cover
Contact Name
Novita Kamaruddin
Contact Email
novita.trivita@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jkp.fkep@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Padjadjaran
ISSN : 23385324     EISSN : 24427276     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Keperawatan Padjadjaran (JKP) or The Padjadjaran Nursing Journal is a peer review journal providing an open access facility for scientific articles published by the principles of allowing free research available for public to support global scientific exchange. Padjadjaran Nursing Journal (JKP) is published three times a year, specifically in April, August, and December.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran" : 10 Documents clear
Pengaruh Frekuensi Vibrasi terhadap Penyembuhan Luka Diabetes Yunita Sari; Eman Sutrisna; Hartono H
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1077.792 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.232

Abstract

Penelitian menyatakan bahwa vibrasi 47 Hz dapat meningkatkan penyembuhan luka diabetes. Namun sampai saat ini belum diketahui apakah frekuensi dibawah dan diatas 47 Hz dapat meningkatkan penyembuhan luka diabetes. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek frekuensi vibrasi yang berbeda terhadap penyembuhan luka diabetes. Desain penelitian eksperimen ini melibatkan 5 kelompok tikus putih; kelompok yang mendapatkan vibrasi 40 Hz (frekuensi rendah), kelompok 106 Hz (frekuensi menengah), kelompok 200 Hz (frekuensi tinggi), kelompok 300 Hz (frekuensi sangat tinggi), dan kelompok kontrol (tanpa vibrasi). Induksi diabetes dilakukan dengan Alloxan Monohidrat. Vibrasi diberikan selama 10 menit. Status luka didasarkan pada jaringan nekrotik, ukuran luka, inflamasi, dan reepitelisasi. Analisis histologi dilakukan dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin. Ukuran luka dianalisis dengan uji ANOVA, diikuti oleh tes Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan nekrotik dan intensitas inflamasi paling sedikit pada kelompok 40 Hz, dan paling banyak pada kelompok 300 Hz. Reepitelisasi paling baik pada kelompok 40 Hz, dan paling rusak pada 300 Hz. Ukuran luka di kelompok 40 Hz secara signifikan lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lain (p <0.05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vibrasi frekuensi rendah dapat mempercepat penyembuhan luka diabetes, sebaliknya, vibrasi frekuensi tinggi dapat merusak atau memperparah jaringan luka.Kata kunci :Diabetes, penyembuhan, luka, terapi komplementer, vibrasi.The Provision of Different Vibration Frequency to Accelerate Diabetic Wound HealingAbstractStudies have revealed that diabetic wound healing can be accelerated using the vibration therapy of 47 Hz. However, no strong evidence compelled the use of different vibration rates. Thus, this experimental study aimed to examine the effect of different vibration frequencies towards diabetic wound healing. Five groups of white rats were injected using Alloxan Monohydrate within ten minutes before the vibration therapy. The dosage was given categorized as 40 Hz (low), 106 Hz (moderate), 200 Hz (high) and 300 Hz (very high). Control group was created without given vibration therapy. Wound status was evaluated using the presence of necrotic tissues, size, inflammation, and reepithelization where Hematoxicilin and Eosin color-based were used to analyse the histological presentation. Using ANOVA and Tukey test, it was found that the necrotic tissues and the intended inflammation have less developed among low vibration group compared to others. Reepithelization and wound size reduction most experienced by the lower group, but the worst damaged occupied by the highest vibration group. It is suggested that lower vibration frequency enabled to accelerate the wound care healing, but a high-frequency rate can disturb or damage the injured tissues. Keywords:Complementary therapy, diabetes mellitus, wound healing.
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Burnout pada Perawat Kesehatan Jiwa Iwan . M Ramdan; Oktavian Nursan Fadly
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.076 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.240

Abstract

Perawat merupakan kelompok tenaga kesehatan yang berisiko mengalami burnout. Faktor-fakor yang memengaruhi kejadian burnoutpada perawat masih perlu diteliti lebih lanjut karena karakteristik perawat dan lingkungan kerjanya di setiap negara tidak sama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan umur, jenis kelamin, status kepegawaian, beban kerja, dukungan keluarga dan kepemimpian dengan burnoutperawat, dan menganalisis variabel yang paling berpengaruh. Penelitian Cross Sectionaldilakukan terhadap 125 orang perawat di Rumah Sakit Atma Husada (RS AH) Samarinda. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji statistikchi squaredan analisis regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan 56% perawat di RS AH Samarinda mengalami burnout, variabel jenis kelamin (p=0.000), status kepegawaian (p=0.034), beban kerja, (p=0.022), dukungan keluarga (p=0.000), dan kepemimpinan (p=0.000) berhubungan dengan burnout, sedangkan umur tidak berhubungan dengan burnout(p=0.426). Dukungan keluarga mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap burnoutperawat (nilai OR 17.87), disusul dengan variabel kepemimpinan (nilai OR 14.92) dan beban kerja (nilai OR 2.36). Rumah sakit disarankan untuk melakukan perbaikan sistem kerja untuk mengurangi beban kerja, meningkatkan dukungan sosial keluarga, dan memperbaiki efektivitas kepemimpinan. Kata kunci : Burnoutperawat, dukungan keluarga, kepemimpinan, status kepegawaian.Analysis Factors that are Related to Burnout in Mental Health Nurses AbstractNurses are a group of health professionals who are at risk to experience burnout. Factors that are influenced the incident of burnout to nurses need to be investigated further because nurses’ characteristics and work environment are different in every country. This study aimed to analyze relationship of age, gender, employee status, work load, family support, and leadership with burnout among nurses, as well as to analyze the most influencing variable. Cross Sectional study were conducted among 125 nurses in Atma Husada Hospital (RS AH) Samarinda. Questionnaires were used for data collection. The data were analyzed using Chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that 56% nurses at RS AH Samarinda experienced burnout, variables gender (p=0.000), employee status (p=0.034), work load (p=0.022), family support (p=0.000), and leaderships (p=0.000) are related to burnout, while ages is not related to burnout (p=0.426). Family support has the biggest influence towards the nurses’ burnout (OR=17.87), followed by leaderships variable (OR= 14.92) and work load (OR= 2.36). Hospitals are suggested to improve the working system in order to reduce work load, increased family social support, and improve the effectiveness of leadership. Keywords:Burnout of nurses, employee status, family support, and leaderships.
Process Evaluation: Standard, Effectiveness, Efficiency and Sustainability of Maternity Nursing Care Laili Rahayuwati; Ermiati E; Mira Trisyani
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.262 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.233

Abstract

Although globally there is a change in the trend of epidemiology from infectious diseases to chronic diseases, the prevalence and incidence of infectious diseases as well as MMR (Maternal Mortality Rate) and IMR (infant mortality rate) in Indonesia is still high. In year 2000, Faculty of Nursing of the Universitas Padjadjaran in collaboration with Hasan Sadikin Hospital built a model of treatment room, which was affiliated with obstetric gynecology room for improving integrated quality of health care services and education. The model built in this room aimed to : 1) Improve the quality of health care service; 2) to develop the student’s experiences with patients; 3) Provide quality nurse education to support students; 4) encourage students to improve the results of clinical prctice. The objective of process evaluation in this study was to give an insight to an appropriate model for maternity nursing service. This results showed on the one hand , there are some records not yet achieved an ideal standard , lack of effectiveness and efficiency of care delivery, namely: 1 ) the ratio of midwives and patients are not ideal ; 2 ) No one consultant obstetrician gynecologist and one doctor for every room . As well as challenges to sustainability care that meets the standards of maternity care. Conclusion: this study recommends to take a comprehensive strategic planning for improving nursing and midwifery services that involve all relevant stakeholders in the government, civil society, service delivery, education, and professional organizations.Keywords:Effectiveness, efficiency, evaluation, maternity nursing care, standard.Proses Evaluasi: Standar, Efektifitas, Efisiensi, dan Keberlangsungan Pelayanan Keperawatan MaternitasAbstrakMeskipun secara global ada perubahan dalam tren epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit kronis, prevalensi dan insiden penyakit menular serta MMR (Angka Kematian Ibu) dan AKB (angka kematian bayi) di Indonesia masih tinggi. Tahun 2000, Fakultas Keperawatan Unpad bekerja sama dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung membangun sebuah model dari ruang perawatan, yang berafiliasi dengan ruang obstetrik ginekologi. Model yang dibangun tersebut bertujuan untuk; 1) meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan; 2) pengembangan pengalaman mahasiswa dengan pasien; 3) penyediaan pendidik perawat yang berkualitas untuk mendukung mahasiswa; 4) mendorong mahasiswa untuk meningkatkan hasil praktek klinis. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan evaluasi tentang standar, efektifitas, efisiensi, dan keberlangsungan (sustainaibility) pelayanan keperawatan maternitas. Hasil penelitian menunjukkan: di satu sisi, ada beberapa catatan tidak belum tercapainya standar ideal, kurang efektivitas dan efisiensi perawatan persalinan, yaitu: 1) rasio bidan dan pasien tidak ideal; 2) ada satu konsultan ginekolog obstetri dan satu dokter untuk setiap kamar. Serta tantangan terhadap keberlangsungan asuhan perawatan maternitas yang memenuhi standar. Kesimpulan: Penelitian ini merekomendasikan untuk mengambil perencanaan strategis yang komprehensif untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dan kebidanan yang melibatkan semua pihak terkait di pemerintah, masyarakat sipil, pelayanan, pendidikan, dan organisasi profesiKata kunci:Asuhan keperawatan maternitas, efektifitas, efisiensi, evaluasi, standar
Fakor Determinan yang Memengaruhi Budaya Keselamatan Pasien di RS Pemerintah Kabupaten Kuningan Lia Mulyati; Dedy Rachman; Yana Herdiana
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.951 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.241

Abstract

Budaya keselamatan merupakan kunci untuk mendukung tercapainya peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja dalam organisasi. Upaya membangun budaya keselamatan merupakan langkah pertama dalam mencapai keselamatan pasien. Terdapat beberapa faktor yang berkontribusi dalam perkembangan budaya keselamatan yaitu; sikap baik individu maupun organisasi, kepemimpinan, kerja tim, komunikasi dan beban kerja. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan terciptanya budaya keselamatan pasien di RS Pemerintah Kabupaten Kuningan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan incidental sampling 88 orang perawat pelaksana. Rancangan penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional, uji hipotesis digunakan Chi Square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan antara persepsi terhadap manajemen (p 0.0005, odd rasio 21.3), dukungan tim kerja (p 0.0005, odd rasio 13.34), stress kerja (p 0.006, odd rasio 3.94), kepuasan kerja (nilai p 0. 002) dengan budaya keselamatan pasien. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan kondisi kerja dengan budaya keselamatan pasien dengan nilai p 0.507. Berdasarkan analisis multuvariat diperoleh persepsi terhadap manajemen menjadi factor determinan dengan nilai p 0.000 < α 0.05. Simpulan; unsur pimpinan memiliki pengaruh yang signifikan dalam menciptakan budaya keselamatan pasien. Pimpinan memiliki kewenangan dalam menerapkan system yang berlaku dalam organisasi, oleh karena itu gaya kepemimpinan, teknik komunikasi serta kemampuan manajerial merupakan suatu hal yang sangat perlu diperhatikan dalam menciptakan atmosfer kerja yang kondusif sebagai upaya terciptanya budaya keselamatan pasien. Berdasarkan hasil penelitian bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan model yang sesuai diterapkan untuk meningkatkan budaya keselamatan pasien, pelatihan keterampilan komunikasi efektif serta pengembangan model pendidikan antar profesi sebagai upaya peningkatan kemampuan kolaborasi.Kata kunci:Budaya keselamatan pasien, stress kerja, kepuasan kerja.Determinant factors that are Influencing Patient Safety Culture in a Government-owned Hospitals in Kuningan Regency AbstractSafety culture is a key to support the achievement of occupational health and safety in an organization. An effort to build safety culture is the first step in ensuring patient safety. There are some factors that contribute in the development of safety culture, namely, individual and organizational attitude, leadership, team work, communication, and work load. This study aimed to identify the determinant factors that are related to achievement of patient safety culture in a government-owned hospital in Kuningan Regency. Eighty eight samples of nurses were recruited using incidental sampling technique. The research design was using cross sectional study, the hypothesis testing were using Chi Square and multiple logistic regression. The results showed that there were significant influenced between perception towards management (p= 0.0005, odd rasio 21.3), team work support (p= 0.0005, odd rasio 13.34), work-related stress (p= 0.006, odd rasio 3.94), work satisfaction (p= 0. 002) with patient safety culture. There was not significant influenced between work condition and patient safety (p= 0.507). The multivariate analysis showed that perception towards management was the determinant factor for patient safety culture (p 0.000 < α 0.05). In conclusion, leaders have significant influence in creating patient safety culture. Leaders have authority to implement systems in the organization. Therefore, leadership style, communication technique, and managerial ability are important in order to create a conducive atmosphere for developing patient safety culture. As recommendation, transformational leadership is a model that is appropriate to be applied in order to increase patient safety culture, trainings of effective communication and inter-professional education model are also needed to increase the collaboration skills among health professionals.Keywords:Patient safety culture, work-related stress, work satisfaction.
Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut Vivi Meliana Sitinjak; Maria Fudji Hastuti; Arina Nurfianti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.17 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.234

Abstract

Proses degeneratif tubuh yang terjadi seiring dengan pertambahan usia akan meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoarthritis lutut, terutama pada lansia. Nyeri sendi yang dialami akan menurunkan aktivitas fisik lansia dan berdampak pada penurunan lingkup gerak sendi. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi skala nyeri sendi adalah senam rematik. Gerakan aktif dan ringan tanpa menggunakan beban dalam senam rematik menjadi pemicu pengeluaran beta-endorfin, neuromudulator alami tubuh yang dapat menghambat pelepasan impuls nyeri sehingga skala nyeri sendi lansia berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut. Desain penelitian quasi experimentaldengan pendekatan pretest-posttest with control group design. Responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling di Panti Werdha Sinar Abadi Kota Singkawang kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian adalah Pain Assessment in Advanced Dementia Scaledengan analisis data menggunakan Paired T Testdan Independent T Test.Uji hipotesis dengan Paired T Testpada kelompok perlakuan p-value= 0,000 dan pada kelompok kontrol p-value= 0,017. P-valuekedua kelompok < 0,05 yang berarti terdapat penurunan skala nyeri setelah pemberian senam rematik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Uji beda mean posttestantara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menggunakan Independent T Test menunjukkan p-value= 0,000 (p<0,05) yang berarti penurunan skala nyeri dengan senam rematik lebih bermakna daripada penurunan skala nyeri yang tidak diberikan senam rematik. Terdapat pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut berupa penurunan skala nyeri pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, tetapi hasil uji beda mean kedua kelompok menunjukkan adanya perbedaan perubahan skala nyeri, skala nyeri kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Penurunan skala nyeri lebih efektif pada kelompok menggunakan senam rematik daripada kelompok yang tidak diberikan senam rematik.Kata kunci:Lansia, nyeri sendi, osteoarthritis lutut, senam rematik, skala nyeri.The Effect of Rheumatoid Physical Exercises to Reduce Pain Intensity among Elderly Diagnosed with Knee Osteoarthritis AbstractIt is known that arthritis pain can reduce physical activities and join mobility among elderly. A rheumatoid physical exercise is considered as one of non-pharmacologic treatment to minimise their pain intensity. This activity stimulates the release of beta endorphin which inhibits pain impulse modulation that contributed to the reduction of pain intensity. This study aimed to examine the effect of structured physical exercises towards pain intensity among knee osteoarthritis. A quasi experimental with pretest-posttest with control group design was designed. Two groups of elderly were assigned in control and intervention groups. Respondent were recruited using purposive sampling from Panti Werdha Sinar Abadi in Singkawang Kalimantan. Data was assessed using Pain Assessment in Advanced Dementia Scale and then analysed by employing Paired T-test and Independent T-test. Findings indicated there was a different of pain intensity within the intervention group (p-value = 0,000) and controlled group (p-value=0,017). Thus, the reduction of pain score was more effective among the intervention group compared to the controlled group. Keywords: Arthritis pain, elderly, knee osteoarthritis, rheumatoid physical exercise, pain scale.
Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Menopause terhadap Perubahan Kualitas Hidup Perempuan Klimakterik Yanita Trisetiyaningsih; Elsi Dwi Hapsari; Shofwal Widad
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (742.904 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.242

Abstract

Perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada masa klimakterium akan mempengaruhi kualitas hidup perempuan. Untuk itu diperlukan proses adaptasi terhadap berbagai masalah dan perubahan selama masa klimakterium sehingga akan meningkatkan kualitas hidup perempuan klimakterik. Kurangnya pengetahuan dan akses informasi merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh wanita menopause. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan adalah melalui pemberian pendidikan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menopause terhadap perubahan kualitas hidup perempuan klimakterik. Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimentdengan rancangan pretest and posttest nonequivalent control group design. Penelitian dilakukan di Dusun Gamping Kidul Ambarketawang bulan Desember 2013-April 2014. Jumlah populasi sebanyak 271 orang. Sampel terdiri dari 44 orang kelompok intervensi dan 44 orang kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan sebanyak 4 kali ceramah dan diskusi kelompok kecil, serta 1 kali praktik relaksasi dan senam yoga. Kelompok kontrol diberikan booklet tentang perubahan masa menopause, tanda dan gejala, nutrisi masa menopause, dan penatalaksanaan menopause. Instrumen yang digunakan adalah WHOQOL-BREF. Analisis yang digunakan adalah uji Paired t-test, Independent Samples t-Testdengan α 0.05.Nilai rata-rata kualitas hidup pretest pada kelompok intervensi sebesar 51,9 dan posttest sebesar 66,5. Hasil uji paired t-test menunjukkan ada perbedaan skor kualitas hidup sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok intervensi (t =14,436, p=0,001). Namun tidak bermakna pada kelompok kontrol (t=1,059, p= 0,0295) dengan perubahan skor kualitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program pendidikan kesehatan tentang menopause dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan selama periode klimakterium.Kata kunci: Klimakterium, kualitas hidup, menopause, pendidikan kesehatan.Influence of Health Education about Menopause towards the Quality of Life Changes in Climacteric Women AbstractPhysical and psychological changes that happen at the climacterium period would influence the quality of life in climacteric women. Therefore, the adaptation process is needed to overcome problems and changes during this period so that the quality of life of climacteric women could be increased. Lack of knowledge and access to information are major challenger that were faced by menopause women. One of efforts that can be done to improve their knowledge is through health education. This study aimed to identify the influence of health education about menopause towards the quality of live changes in climacteric women. The study used quasi experiment design with pretest and posttest nonequivalent control group. The location of this study was in Gamping Kidul Ambarketawang Village in December 2013 to April 2014. The total population is 271 people. Sample consisted of 44 people in the intervention group and 44 people in the control group. The intervention group received 4 times health education and small group discussion, as well as once relaxation and Yoga. Participants in control group received a booklet about menopause, signs and symptoms, nutrition during menopause period, and management of menopause. The quality of life was measured using WHOQOL-BREF. Analysis used paired t-test, independent samples t-test with α = 0.05. The mean scores of quality of life for intervention group were 51.0 (pretest) and 66.5 (posttest). The paired t-test showed that there was a significant difference of quality of life score before and after health education in the intervention group (t =14,436, p=0,001). However, there was no significant difference of quality of life in the control group (t=1,059, p= 0,0295). Based on this results, it can be concluded that health education program about menopause can increase quality of life of climacteric women. Keywords: Climacterium, health education, menopause quality of life.
Kualitas Hidup Pasien Pasca Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) Ida Rosidawati; Kusman Ibrahim; Aan Nuraeni
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1048.578 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.238

Abstract

Penyakit Jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyebab utama dan pertama angka kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Angka kematian akibat PJK yang semakin meningkat perlu mendapatkan perhatian khusus. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan tindakan Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) yang dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Pasien pasca BPAK mengalami perubahan dalam hal bio-psiko-sosio-spiritual yang dapat memengaruhi kualitas hidup. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup selama ini masih umum dan mengacu pada budaya dan pelayanan kesehatan di luar negeri, padahal kualitas hidup dipengaruhi oleh budaya setempat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplor kualitas hidup pasien pasca BPAK di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara semi terstruktur yang mengacu pada intrumen Short Form36. Analisa data menggunakan content analysis. Hasil Penelitian yaitu secara fisik semua partisipan masih merasakan nyeri di bekas luka operasi seperti kesemutan dan baal, tetapi tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-harinya. Secara emosional semua partisipan mengungkapkan rasa bahagia karena sudah terbebas dari penyakitnya, walaupun tidak sembuh secara total tetapi semua partisipan menerima keadaan dirinya. Secara Sosial semua partisipan mengungkapkan bahwa dukungan keluarga dan dukungan orang sekitar sangat dibutuhkan. Bentuk spiritualitas pada penelitian ini adalah partisipan merasa lebih dekat dengan Tuhan dan lebih mensyukuri keadaannya sekarang. Berdasarkan hasil penelitian terdapat aspek baru yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu pentingnya spiritualitas dalam kualitas hidup partisipan. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam proses asuhan keperawatan.Kata kunci:Bedah Pintas Arteri Koroner, Kualitas Hidup,Short Form36.Quality of Life among Patients with Post Coronary Artery Bypass SurgeryAbstractCoronary Artery Diseases (CAD) remains one of the major problems lead to a high mortality rate in many countries including Indonesia. Thus, treatment such as coronary artery bypass surgery is considered as a common treatment to reduce the fatal risks. However, post-surgical problems may arise which can diminish the patient’s quality of life regardless cultural and contextual causal factors. This descriptive qualitative study aimed to explore the quality of life among patients undergone the coronary artery bypass surgery in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Data were collected using an individual semi-structured interview following the Short Form 36 instrument (SF-36) with six participants were recruited. Content analysis was employed to analysis the transcribed data. Findings revealed that all participants have experienced pain, numbness and tingling sensations particularly on the surgical sites without the presence of any daily activity living disturbances. They expressed more positive emotional feelings because of having freedom from their illness. The presence of strong social supports given by families and relatives has motivated the patients to face their recovery phase. In addition, participants expressed the need to have spiritual care which can help them to feel getting closer to the Lord and being more grateful for whatever situations they may have at the moment. Findings have further emphasised the importance of spirituality in the achievement of good quality of life among the participants. The result is expected to contribute to the improvement of best quality of post-operative nursing care plan. Keywords: Coronary Arterial By-Passed Surgery, post-operative care, quality of life, spirituality.
Defining Service Learning in Nursing Education: An Integrative Review Neti Juniarti; Lana Zannettino; Jeffrey Fuller; Julian Grant
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1133.52 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.243

Abstract

Despite the wide use of service learning, there is lack of a standardised definition and measurable outcomes. Definitions of service learning found in the literature vary from the very broad to the highly specific. The aim of this review was to generate a functional definition of service learning and identify its components to constructively design and evaluate service-learning approaches in nursing education. An integrative review of scholarly literature was conducted to enable a concept analysis. A comprehensive database search using the search terms through a range of electronic databases, including CINAHL, MEDLINE, ERIC, Scopus, and the Web of Science from the earliest retrievable records of each database to June 23, 2015. The search terms used in this review were nursing students, nursing education, nursing school, community health nursing, community mental health nursing, health education, and service learning or community based education. A total of 42 studies were included in the review. A functional definition of service learning is proposed and four components of service learning were identified in this review, namely a structured form of intra-curricular experiential learning, reflection, reciprocity, and setting specific outcomes and benefits for stakeholders. The proposed conceptual model of service learning could contribute to consistent development, implementation, and evaluation of service learning in nursing education. Keywords:Components, definition, nursing education, service learning. Mendefinisikan Metode Belajar Service Learningdalam Pendidikan Keperawatan: Sebuah Kajian IntegratifAbstrakMetode service learning telah banyak digunakan di institusi pendidikan keperawatan di dunia, tetapi tidak ada definisi standar dan hasil yang terukur dari metode ini. Definisi service learning yang ada saat ini sangat bervariasi mulai dari yang sangat umum sampai sangat spesifik. Tinjauan literature ini bertujuan untuk menyusun definisi fungsional dari metode service learning dan mengidentifikasi komponennya sehingga dapat digunakan untuk merancang dan mengevaluasi metode service learning dalam pendidikan keperawatan. Integrative review (tinjauan pustaka terintegrasi) dilakukan untuk melakukan analisis konsep service learning. Pencarian literature secara komprehensif melalui database elektronik yang terdiri dari CINAHL, MEDLINE, ERIC, Scopus, dan the Web of Sciencedari publikasi yang paling awal sampai dengan tanggal 23 Juni 2015. Kata kunci yang digunakan adalah: nursing students, nursing education, nursing school, community health nursing, community mental health nursing, health education, and service learning or community based education.Total 42 artikel penelitian dimasukkan dalam analisis. Definisi fungsional service learning telah disusun dan empat komponen utama service learning telah diidentifikasi yang terdiri dari pengalaman belajar lapangan intra-kurikuler yang terstruktur, refleksi, reciprocity (manfaat timbal balik), dan penentuan hasil dan manfaat yang spesifik untuk semua pihak yang terlibat. Model konseptual yang disusun dapat berkontribusi bagi institusi pendidikan keperawatan untuk mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan service learning. Kata kunci : Definisi, komponen, pendidikan keperawatan, service learning
Faktor yang Memengaruhi Kualitas Hidup Pasien dengan Penyakit Jantung Koroner Aan Nuraeni; Ristina Mirwanti; Anastasia Anna; Ayu Prawesti; etika emaliyawati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.154 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.231

Abstract

Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dan menjadi masalah kesehatan utama di masyarakat saat ini. PJK berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan penderitanya baik fisik, psikososial maupun spiritual yang berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien. Isu kualitas hidup dan faktor-faktor yang berhubungan didalamnya belum tergambar jelas di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien PJK yang sedang menjalani rawat jalan. Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, tingkat penghasilan, revaskularisasi jantung, rehabilitasi jantung, kecemasan, depresi dan kesejahteraan spiritual. Kecemasan diukur dengan Zung Self-rating Anxiety Scale, depresi diukur dengan Beck Depression Inventory II, kesejahteraan spiritual diukur dengan kuesioner Spirituality Index of Well-Beingdan kualitas hidup diukur menggunakan Seattle Angina Questionnaire. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif deskriptif dan analitik multivariatedengan regresi logistic. Diteliti pada 100 responden yang diambil secara randomdalam kurun waktu 1 bulan di Poli Jantung. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien PJK adalah cemas (p) 0,002; Odd Ratio(OR) 4,736 (95% confidence interval(CI), 1,749 – 12,827); depresi (p) 0,003; OR 5,450 ( 95% CI, 1,794 – 16,562); dan revaskularisasi (p) 0,033; OR 3,232 (95% CI, 1,096 – 9,528). Depresi menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien PJK. Faktor yang memengaruhi kualitas hidup pada pasien PJK meliputi depresi, cemas dan revaskularisasi. Dari ketiga variabel tersebut depresi merupakan variabel yang paling signifikan berpengaruh, sehingga manajemen untuk mencegah depresi perlu mendapatkan perhatian lebih baik lagi dalam discharge planningataupun rehabilitasi jantung.Kata kunci: Cemas, depresi, faktor yang memengaruhi, kualitas hidup, spiritual.Factors Influenced the Quality of Life among Patients Diagnosed with Coronary Heart Disease AbstractCoronary Heart Disease (CHD) has affected multidimensional aspects of human live nowadays. Yet, quality of life and factors associated with quality of life among people who live with heart disease has not been explored in Indonesia. This study aimed to identify factors influenced the quality of life among people with CHD received outpatient services. Those factors are gender, income, revascularization, cardiac rehabilitation, anxiety, depression and spiritual well-being. Zung Self-rating Anxiety Scale was used to measure anxiety where depression level measured using Beck Depression Inventory II. Spirituality index was used to measure spiritual well-being. The quality of life level was measured using the Seattle Angina Questionnaire. This study used quantitative descriptive with multivariate analysis using logistic regression. 100 respondents were randomly selected from the Cardiac Outpatient Unit. Findings indicated factors influenced the quality of life of CHD patients using a significance of ƿ-value < 0.005 were: anxiety (ƿ=0,002, OR = 4,736, 95% CI, 1,749 – 12,827); depression (ƿ=0,003; OR=5,450, 95% CI, 1,794 – 16,562); and revascularizations (ƿ=0,033; OR=3,232, 95% CI, 1,096 – 9,528). Depression was considered as the most significant factor; therefore, managing depression is a priority in the discharge planning or cardiac rehabilitation programme. Keywords: Anxiety, depression, quality of life, spiritual, well-being.
Pengkajian Nyeri pada Pasien Kritis dengan Menggunakan Critical Pain Observation Tool(CPOT) di Intensive Care Unit(ICU) Ayu Prawesti Priambodo; Kusman Ibrahim; Nursiswati N
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.731 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.239

Abstract

Penggunaan alat ukur pengkajian nyeri yang sistematik dan terstandar pada pasien kritis yang tidak mampu untuk melaporkan rasa nyeri adalah suatu hal yang perlu diperhatikan. Behavioural pain scales(BPS) adalah alat ukur yang lebih dini dan banyak digunakan di area keperawatan kritis. Critical pain observation tools(CPOT) adalah alat yang dikembangkan menggunakan unsur-unsur rasa nyeri yang ada pada beberapa alat ukur pengkajian nyeri, termasuk BPS, namun CPOT belum banyak dikenal dan digunakan. Tujuan penelitian adalah melihat kesesuaian alat ukur CPOT dengan alat ukur BPS. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan rancangan Crosssectional dengan sampel pasien GICU (General Intensive Care Unit) dengan penurunan kesadaran dan menggunakan ventilasi mekanik sebanyak 48 pasien. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling. Pengkajian dilakukan dengan observasi skala nyeri menggunakan BPS dan CPOT pada saat pasien kondisi istirahat dan positioninguntuk melihat keandalan alat ukur nyeri. Hasil uji beda dan korelasi pada hasil pengukuran nyeri pada BPS dan CPOT adalah bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa BPS dan CPOT dapat mengukur perbedaan intensitas nyeri saat istirahat dengan saat positioning. Hasil uji kesesuaian (kappa) pengukuran BPS dengan CPOT memiliki nilai kesesuaian yang bermakna, dengan nilai kesesuaian (kappa) BPS-CPOT pada kondisi istirahat sebesar 0,937, sedangkan nilai kesesuaian (Kappa)BPS-CPOT pada kondisi positioning sebesar 0,265. BPS dan CPOT adalah alat penilaian nyeri yang dapat digunakan dalam menilai rasa sakit dan meningkatkan manajemen nyeri pada pasien kritis. CPOT lebih mudah digunakan dan aplikatif karena memiliki definisi operasional yang jelas. Kata kunci : Behavioural pain scale, Critical pain observation tool, pasien kritis.Pain Assessment among Critically Ill Patients using the Critical Pain Observation Tool (CPOT) in the Intensive Care Unit AbstractA systematic and standardised tool to assess pain experienced by critically ill patients has been previously highlighted. The BPS is the common tool used in the intensive care setting which can be used. But, the Critical Pain Observation Tool (COPT) has not been used extensively in the hospital. Thus, the efficacy of this tool needs to be examined. This descriptive observational study aimed to find an agreement of CPOT with BPS using a cross-sectional method recruited 48 participants with consecutive sampling technique. Pain assessment was performed during a resting and positioning period to check the agreement of the tools. Data was analysed using Cohen’s Kappa index analysis. Findings demonstrated a significance difference of pain intensity measured by BPS and CPOT during the period of resting (κ = 0.937) and positioning (κ = 0.265). Thus, BPS and CPOT are reliable scales to measure pain intensity. It is expected that those tools can help nurses to improve pain management for critically ill patients. However, CPOT is considered more applicable and user-friendly compared to the BPS.Keywords: Behavioral Pain Scale, Critical Pain Observation Tool, critical nursing care

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 13 No. 1 (2025): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 3 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 2 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 10 No. 1 (2022): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 3 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 2 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 7 No. 1 (2019): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 3 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 2 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 6 No. 1 (2018): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 3 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 2 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 5 No. 1 (2017): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 1 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 3 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 2 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 3 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 3 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 2 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keperawatan Padjadjaran More Issue