cover
Contact Name
Eko Pramudya Laksana
Contact Email
pramudyalaksana29@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jkbk.fip@um.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling
ISSN : 25484311     EISSN : 25033417     DOI : -
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling, ISSN 2503-3417 (online), ISSN 2548-4311 (print), is a peer-reviewed journal which publishes articles on practice, theory, and research in all areas of Guidance and Counseling also education related to Guidance and Counseling. Every submitted manuscript will be reviewed by at least two peer-reviewers using double blind review method. Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling is published by Department of Guidance and Counseling, Faculty of Education, Universitas Negeri Malang in collaboration with Asosiasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN).
Arjuna Subject : -
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2020)" : 5 Documents clear
Keefektifan Teknik Latihan Asertif terhadap Komunikasi Interpersonal dan Konformitas Teman Sebaya Siswa Nur Yulianto Akbar; Muhammad Nur Wangid; Galuh Prawitasari
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.341 KB) | DOI: 10.17977/um001v5i12020p018

Abstract

Abstract: Both interpersonal communication and conformity are prominent variables for adolescent’s social development. Adolescent who fails to establish a good interpersonal communication may turn to an aggressive individual, while the one who is too conformist will be more vulnerable to engage in juvenile delinquency. This study aims to investigate the effect of assertive training on interpersonal communication and peer conformity of junior high school students. 12 eighth graders of Junior High School Muhammadiyah 2 Mlati Yogyakarta were involved in the study. The study applied a Quasi Experimental approach with non-equivalent-groups pretest-posttest design. To gather research data, the study used Interpersonal Communication and Peer Conformity Scales. The result shows that assertive training is effective to increase interpersonal communication and to decrease the level of peer conformity. Based on the result, the next study needs to compare the effect of assertive training and other behavioral techniques on the two variables.Abstrak: Komunikasi interpersonal maupun konformitas merupakan dua variabel penting dalam perkembangan kehidupan sosial remaja. Remaja yang gagal membangun komunikasi interpersonal dengan baik dapat menjadi remaja agresif, sedangkan remaja yang terlampau konformis rentan terlibat dalam kenakalan remaja. Penelitian ini bertujuan mengetahui keefektifan teknik asertif terhadap komunikasi interpersonal dan tingkat konformitas teman sebaya pada siswa sekolah menengah pertama (SMP). Subjek penelitian adalah 12 siswa kelas delapan SMP Muhammadiyah 2 Mlati, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen menggunakan desain pretest dan posttest. Instrumen yang digunakan adalah skala komunikasi interpersonal dan skala konformitas teman sebaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik latihan asertif efektif untuk meningkatkan komunikasi interpersonal dan menurunkan tingkat konformitas teman sebaya subjek. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan keefektifan teknik asertif dengan teknik behavioral lainnya.
Kontribusi Planned Happenstance Skills terhadap Perilaku Eksplorasi Karier Siswa Sekolah Menengah Kejuruan: Peran Mediasi Career Decision Self-Efficacy Subhanallah Ramdhan; Rose Mini Agoes Salim
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.485 KB) | DOI: 10.17977/um001v5i12020p024

Abstract

Abstract: Career exploration is the acquisition of career information that results in the formation of career maturity. This study aims to explain the role of internal factors that drive career exploration behavior. Specifically, the study examines the role of career decision self-efficacy in mediating the effect of planned happenstance skills on career exploration behavior. The study applied correlational design with regression analysis. 414 male and 394 female students from vocational high schools in Jakarta were chosen purposively to participate in the study. The Career Exploration Survey, The Planned Happenstance Skill Inventory, and The Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form were used to collect research data. The results show that the effect of planned happenstance skills on student career exploration behavior was partially mediated by career decision self-efficacy. This indicates that the development of the ability to take advantage of certain events can form career related behaviors. Based on the results, it is recommended for school counselors to train students with planned happenstance skills while conducting career counseling in order to develop their career readiness optimallyAbstrak: Eksplorasi karier adalah perilaku pemerolehan informasi yang berujung pada terbentuknya kematangan karier seseorang. Penelitian ini berusaha menjelaskan peran faktor intriksik yang mendorong perilaku eksplorasi karier siswa. Secara spesifik, penelitian ini menguji peran career decision self-efficacy dalam memediasi pengaruh planned happenstance skill terhadap perilaku eksplorasi karier siswa. Penelitian kuantitatif ini mempunyai desain penelitian korelasional dengan teknik analisis regresi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Responden pada penelitian ini adalah para siswa dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jakarta. Pengambilan data secara survei dilakukan kepada responden yang terdiri dari 414 laki-laki dan 394 perempuan. Alat ukur yang digunakan adalah Career Exploration Survey, The Planned Happenstance Skill Inventory, serta Career Decision Self-Efficacy Scale Short Form. Berdasarkan hasil uji regresi dengan PROCESS dari Hayes, ditemukan bahwa pengaruh yang dihasilkan oleh planned happenstance skill terhadap perilaku eksplorasi karier siswa dimediasi secara parsial oleh career decision self-efficacy. Penelitian ini mengindikasikan bahwa pengembangan terhadap kemampuan mengambil kesempatan dari peristiwa tertentu dapat membantu siswa dalam proses pembentukan perilaku yang terkait karier. Berdasarkan hasil penelitian ini, konselor sekolah disarankan untuk menggabungkan pelatihan kemampuan planned happenstance pada saat sedang melakukan sesi konseling agar kesiapan siswa dalam kariernya bisa berkembang dengan optimal.
School Well-Being Siswa Sekolah Dasar dan Siswa Sekolah Menengah Pertama Pengguna Sistem Full-Day School di Indonesia Faizah Faizah; Ulifa Rahma; Yuliezar Perwira Dara; Candra Laksmana Gunawan
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (603.515 KB) | DOI: 10.17977/um001v5i12020p034

Abstract

Abstract: Character building education in Indonesia has officially become a new regulation in the aspect of education therefore several state-owned schools have implemented a full-day system. The school system and the presence of student are complementary components, students' perspective upon themselves and the school environment as part of well-being fulfillment. The purpose of this study was to determine the state of school well-being of elementary school students and junior high school students who implemented the full-day system. This research was a comparative quantitative study with accidental sampling technique. This research was conducted in Malang, involving 285 students from five elementary schools and 275 students from three junior high schools as participants. The research instrument used was the School Well-being Profile (SWP). The data analysis using independent two-sample t-test with Welchs t-test method. The results showed there were differences in school well-being in elementary and junior high school students in full-day systems. Elementary students have higher school well-being compared to junior high school students. Furthermore, the results of this study can be used as a reference to provide counseling services in improving school well-being of full day school students, especially junior high school students.Abstrak: Pendidikan pembangunan karakter di Indonesia telah resmi menjadi peraturan baru bagi dunia pendidikan sehingga beberapa sekolah negeri memberlakukan sistem full day. Sistem sekolah dan eksistensi siswa merupakan komponen yang saling melengkapi, pandangan siswa terhadap diri dan lingkungan sekolah sebagai bagian dari terpenuhinya well-being. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan school well-being siswa Sekolah Dasar (SD) dan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menerapkan sistem full day. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif komparatif dengan teknik sampling accidental sampling. Penelitian ini dilakukan di Kota Malang, dengan melibatkan 285 siswa dari lima SD dan 275 siswa dari tiga SMP sebagai partisipan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu School Well-being Profile (SWP). Analisis data menggunakan independent two-sample t-test dengan metode Welchs t-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan school well-being pada siswa SD dan SMP sistem full day. Siswa SD memiliki school well-being yang lebih tinggi dibandingkan siswa SMP. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk memberikan layanan konseling dalam meningkatkan school well-being siswa sekolah full day khususnya siswa jenjang SMP.
A Case Study of Analyzing Emotional Exhaustion from A Medical Center in Taiwan Yii-Ching Lee; Chi-Hsuan Huang; Diniy Hidayatur Rahman; Chia-Hui Yu; Hsin-Hung Wu
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um001v5i12020p001

Abstract

Abstract: This study uses a medical center in Taiwan as an example to analyze medical staff’s emotional exhaustion by independent sample t test and analysis of variance. Eight out of ten demographic variables are considered as essential variables to influence emotional exhaustion excluding respondents reporting events in the past 12 months and job status. The results show that female employees and employees who are not supervisors/managers tend to have higher burnout. Employees whose ages are 21–30, 31–40, and 41–50 years old also have a higher degree of fatigue. In addition, nurses are more stressful than the others in this medical center. The detailed post hoc analyses enable hospital management to identify employees with high burnout. Finally, this study also provides some recommendations to help hospital management reduce employees’ burnout.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelelahan emosional para staf di sebuah pusat medis di Taiwan. Analisis data dilakukan dengan uji t (sampel independen) dan analisis variansi. Hasil analisis menunjukkan bahwa delapan dari sepuluh variabel demografis merupakan variabel yang berpengaruh pada kelelahan emosional para subjek. Lebih lanjut, ditemukan bahwa staf medis perempuan dan staf yang tidak berposisi sebagai supervisor/manajer cenderung mengalami burnout yang lebih tinggi. Staf yang berusia 21–30, 31–40, dan 41–50 tahun juga memiliki tingkat kelelahan emosional yang lebih tinggi. Selain itu, para perawat mengalami stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan staf lainnya. Analisis post hoc secara detail dalam penelitian ini memberikan informasi tentang staf-staf yang mengalami burnout tingkat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, beberapa saran diajukan pada manajemen pusat medis dimaksud untuk meningkatkan ketahanan staf-stafnya terhadap burnout.
Pengaruh Attachment dan Harga Diri terhadap Regulasi Emosi Siswa Alif Mu'arifah; Siti Muyana; Wahyu Nanda Eka Saputra; Zhooriyati Sehu Mohamad
Jurnal Kajian Bimbingan dan Konseling Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.742 KB) | DOI: 10.17977/um001v5i12020p009

Abstract

Abstract: Emotion regulation is an important variable to support students’ optimal development. Students with high emotion regulation tend to minimize their aggressive behavior. However, some students have difficulty in regulating their emotions. Previous studies show that attachment and self-esteem influence emotion regulation. This study aims to examine the effect of the two variables on emotion regulation of students. 150 randomly selected students were involved in the study. Multiple linear regression was applied to analyze the research data. The results showed that there was a significant effect of attachments and self-esteem on emotion regulation. Attachment and self-esteem influence emotion regulation by 76.3% while other variables influence it by the remaining 23.7%. The result can be used as a basis for constructing guidance and counseling services that involve attachment and self-esteem to improve the emotion regulation of students.Abstrak: Regulasi emosi menjadi unsur penting bagi siswa untuk menunjang perkembangannya secara optimal. Akan tetapi, ada berbagai macam masalah terkait rendahnya tingkat regulasi emosi siswa, misalnya siswa menunjukkan berbagai tindakan kekerasan bahkan perilaku agresi. Beberapa variabel yang berpengaruh terhadap regulasi emosi adalah attachment dan harga diri siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh attachment, harga diri dengan regulasi emosi siswa. Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 150 siswa yang dipilih secara acak. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara attachment dan harga diri dengan regulasi emosi. Attachment dan harga diri memengaruhi kemampuan regulasi emosi siswa sebesar 76,3% dan sisanya 23,7% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi konselor sekolah dalam memberikan layanan yang tepat bagi siswa untuk meningkatkan regulasi emosi siswa dengan melibatkan variabel attachment dan harga diri siswa.

Page 1 of 1 | Total Record : 5