cover
Contact Name
Rina Setiana
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.keperawatan@ui.ac.id
Editorial Address
Faculty of Nursing, Universitas Indonesia, Indonesia
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keperawatan Indonesia
Published by Universitas Indonesia
ISSN : 14104490     EISSN : 23549203     DOI : https://doi.org/10.7454/jki
Core Subject : Health,
Focus and Scope Jurnal Keperawatan Indonesia (JKI, or Nursing Journal of Indonesia) contributes to the dissemination of information related to nursing research and evidence-based study on urban nursing issues in low-middle income countries. The scope of this journal is broadly multi-perspective in nursing areas such as Nursing Education, Clinical Practice, Community Health Care, Management and Health System, Health Informatics, and Transcultural Nursing, with a focus on urban nursing issues in low-middle income countries. JKI is committed to communicating and being open to the discussion of ideas, facts, and issues related to health across a wide range of disciplines. The journal accepts original research articles, synthesized literature, and best practice reports or case reports that use the quantitative, qualitative, or mixed-method approach. JKI adheres to journalistic standards that require transparency of real and potential conflicts of interest that authors and editors may have. It follows publishing standards set by the International Committee of Medical Journal Editors (ICMJE), the World Association of Medical Editors (WAME), and the Committee on Publication Ethics (COPE). Letters and commentaries about our published articles are welcome. All submitted contributions will undergo a blind peer-review process according to appropriate criteria.
Articles 640 Documents
Penurunan Tekanan Darah Pada Klien Hipertensi Primer Melalui Terapi Hypnosis Eko Winarto; Krisna Yetti; Mustikasari Mustikasari
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 14 No 1 (2011): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v14i1.59

Abstract

Terapi hipnosis pada pasien hipertensi primer merupakan terapi non-farmakologis yang menarik untuk dikaji. Tujuan penelitianini untuk mengidentifikasi efek terapi hipnosis pada penurunan tekanan darah pada pasien rawat jalan dengan hipertensi primer.Penelitian kuasi eksperimen with pre-post control group ini menggunakan sampel yang dipilih secara acak sederhana, setiapkelompok 19 responden. 100mm Visual Analog Scale (VAS) digunakan untuk mengukur kecemasan, Stanford Hypnos-abilitySuggestibility Scale Form C (SHSS Form C) untuk observasi tingkat sugestibilitas dan sfignomanometer digital untuk tekanandarah. Hasil penelitian menunjukan tekanan darah sistolik turun secara bermakna 17,16 mmHg (p= 0,001, α= 0,05), diastolikturun secara bermakna 10,21 mmHg (p= 0,000, α= 0,05), sebelum dan setelah terapi hipnosis. Usia dan penurunan tekanan darahdiastolik setelah terapi hipnosis menunjukan hubungan yang kuat dan bermakna (r= 0,736, p= 0,000, α= 0,05). Riwayat merokokpasif menunjukan bahwa hubungan yang bermakna pada penurunan tekanan darah diastolik kelompok intervensi (p= 0,043,α= 0,05). Hasil ini berimplikasi pada penerapan terapi hipnosis sebagai intervensi keperawatan untuk membantu menurunkanhipertensi.
Pap Test Practice and Barriers of Nurses in Bandung, West Java Putu Inge Ruth Suantika; Yanti Hermayanti; Titis Kurniawan
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 23, No 1 (2020): March
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v23i1.843

Abstract

The lack of interest from the public and health workers, such as nurses to carry out a pap test, is one of the triggers of cervical cancer cases. The purpose of this study was to identify the implementation of pap tests and barriers of nurses in Bandung, West Java. This study used a cross-sectional descriptive study design with a sample of 286 married nurses. Data collection was conducted during two months. The analysis was conducted by the Fisher exact test or chi-square test. The results showed that the level of education and religion had a significant relationship with the pap test behavior (p= 0,000; p= 0.031). The most perceived barrier was that respondents felt uncomfortable with the male examiners. So it was recommended to provide female examiners in the ob-gyn section in the hospitals and to improve the nurses' perceptions with pap test. Keywords: barrier, nurse, pap smear, practice Abstrak Perilaku dan hambatan pap smear pada perawat di Kota Bandung, Jawa Barat. Fenomena yang terjadi pada kasus kanker serviks adalah minimnya minat dari masyarakat bahkan petugas kesehatan seperti perawat untuk melakukan pap smear sebagai bentuk pencegahan kanker serviks. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pelaksanaan pap smear serta hambatannya pada perawat di Kota Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif cross-sectional dengan jumlah sampel 286 perawat yang sudah menikah. Pengumpulan data dilakukan pada Februari hingga Maret 2018. Analisis menggunakan fisher exact test atau chi-square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan agama memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pap smear (p= 0.000; p= 0.0301). Hambatan yang paling dirasakan adalah responden merasa kurang nyaman dengan pemeriksa laki-laki sehingga direkomendasikan untuk penyediaan pemeriksa perempuan pada bagian obgyn di rumah sakit serta memperbaiki persepsi perawat yang salah terhadap pap smear.  Kata Kunci: hambatan, pap smear, perawat, perilaku
Penelusuran Hasil Penelitian tentang Intervensi Keperawatan dalam Pencegahan Terjadinya Luka Dekubitus pada Orang Dewasa Enie Novieastari Mukti
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 1 No 3 (1997): Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v1i3.82

Abstract

Luka dekubitus adalah suatu masalah endemic bagi populasi pasien yang dirawat di rumah atau rumah perawatan lainnya. Pasien-pasien tersebut memiliki resiko untuk mengalami terjadinya luka dekubitus selama perawatan. Insiden dan prevalensi terjadinya luka dekubitus pada populasi ini di Amerika Serikat cukup tinggi untuk mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi luka dekubitus bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5% sampai 11% terjadi di tatanan perawatan akut (“acute care”), 15% sampai 25% di tatanan perawatan jangka-panjang (”longterm care”), dan 7% sampai 12% di tatanan perawatan rumah (“home health care”).Berdasarkan panduan praktek klinik yang dikeluarkan oleh AHCPR, intervensi keperawatan yang digunkan untuk mencegah terjadinya luka dekubits terdiri dari tiga kategori yaitu: perawatan kulit dan penanganan dini, penggunaan berbagai matras atau alas, dan edukasi pasien.Tinjauan pustaka terpadu ini bertujuan untuk menggali hasil penelitian yang dilakukan berkaitan dengan intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya luka dekubitus pada populasi orang dewasa, dan hasilnya akan dibandingkan dengan panduan praktek klinik yang dikeluarkan oleh AHCPR.Dalam penelusuran kepustakaan dengan menggunakan fasilitas CINAHL pada tahun 1990-1995, didapatkan 12 artikel penelitian yang berkaitan dengan intervensi keperawatan untuk mencegah terjadinya luka dekubitus, yang terdiri dari 8 penelitian tentang penggunaan matras, 2 penelitian tentang pengaturan posisi baring, dan 2 penelitian tentang edukasi pasien.Penelitian dalam kurun waktu lima tahun terakhir terlihat lebih berfokus pada efek dari berbagai matras untuk mengurangi penekanan jaringan dan perkembangan luka dekubitus. Sedangkan penelitain tentang perawatan kulit dan posisi tubuh, dan edukasi pasien terbatas.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam kurun waktu lima tahun terakhir didapatkan bahwa 1) penggunaan matras yang mereduksi penekanan jaringan dapat menjadi tindakan yang efektif untuk mencegah terjadinya luka dekubitus, 2) intervensi dengan melakukan pengangkatan bagian tubuh tertentu sebagai tambahan jadual dari perubahan posisi yang rutin membantu dalam mencegah terjadinya luka dekubitus, 3) interval perubahan posisi setiap dua jam mungkin dapat merugikan integritas kulit pada populasilanjut usia, 4) perawata yang terlibat didalam edukasi pasien agar lebih menyadari bahwa tindakannya dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien untuk mencegah terjadinya luka dekubitus akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku pasien dalam melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya luka dekubitus.Untuk peneliti selanjutnya direkomendasikan agar lebih memperhatikan area penelitin yang berhubungan dengan perawatan kulit, pengaturan posisi dan edukasi pasien karena kategori intervensi keperawatan ini masih sangat terbatas diteliti. Dan suatu penelitian replikasi perlu dilakukan untuk melihat efektifitas dari interval perubahan posisi baring yang secra tradisional dilakukan setiap dua jam.  Pressure ulcers are an endemic problem in hospitalization, institutionalized, and debilitated patient populations. Patients are at risk for the development of pressure ulcers. The incidence and prevalence of pressure ulcers among these populations in the United States are high enough to warrant concern of health care providers. Studies indicate that the prevalence of pressure ulcers varies, but it has been generally reported to be 5% to 11% in acute care settings, 15% to 25% in long term settings, and 7%-12% in home healthy settings.Based on the AHCPR’s clinical practice guideline, preventive nursing interventions for the development of pressure ulcers were categorized into skin care and early treatment, use of mechanical loading and support surface, and patient education.The purpose of this paper  is to explore research study has been conducted in area of nursing interventions to prevent the development of pressure ulcers among adult populations within the last five years, and to compare the result with the clinical practice guideline of predicting and prevention of pressure ulcers by AHCPR.In reviewing the literatures by using the CINAHL in 1990 through 1995, there were twelve research projects related to the subject has been found consisting of eight studies related to the use of various support surfaces, two studies related to body positions, and other two studies related to patient education.Literature within the last five years has appeared to focus on the effects of various support surface on pressure reduction and pressure sore development. Whereas, studies on skin care and body position and patient education have been limited.Based on the findings from the studies being conducted the last five years, the following can be concluded: 1) the utilization of pressure-reducing support surfaces could be an effective measure to prevent the development of pressure ulcers, 2) the small shift intervention in conjunction with routine turning schedules aids in the prevention of pressure ulcers, 3) the traditional two-hour turning intervention may be detrimental to the skin integrity of older adults, 4) nurses engaged most frequently in educational encounters with the client in the prevention of pressure ulcers; therefore, nurses need to remember that their actions can influence the attitudes of clients towards the acquisition of pressure ulcers prevention knowledge and skill.For the researcher it is recommended that the area of skin care interventions and patient education should be more considered, due to the limitations of studies have been conducted in these areas. A replication study to explore the effectiveness of specified turning intervals should be conducted. It is also recommended that a one and half hour turning policy be established with using a larger sample than a study conducted by Knox et al (1994).
Stres dan koping Perempuan Hamil yang Didiagnosis HIV/AIDS di DKI Jakarta: Studi Grounded Theory Yulia Irvani Dewi; Setyowati Setyowati; Yati Afiyanti
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 12 No 2 (2008): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v12i2.210

Abstract

AbstrakPenelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan grounded theory yang bertujuan mengidentifikasi stres dan koping perempuan hamil yang didiagnosis HIV/AIDS. Jumlah partisipan sebanyak enam orang. Pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan telaah literatur. Hasil analisis didapatkan tujuh tema yaitu 1) khawatir terhadap keselamatan janin, 2) diperlakukan berbeda dari perempuan hamil lainnya, 3) banyak membutuhkan biaya pengobatan, 4) tidak nyaman didiagnosis HIV/AIDS, 5) kebutuhan dukungan dari keluarga dan teman, 6) koping, dan 7) harapan memiliki anak yang sehat. Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengelolaan dan memahami stres yang dialami perempuan hamil yang didiagnosis HIV/AIDS, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan efektif dan optimal. Implikasi penelitian ini berupa informasi bagi pemerintah dan perawat yang bekerja di area keperawatan maternitas tentang kebijakan pengelolaan HIV/AIDS bagi perempuan hamil. AbstractThis qualitative research identified stress and coping mechanism on pregnant women who were diagnosed HIV/AIDS using grounded theory approach. There were six participants involved in the study. Data were collected using in-depth interview, observation, and literature review. Seven themes were found: 1) being worry on the safety of the fetus, 2) being treated differently from other pregnant women, 3) the expensive treatment 4) the discomfort being diagnosed HIV/AIDS, 5) the need of family’s and friends’ support, 6) coping mechanism, and 7) the expectation to have healthy children. This study can provide information to the decision maker and the nurses who work in the area maternity nursing care in managing pregnant women with HIV/AIDS.
“Ketinggalan Pelajaran”: Pengalaman Anak Usia Sekolah Menjalani Kemoterapi Happy Hayati; Dessie Wanda
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 19 No 1 (2016): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v19i1.434

Abstract

Kemoterapi merupakan terapi kanker yang dapat menimbulkan efek samping yang cukup berat bahkan memengaruhi kualitas hidup pada individu semua usia. Usia sekolah merupakan tahapan usia pencapaian akan sesuatu (industry), saat anak senang beraktivitas, menyelesaikan tugas dan menjalin hubungan yang luas dengan teman sebaya dan lingkungannya. Namun, tugas perkembangan ini akan teganggu jika anak menderita penyakit keganasan yang harus menjalani kemoterapi. Penelitian kualitatif ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman empat anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, dan data yang dianalisis menggunakan metode Collaizi. Enam tema yang muncul adalah: (1) perubahan fisik sebagai efek negatif dari kemoterapi, (2) prestasi belajar menurun, (3) perasaan negatif akibat prosedur kemoterapi, (4) melakukan aktivitas tertentu selama kemoterapi, (5) pasrah dengan prosedur kemoterapi, dan (6) sembuh dari sakit. Penelitian ini menegaskan pentingnya mempertahankan kegiatan belajar anak yang disesuaikan dengan kondisi mereka yang sedang menjalani kemoterapi.  Abstract  "Miss School Class": the Experience of School Age Children Undergoing Chemotherapy. Chemotherapy is a treatment for cancer that can affect the quality of life. School-age is a period of industry, where most of children in this age enjoy their activity, finish all tasks and buildrelationship with peer and the environment. However, a child with cancer might experience chemotherapy in the hospital for a long time. The aim of this qualitative study was to identify the experience of four school-age children who had undergone chemotherapy.Data were collected through interviews, and analyzed usingCollaizi method. Six themes were identified: (1) physical change asnegative effect of chemotherapy; (2) school performance declining; (3) negative feelingthat caused by chemotherapy procedure; (4) doing an activity during chemotherapy, (5) accepting all chemotherapy procedures; and (6) free from illness. This study recommends the importance of maintainingadequate learning activity for school-age children with chemotherapy in the hospital.  Keywords: cancer, chemotherapy, school-agechild
Persepsi Lansia Terhadap Asuhan Keperawatan Gerontik yang Dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur Henny Permatasari
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 6 No 1 (2002): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v6i1.114

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana persepsi lansia terhadap asuhan keperawatan gerontik yang diberikan oleh mahasiswa FIK-UI di Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur. Metoda yang digunakn adalah deskriptif eksploratif. Sampel yang diambil sebagai responden adalah lansia yang telah dibina mahasiswa pada saat melakukan praktek keperawatan gerontik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lansia dapat merasakan manfaat dilakukannya asuhan keperawatan gerontik dengan skor rata-rata 4,04. Untuk menindaklanjuti penelitian ini direkomendasikan untuk melakukan penelitian tentang lansia terhadap asuhan keperawatan gerontik dengan menggunakan metode kualitatif, karena persepsi merupakan penjelasan tentang pengalaman yang perlu dipelajari secra lebih mendalam sehingga tidak cukup hanya menggunakan metode kuantitatif. The purpose of this research was to identify how to elderly perception of the nursing care of elderly that was given by the students of Faculty of Nursing University of Indonesia. The area of this research was in 3 sub districts of Rawa Bunga district, East Jakarta. The research utilized explorative of descriptive design. Sample that was taken as the respondent were elderlies who have been cared by the student while they do their gerontological clinical practice. The result of this research showed that elderlies got the benefit from gerontic from gerontic nursing care by score 4,04. This research recommend to conduct the same research using qualitative method to gain more information related to perception and experience of elderlies.
Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Fase Aktif Kala I Melalui Terapi Musik Instrumental Nova Arikhman
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 13 No 1 (2010): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v13i1.228

Abstract

AbstrakIntensitas nyeri selama persalinan yang berlebihan dapat merugikan ibu dan janin. Terapi musik instrumental sebagai teknik nonfarmakologi, berguna menimbulkan efek distraksi dan relaksasi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh terapi music instrumental terhadap intensitas nyeri saat persalinan. Penelitian metode kuasi-eksperimen dengan pre post-test desain ini dilakukan pada 18 ibu multipara yang mengalami persalinan kala I di ruang bersalin kebidanan rumah sakit X. Pengambilan sampel melalui metode consecutive sampling. Data dianalisa melalui uji Paired t-test dan Wilcoxon sign rank test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terapi musik instrumental berpengaruh signifikan terhadap penurunan intensitas nyeri (p= 0.017, α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan agar terapi musik instrumental sebagai salah satu terapi nonfarmakologis digunakan dalam menurunkan persepsi intensitas nyeri pada ibu multipara yang mengalami persalinan fisiologis kala I. AbsractSeverity of labor pain may damage mother and infant. Therefore, instrumental music therapy as non-pharmacology technique can be used for distraction and relaxation. This research aims to study about the effect of instrumental music therapy to severity of labor pain. Method of this research is quasi-experiment with pre post-test design, involving 18 multiparous mothers who experienced stage I labor in labor room of X hospital. Samples are selected through consecutive sampling. Data was analyzed by paired t-test and Wilcoxon sign rank test.The research shown that instrumental music therapy significantly relieved the severity of pain labor (p= 0.017, α= 0,05). The research recommended that instrumental music therapy can be used as non- pharmacological therapy to relieve the severity of labor pain for multiparous mothers who experience stage I labor.
Efektivitas Rational Emotive Behaviour Therapy Berdasarkan Profile Multimodal Therapy pada Klien Skizofrenia dengan Masalah Keperawatan Perilaku Kekerasan dan Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Retno Yuli Hastuti; Budi Anna Keliat; Mustikasari Mustikasari
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 18 No 3 (2015): November
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v18i3.491

Abstract

Penelitian  ini bertujuan mengetahui efektivitas rational emotive behavior therapy (REBT) berdasarkan profile multimodal therapy terhadap kemampuan klien dan perubahan gejala perilaku kekerasan dan halusinasi di RS Jiwa. Desain penelitian quasi eksperimental dengan jumlah sampel 56 responden. 28 responden memiliki Profile Multimodal Therapy untuk mendapatkan REBT sebagai kelompok intervensi, 28 responden sebagai kelompok non intervensi. Hasil penelitian ditemukan penurunan gejala perilaku kekerasan dan halusinasi lebih besar daripada yang tidak mendapatkan REBT berdasarkan profile multimodal therapy (p value < 0.05). Kemampuan kognitif, afektif dan perilaku klien yang mendapatkan REBT berdasarkan profile multimodal therapy meningkat secara bermakna (p < 0.05) Hasil penelitian ini efektif meningkatkan kemampuan klien kognitif, afektif dan perilaku hingga 57% dan penurunan gejala perilaku kekerasan 48%, penurunan gejala halusinasi 47%,. Profile multimodal therapy direkomendasikan sebagai screening klien yang akan diberikan terapi spesialis dalam hal ini khususnya rational emotive behavior therapyKata kunci: profile multimodal therapy, rational emotive behavior therapy, gejala perilaku kekerasan, gejala haluasinasi, kemampuan kognitif, afektif, perilaku AbstractThis study aims to determine the effectiveness of rational emotive behavior therapy (REBT) profile of multimodal therapy based on the client's ability and changes in symptoms violent behavior and hallucinations in Psychiatric Hospital. Quasi-experimental research design with a number of 56 respondents. 28 respondents had to get a Profile Multimodal Therapy REBT therapy as the intervention group, 28 respondents as a group of non intervention. The research found a decrease symptoms of violent behavior and hallucinations bigger than not getting REBT based profile of multimodal therapy (p<0.05). Cognitive, affective and behavioral clients who get REBT based profile of multimodal therapy increased significantly (p <0.05). Results clients experience a effectively improve cognitive, affective and behavioral to 57 % and reduction in symptoms of violent behavior 48%, reduction in symptoms of hallucinations 47%. Profile multimodal therapy is recommended as screening client will be given specialist treatment in this particular rational emotive behavior therapyKeywords: profile multimodal therapy, rational emotive behavior therapy, symptoms of violent behavior, hallucination symptoms, cognitive, affective, behaviorall
Perbandingan Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Hemiparese Melalui Latihan ROM Unilateral dan Bilateral Yanti Cahyati; Elly Nurachmah; Sutanto Priyo Hastono
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 16 No 1 (2013): Maret
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v16i1.18

Abstract

Hemiparese pada klien stroke dapat menyebabkan klien mengalami berbagai kecacatan. Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan yang dinilai efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan. Latihan ROM bisa dilakukan dengan pendekatan bilateral yang dapat memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan unilateral training. Penelitian bertujuan mengidentifikasi perbandingan latihan ROM unilateral dan bilateral terhadap kekuatan otot pasien hemiparese akibat stroke iskemik. Penelitian menggunakan desain Quasi Experiment pre dan post test design. Jumlah sampel 30 responden yang terdiri dari kelompok intervensi I dan intervensi II. Evaluasi penelitian dilakukan pada hari pertama dan ketujuh. Teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan otot meningkat pada kedua kelompok intervensi dan terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok intervensi (p= 0,018, α= 0,05 ). Penelitian lebih lanjut tentang pengaruh penggunaan latihan ini secara terprogram dalam menangani pasien stroke dengan hemiparese perlu dilakukan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCARIAN PENGOBATAN PADA PRIA DENGAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)-HIV/AIDS DI JAKARTA, SURABAYA DAN MENADO TAHUN 2000 Efy Afifah
Jurnal Keperawatan Indonesia Vol 8 No 2 (2004): September
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jki.v8i2.146

Abstract

AbstrakMasalah Penyakit Menular Seksual (PMS)-HIV/AIDS di Indonesia saat ini merupakan hal yang patut diwaspadai dan diantisipasi lebih dini, mengingat prevalensinya yang meningkat. Salah satu faktor yang berperan dalam penanggulangan PMS-HIV/AIDS adalah perilaku pencarian pengobatan yang masih rendah khususnya pada kelompok pria. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian pengobatan pada pria dengan PMS-HIV/AIDS di Jakarta, Surabaya, dan Menado. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi potong lintang (cross sectional), dengan pengolahan data menggunakan analisis regresi logistik ganda yang menggunakan data Behavioral Surveillance Survey PMS-HIV/AIDS tahun 2000. Jumlah sampel yang terlibat 624 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan 75,3% proporsi perilaku pencarian pengobatan kurang baik. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur, status perkawinan, sumber informasi dengan perilaku pencarian pengobatan. Variabel pengetahuan dan pendidikan berhubungan secara bermakna dengan perilaku pencarian pengobatan dan tidak ada interaksi antara pendidikan dan pengetahuan. Responden yang berpengetahuan kurang berpeluang 1,8 kali (95% CI: 1,1724-2,6442) melakukan pencarian pengobatan kurang baik dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik setelah dikontrol variabel pendidikan. Responden yang berpendidikan rendah berpeluang 1,7 kali (95% CI: 1,0236- 2,5805) melakukan pencarian pengobatan kurang baik dibandingkan responden yang berpendidikan tinggi setelah dikontrol variabel pengetahuan. Rekomendasi telah disampaikan pada pemerintah untuk menjadikan program tetap dan pengalokasian dana tidak hanya untuk pengobatan juga untuk pelayanan kesehatan dan konseling dan penelitian lebih lanjut untuk menggali lebih dalam alasan responden yang tidak melakukan pencarian pengobatan perlu pula untuk dilakukan. AbstractCurrenly, a sexual transmitted disease (STD)-HIV/AIDS in Indonesia, is an issue that every individual should concern and anticipate, this is because its prevalency increases. The strategic position of Indonesia is considered susceptible to the pandemy of HIV/ AIDS. One of the factors which play an important role in controlling the STD-HIV/AIDS is a low rate health seeking behavior among male subjects. The purpose of the study was to identify factors influencing to health seeking behaviour of male subjects with STD–HIV/AIDS in Jakarta, Surabaya, and Manado. The design of the study was descriptive explorative using cross sectional approach. A multiple logistic regression was used to analyse the secondary data from behavioral surveillance survey of STD–HIV/ AIDS in 2000. The number of sampel was 624 respondents. The findings showed that the proportion of male health seeking behaviour is low (75, 3% N= 624). There are no relationships between age, marital status, and information sources with the health seeking behaviour. The variables of education and knowledge have relationship with health seeking behaviour and there is no interaction between education and knowledge. Respondents with limited knowledge have the possibilities 1.8 times to have poor health seeking behaviour (95% CI: 1, 1725 – 2, 6442) compared to those who have sufficient knowledge after being controlled by the education variable. Respondents who have lower education have the possibilities of 1,7 times to have poor health seeking behaviour ( 95% CI: 1,00236 – 2,5805) compared to those who have higher education after being controlled by knowledge variable. Some recommendations were contributed to government to create the prevention program of STD–HIV/AIDS as an annual program and to allocate fund which is not only for medication but also for the health and counseling services. Further study needs to be done to explore more detailed explanations why respondents do not seek for health care.

Page 8 of 64 | Total Record : 640


Filter by Year

1997 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 28 No 3 (2025): November Vol 28 No 2 (2025): July Vol 28 No 1 (2025): March Vol 27 No 3 (2024): November Vol 27 No 2 (2024): July Vol 27 No 1 (2024): March Vol 26 No 3 (2023): November Vol 26 No 2 (2023): July Vol 26 No 1 (2023): March Vol 25 No 3 (2022): November Vol 25 No 2 (2022): July Vol 25, No 1 (2022): March Vol 25 No 1 (2022): March Vol 24, No 3 (2021): November Vol 24 No 3 (2021): November Vol 24 No 2 (2021): July Vol 24, No 2 (2021): July Vol 24, No 1 (2021): March Vol 24 No 1 (2021): March Vol 23, No 3 (2020): November Vol 23 No 3 (2020): November Vol 23, No 2 (2020): July Vol 23 No 2 (2020): July Vol 23, No 1 (2020): March Vol 23 No 1 (2020): March Vol 22, No 3 (2019): November Vol 22 No 3 (2019): November Vol 22 No 2 (2019): July Vol 22, No 2 (2019): July Vol 22, No 1 (2019): March Vol 22 No 1 (2019): March Vol 21 No 3 (2018): November 2018 Vol 21 No 2 (2018): Juli Vol 21 No 1 (2018): Maret Vol 20 No 3 (2017): November Vol 20 No 2 (2017): Juli Vol 20 No 1 (2017): Maret Vol 19 No 3 (2016): November Vol 19 No 2 (2016): Juli Vol 19 No 1 (2016): Maret Vol 18 No 3 (2015): November Vol 18 No 2 (2015): Juli Vol 18 No 1 (2015): Maret Vol 17 No 3 (2014): November Vol 17 No 2 (2014): Juli Vol 17 No 1 (2014): Maret Vol 16 No 3 (2013): November Vol 16 No 2 (2013): Juli Vol 16 No 1 (2013): Maret Vol 15 No 3 (2012): November Vol 15 No 2 (2012): Juli Vol 15 No 1 (2012): Maret Vol 14 No 3 (2011): November Vol 14 No 2 (2011): Juli Vol 14 No 1 (2011): Maret Vol 13 No 3 (2010): November Vol 13 No 2 (2010): Juli Vol 13 No 1 (2010): Maret Vol 12 No 3 (2008): November Vol 12 No 2 (2008): Juli Vol 12 No 1 (2008): Maret Vol 11 No 2 (2007): September Vol 11 No 1 (2007): Maret Vol 10 No 2 (2006): September Vol 10 No 1 (2006): Maret Vol 9 No 2 (2005): September Vol 9 No 1 (2005): Maret Vol 8 No 2 (2004): September Vol 8 No 1 (2004): Maret Vol 7 No 2 (2003): September Vol 7 No 1 (2003): Maret Vol 6 No 2 (2002): September Vol 6 No 1 (2002): Maret Vol 5 No 2 (2001): September Vol 5 No 1 (2001): Maret Vol 2 No 8 (1999): Desember Vol 2 No 7 (1999): September Vol 2 No 6 (1999): Mei Vol 2 No 5 (1998): Oktober Vol 1 No 4 (1998): Juli Vol 1 No 3 (1997): Desember Vol 1 No 2 (1997): Juli Vol 1 No 1 (1997): Januari More Issue