autolisis debridemen pada jaringan nekrotik dan slough. Calcium alginate juga mencegah perdarahan, mempertahankan kelembaban luka dalam proses penyembuhan. Pemilihan balutan yang tepat mempengaruhi proses penyembuhan luka, meningkatkan kenyamanan pasien serta kepuasan kerja perawat. Perkembangan luka yang baik dapat meningkatkan motivasi pasien untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Kata Kunci: dehiscence, skala Bates Jensen, calcium alginate

Page 1 of 4 | Total Record : 32