Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Malondialdehyde (MDA) and Cholesterol in Quail Eggs With Feed Addition Pegagan Flour (Centella asiatika) Nurfianti, Arina; Tribudi, Yuli Arif
Jurnal Teknologi Pertanian Vol 17, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.008 KB)

Abstract

Telur puyuh merupakan jenis telur dengan kadar kolesterol tertinggi kedua setelah telur bebek. Telur puyuh memiliki kadar kolesterol dua kali lebih tinggi (844 mg/dl) dibanding telur ayam (423 mg/dl) namun kandungan gizi yang lebih baik daripada susu sapi segar. Telur puyuh banyak diminati karena terjangkau secara ekonomi dan tampilan yang unik.Antioksidan dari kuning telur dapat dilihat dari kadarMalondialdehida (MDA) atau penanda indikator radikal bebas. Antioksidan dalam telur puyuh dapat mengurangi efek oksidasi kolesterol dalam darah yang berpengaruh pada penyempitan arteri.Ekstrak daun pegagan (Centella asiatika) ditambahkan pada tepung pakan burung puyuh.Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas pakan tambahan tepung pegagan burung puyuh terhadap penurunan nilai MDA dan kolesterol produk telur.Dua ratus burung puyuh (Coturnix coturnix japonica L.) betina terbagi dalam 4 kelompok diberi intervensi pakan dengan tambahan tepung pegagan selama 3 bulan. Berdasarkan analisis ANOVA pada kuning telur puyuh didapatkan bahwa kelompok puyuh yang diberi pakan dan tepung daun pegagan 1.5 % menunjukkan penurunan kadar MDA (1.77± 0.22 µg/mL) dan kolesterol (19.26±1.49mg/dl) dibandingkan kelompok lainnya dengan kadar tepung pegagan yang lebih rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa tepung daun pegagan mampu menurunkan nilai MDA dan kolesterol pada telur puyuh sehingga berimplikasi pada peningkatan kadar antioksidan
Aplikasi TEMPO Sebagai Metode Pengendalian TB dan TB HIV Di Desa Punggur Kapuas dan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya Priyono, Djoko; Nurfianti, Arina; Fahdi, Faisal Kholid; Maulana, M Ali; Arisanti, Nita Yulanda
Jurnal Pengabdi Vol 3, No 1 (2020): April 2020
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jplp2km.v3i1.35745

Abstract

Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang menyebabkan kematian ketiga setelah penyakit kardiovaskular dan penyakit saluran pernafasan. Prevalensi yang semakin meningkat memerlukan kegiatan skrining yang sistematis untuk mencegah meluasnya penyakit menular TB sekaligus mendukung program pemerintah dengan memasimalkan peran tenaga kesehatan sebagai garda utama dan memberdayakan masyarakat dalam upaya saling membantu mengurangi hingga mengeliminasi penyakit TB. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan mengguankan strategi TEMPO (TEMukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman, Obati secara tepat). Metode ini mudah untuk diterapkan dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Dengan metode ini pula akan mengurangi resiko penularan kasus TB dan TB Resistan obat yang belum teridentifikasi. Kegiatan ini dilakukan di desa punggur Kapuas dan sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya dengan jumlah peserta sebanyak 100 orang. Kegiatan yang dilakukan berupa skrining, penyuluhan dan kegiatan pengkaderan. Hasil kegiatan menunjukkan 75 orang dinyatakan negatif mengalami TB.
HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT : Literature Review Anggraini, Riska; Ernawati, Ernawati; Nurfianti, Arina
ProNers Vol 5, No 2 (2020): December
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.323 KB) | DOI: 10.26418/jpn.v5i2.46205

Abstract

Latar Belakang: Tingkat kepuasan pasien akan sangat dipengaruhi oleh mutu pelayanan keperawatan. Masyarakat selalu mengharapkan agar pelayanan rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan bagi setiap pengguna yang memanfaatkannya. Dengan demikian pihak rumah sakit dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan layanan kepada pasien. Mutu pelayanan yang sempurna dapat menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien. Kepuasan muncul akibat dari kinerja layanan yang diperoleh setelah pasien membandingkan dengan apa yang diharapkan. Tujuan: Mengetahui hubungan mutu pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien rawat inap rumah sakit. Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian literatur review dengan metode pencarian artikel menggunakan SPIDER. Database yang digunakan yaitu Google Scholar, PubMed, dan Science Direct dengan artikel penelitian yang diterbitkan mulai dari tahun 2014-2020. Jumlah artikel jurnal sebanyak 8 artikel yang dianalisis. Hasil: Menunjukkan bahwa responden merasa sangat puas dengan aspek daya tanggap dengan ketanggapan memberikan layanan keperawatan terhadap pasien. Dengan demikian daya tanggap yang tinggi dari pihak pengelola rumah sakit akan memberikan rasa kepercayaan pada pasien bahwa mereka akan selalu tertolong. Kesimpulan: Kepuasan merupakan suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan yang di perolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Jika pasien tidak puas terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan, dia tidak akan mencari layanan itu atau menerimanya, walaupun layanan tersebut tersedia, mudah di dapat dan di jangkau.
Penggunaan Masker pada Saat Aktivitas Fisik di Saat Pandemi Covid-19 Wicaksono, Arif; Nurfianti, Arina
Jurnal Ilmu Keolahragaan Undiksha Vol 9, No 3 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jiku.v9i3.39579

Abstract

Kebijakan untuk mencegah meluasnya penyebaran virus covid-19 berdampak terhadap aktivitas masyarakat. Hal ini menyebabkan aktivitas fisik masyarakat berkurang dan berpengaruh terhadap kekebalan tubuh serta kesehatan masyarakat.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan masker oelh masyarakat pada saat aktivitas fisik di saat pandemic covid-19. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal tersebut karena penelitian ini dideskripsikan menggunakan kata-kata tidak menggunakan angka. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyakarat telah menggunakan masker saat aktivitas fisik. Masyarakat dapat menggunakan masker saat melakukan aktivitas fisik dan hal ini merupakan pilihan bersifat individual yang berhubungan dengan mekanisme adaptasi individu dan bervariasi dibandingkan dengan individu lain.
Implementasi Virtual Learning Bagi Pedamping dan Pasien Stroke Maulana, Ikhwan; Sastypratiwi, Helen; Nurfianti, Arina
JUSTIN (Jurnal Sistem dan Teknologi Informasi) Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : Jurusan Informatika Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.237 KB) | DOI: 10.26418/justin.v9i1.36588

Abstract

Stroke merupakan penyakit tidak menular dengan prevalensi terbanyak nomor satu di dunia sekaligus angka kematian dan pengidap tertinggi. Stroke merupakan suatu penyakit yang menyebabkan kehilangan fungsi pada otak, dimana otak sebagai organ pusat pengatur kontrol fungsi fisiologi tubuh manusia Penderita stroke paling sering dirawat oleh anggota keluarga dekat sebagai pemberi asuhan. Sekitar 40% pasien pasca fase akut stroke gagal menjalani tahap rehabilitasi karena ketidaktahuan, ketidaksiapan, dan kekhawatiran. Sebanyak 85,3% caregiver tidak memiliki kesiapan dalam merawat pasien, hal ini menyebabkan risiko terjadinya gejala distres dan berkontribusi pada tingginya risiko disabilitas pasien pasca stroke yang menandakan kegagalan terapi. Perawat dan dokter sering tidak menyampaikan informasi yang diharapkan oleh pasien dan keluarga mengenai stroke. Keluarga tidak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan khusus selama pasien dirawat. Beberapa keluarga menyatakan bahwa ada beberapa prosedur tindakan perawatan yang dapat dibantu dilakukan oleh keluarga namun tidak diajarkan secara tepat oleh tenaga kesehatan. Dengan menggunakan konsep virtual learning diharapkan dapat menggantikan model penyuluhan konvensional antara perawat dengan pasien dan keluarga. Konsep virtual learning yang diterapkan berbentuk animasi sebagai media pembelajaran, sehingga dapat menjadi proses belajar dan inovasi asuhan keperawatan. Adapun hasil pengujian user acceptance test (UAT) dengan perhitungan skala Likert diperoleh nilai rata-rata persentase 89,06%  dari tiga aspek penilaian yaitu aspek rekayasa perangkat lunak, aspek fungsionalitas dan aspek komunikasi lunak, sehingga aplikasi ini layak untuk diimplementasikan.
Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut Vivi Meliana Sitinjak; Maria Fudji Hastuti; Arina Nurfianti
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 2 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.17 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i2.234

Abstract

Proses degeneratif tubuh yang terjadi seiring dengan pertambahan usia akan meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoarthritis lutut, terutama pada lansia. Nyeri sendi yang dialami akan menurunkan aktivitas fisik lansia dan berdampak pada penurunan lingkup gerak sendi. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi skala nyeri sendi adalah senam rematik. Gerakan aktif dan ringan tanpa menggunakan beban dalam senam rematik menjadi pemicu pengeluaran beta-endorfin, neuromudulator alami tubuh yang dapat menghambat pelepasan impuls nyeri sehingga skala nyeri sendi lansia berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut. Desain penelitian quasi experimentaldengan pendekatan pretest-posttest with control group design. Responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling di Panti Werdha Sinar Abadi Kota Singkawang kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian adalah Pain Assessment in Advanced Dementia Scaledengan analisis data menggunakan Paired T Testdan Independent T Test.Uji hipotesis dengan Paired T Testpada kelompok perlakuan p-value= 0,000 dan pada kelompok kontrol p-value= 0,017. P-valuekedua kelompok < 0,05 yang berarti terdapat penurunan skala nyeri setelah pemberian senam rematik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Uji beda mean posttestantara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menggunakan Independent T Test menunjukkan p-value= 0,000 (p<0,05) yang berarti penurunan skala nyeri dengan senam rematik lebih bermakna daripada penurunan skala nyeri yang tidak diberikan senam rematik. Terdapat pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut berupa penurunan skala nyeri pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, tetapi hasil uji beda mean kedua kelompok menunjukkan adanya perbedaan perubahan skala nyeri, skala nyeri kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Penurunan skala nyeri lebih efektif pada kelompok menggunakan senam rematik daripada kelompok yang tidak diberikan senam rematik.Kata kunci:Lansia, nyeri sendi, osteoarthritis lutut, senam rematik, skala nyeri.The Effect of Rheumatoid Physical Exercises to Reduce Pain Intensity among Elderly Diagnosed with Knee Osteoarthritis AbstractIt is known that arthritis pain can reduce physical activities and join mobility among elderly. A rheumatoid physical exercise is considered as one of non-pharmacologic treatment to minimise their pain intensity. This activity stimulates the release of beta endorphin which inhibits pain impulse modulation that contributed to the reduction of pain intensity. This study aimed to examine the effect of structured physical exercises towards pain intensity among knee osteoarthritis. A quasi experimental with pretest-posttest with control group design was designed. Two groups of elderly were assigned in control and intervention groups. Respondent were recruited using purposive sampling from Panti Werdha Sinar Abadi in Singkawang Kalimantan. Data was assessed using Pain Assessment in Advanced Dementia Scale and then analysed by employing Paired T-test and Independent T-test. Findings indicated there was a different of pain intensity within the intervention group (p-value = 0,000) and controlled group (p-value=0,017). Thus, the reduction of pain score was more effective among the intervention group compared to the controlled group. Keywords: Arthritis pain, elderly, knee osteoarthritis, rheumatoid physical exercise, pain scale.
Penambahan tepung daun pegagan (Centella asiatika) terhadap performa produksi puyuh Yuli Arif Tribudi; Arina Nurfianti
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 27, No 1 (2017): April
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jiip.2017.027.01.08

Abstract

The study of this research was to evaluate the effect of pegagan (Centellaasiatica) on quail production performance. The materials used in this studywere 200 quail phase layer Coturnix-coturnix japonica strain. The methodused was experimental design with completely randomized design (CRD) with 4treatments and 5 replications. The treatments in this study were the feedcontrol without the addition of pegagan meal (P0); 0.5% (P1); 1% (P2) and1.5% pegagan meal (P3). The variables observed were feed intake (g/bird /day);Hen Day Production (%); feed conversion and egg weight (g/bird/day). Theresults of this research showed that pegagan meal not effect significantly(P>0.01) on feed intake (g/bird/day), Hen day Production (%); feed conversionand egg wight (g/bird/day) in quail production performance.it can be concluedthat Feed intake, Hen day Production, feed conversion and egg wight was beston P3. 1,5% pegagan meal in the feed were advised
Stres Memperlambat Penyembuhan Luka Paska Seksio Sesarea Ah. Yusuf; Ni Ketut Alit Armini; Arina Nurfianti
Jurnal Ners Vol. 2 No. 2 (2007): Oktober 2007 - Maret 2008
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.415 KB) | DOI: 10.20473/jn.v2i2.4964

Abstract

Introduction: Decision for cesarean section may lead to the stress for women in delivery. Stress response requires longer recovery time in post cesarean section patients. Most of patients who experience stress before and after surgical is associated with wound healing delay. When this condition continues, the wound will have a higher risk of infection. The objective of this study was to analyze correlation between stress and wound healing phase in post cesarean section patients. Method: A cross sectional design was used in this study. The population were women with cesarean section, both elective or emergency, in Delivery Room I RSU Dr. Soetomo Surabaya. Samples were recruited by using purposive sampling, with 28 samples who met to the inclusion criterias. The observed variables were stress and wound healing phase in post cesarean section patient. Stress data were collected by interview and wound healing measurement done by observation on the 3rd day post cesarean section. Result: The result showed that women with stress experience wound healing delay. The characteristic of wound healing delay was prolonged on inflammation phase, nevertheless there was presence of granulation tissue. Spearman’s rho correlation showed that correlation value r=0.675 with p=0.000. Discussion: It can be concluded that there was strong significant correlation between stress and wound healing phase in post cesarean section patients. It is important to give this information to the patients with cesarean section in order to prevent stress and delay in wound healing phase.
EFEK PENAMBAHAN TEPUNG DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) TERHADAP PERFORMA PRODUKSI PUYUH Yuli Arif Tribudi; Arina Nurfianti
JURNAL ILMIAH PETERNAKAN TERPADU Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : DEPARTMENT OF ANIMAL HUSBANDRY, FACULTY OF AGRICULTURE, UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.074 KB) | DOI: 10.23960/jipt.v5i2.p49-52

Abstract

Aim of this study was to know the effect of pegagan (Centella asiatica) on quail production performance. The material used in this study were 200 quail phase layer Coturnix-coturnix japonica strain. The method used was experimental design with completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications. The treatment in this study was the feed control without the addition of pegagan meal (P0); feed control + 0,5% of pegagan meal  (P1); feed control + 1% pegagan meal (P2) and feed control + 1,5% pegagan meal (P3). The variables observed were feed intake (g/bird /day); Hen Day Production (%); feed conversion and egg weight (g/bird/day). The results showed of this research that pegagan meal not significant effect (P>0,01) on feed intake (g/bird/day), Hen day Production (%); feed conversion and egg wight (g/bird/day) in quail production performance. Feed intake, Hen day Production, feed conversion and egg wight best on P3 treatment and advised to do recommended pegagan meal in the feed of quail as much as 1,5% of the total feed. Keywords : Centella asiatica, Feed, Production Performance, Quail
The Effectiveness of The Mini-Cog and MMSE As Vital Instrument Identifying Risk of Dementia As A Nursing Process Reinforcement Arina Nurfianti; An An
NurseLine Journal Vol 4 No 2 (2019): November 2019
Publisher : Faculty of Nursing, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/nlj.v4i2.13708

Abstract

ABSTRACT West Kalimantan, majorly in density populated city-Pontianak- had not accurate statistic review about dementia and Alzheimer’s’s. Huge nursing care attention to elderly was put on physically as degenerative process, while emotional and memory either cognitive function were not clearly assessed. The purpose of this study was to compare the effectiveness of Mini-Cog and MMSE as valid instrument identifying and finding cognitive impairment in elderly which were leading to risk of dementia as part of nursing assessment. This was a cross-sectional study with 108 literate elderly of both genders at the outpatient clinics and shelters of Geriatricts and nursing homes in city of Pontianak dan district of Kubu Raya, West Kalimantan. Sensitivity and specificity of vital measurements the Mini-Cog were compared with those of the Mini- Mental State Exam (MMSE). Some factors-age, education, ethnicity, sleep duration- were tested to find its correlation to cognitive impairment. Results. All who met criteria for probable dementia based on informant interviews and with no revealed history of cognitive decline were included. Mini-Cog had the highest sensitivity and correctly classfied the greatest percentage (60,2 %) of subjects in state positive cognitive impairment. Moreover, MMSE had 53,7 % sensitivity to recognized “probable’ and “definite” cognitive impairment. The MMSE score was 21,88±11,309 which was in higher risk. Administration time for the Mini-Cog was 3 minutes while MMSE had 7 minutes. Conclusions. The Mini-Cog instrument is the easier way and more effective in revealing the risk of dementia with minimal language interpretation requirement and less training to administer than MMSE. Elderly in upper 60 ages is higher risk group to undergo cognitive impairment-range from mild to moderate even severe. KEY WORDS: dementia, cognitive impairment, nursing assessment, MMSE, clock draw test. ABSTRAK Kalimantan Barat, khususnya Pontianak belum memiliki data akurat tentang Demensia dan Alzheimer’s. Atensi mayor dalam proses keperawatan dan pelayanan kesehatan pada lansia rata-rata diletakkan pada aspek fisik yang terlihat, sementara aspek psikologis, emosi dan memori tidak terkaji dengan baik. Skrining status mental jarang dilakukan, tidak ada implikasi, dan tidak ada data kejadian Demensia resmi melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas Mini-Cog dan Mini Mental State Examination (MMSE) sebagai instrument valid dalam pengkajian keperawatan guna mengidentifikasi dan menemukan kerusakan kognitif lansia yang dapat mengakibatkan risiko demensia. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan 108 partisipan lansia tidak buta huruf pada klinik rawat jalan dan panti lansia di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Beberapa faktor seperti umur, pendidikan, etnis, dan durasi tidur diuji untuk menemukan korelasinya terhadap kerusakan kognitif. Parekrutan partisipan dilakukan berdasarkan wawancara kepada informan dan tidak ada riwayat didiagnosis penurunan fungsi kognitif sebelumnya. Berdasarkan temuan didapatkan bahwa Mini-Cog dengan tepat mengklasifikan persentase terbesar kerusakan kognitif yaitu 60,2 % state positif dan sebanyak 53,7 % mengalami state gangguan kognitif baik probable maupun definite menurut skoring Mini Mental State Examination (MMSE). Rerata nilai kognitif partisipan berdasar skoring MMSE adalah 21,88±11,309 yang berarti berada pada level risiko tinggi mengalami gangguan fungsi kognitif. Instrumen Mini-Cog sama efektif mengukur kemampuan kognitif lansia dalam 3 menit sedangkan MMSE efektif dalam waktu 7 menit. Instrumen Mini-Cog merupakan instrument yang lebih mudah bagi perawat dalam membantu menemukan risiko demensia tanpa terhalang oleh substanti Bahasa maupun etnis. Lansia pada usia lebih dari 60 tahun merupakan kelompok yang lebih tinggi mengalami kerusakan kognitif ringan hingga sangat berat yang berisiko pada kejadian demensia. KATA KUNCI: demensia, kerusakan kognitif, pengkajian keperawatan, MMSE, tes menggambar jam.