cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalwoh.fkm@umi.ac.id
Editorial Address
Jalan Urip Sumoharjo KM. 05 (Kampus II), Makassar, Sulawesi Selatan
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Window of Health : Jurnal Kesehatan
ISSN : -     EISSN : 26145375     DOI : -
Core Subject : Health,
Window of Health is a media publication of scientific works in the field of health in a broad sense such as public health, nursing, midwifery, medicine, pharmacy, health psychology, nutrition, health technology, health analysis, health information system, medical record, health law, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 5 No 4 (Oktober 2022)" : 6 Documents clear
Korelasi Self-Care dengan Kualitas Hidup Pasien DM Tipe 2 di Kota Pekanbaru Wulan Sari; Nuzul Fajri; Ikhtiyaruddin Ikhtiyaruddin
Window of Health : Jurnal Kesehatan Vol 5 No 4 (Oktober 2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.705 KB) | DOI: 10.33096/woh.v5i04.9

Abstract

Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kehidupannya dan di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. DM tipe 2 memerlukan tindakan self-care dalam pengelolaan penyakitnya yang akan mempengaruhi kualitas hidup pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi self-care dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya dengan besar sampel 100 responden. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji regresi linier sederhana. Hasil penelitian diketahui ada korelasi yang kuat dan hubungan signifikan self-care dengan kualitas hidup (r = 0,713, p = 0,0005). Komponen dalam self-care juga menunjukkan korelasi dan hubungan dengan kualitas hidup diantaranya diet (r = 0,708, p = 0,0005), aktivitas fisik (r = 0,664, p = 0,0005), terapi obat (r = 0,381, p = 0,0005), monitor gula darah (r = 0,641, p = 0,0005), dan perawatan kaki (r = 0,570, p = 0,0005). Kesimpulannya terdapat korelasi yang kuat dan hubungan antara self-care dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Oleh karena itu penting untuk memberikan edukasi dan praktek kepada pasien DM tipe 2 untuk konsisten dan meningkatkan self-care agar kualitas hidup pasien juga meningkat.
Keterpaparan Informasi Kesehatan Reproduksi terhadap Pengalaman Seksual Remaja Wahidah Sukriani; Itma Annah; Irene Febriani; Restu Krisnata; Sri Lilestina Nasution
Window of Health : Jurnal Kesehatan Vol 5 No 4 (Oktober 2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (593.711 KB) | DOI: 10.33096/woh.v5i04.56

Abstract

Masa remaja adalah masa antara dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai dengan perubahan secara fisik dan seksual yang signifikan. Salah satu masalah yang seringkali muncul pada masa ini adalah perilaku seksual berisiko yang terjadi saat organ reproduksi belum matang. Saat ini informasi kesehatan reproduksi bagi sebagian masyarakat masih dianggap tabu. Data menunjukkan walaupun sebagian besar remaja telah mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi, namun perilaku seksual berisiko pada remaja tetap tinggi. Perilaku seksual berisiko disni seperti berciuman, berpelukan, meraba dan atau merangsang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterpaparan informasi kesehatan reproduksi remaja terhadap perilaku seksual remaja berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional melalui analisa data Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) Remaja Tahun 2019 dengan unit analisis Provinsi Kalimantan Tengah. Hasil Penelitian menujukkan sebagian besar remaja di Kalimantan Tengah merupakan kelompok remaja awal (usia 10-14 tahun) yaitu 54,2%, berpendidikan dasar (65,7%), berjenis kelamin laki-laki (53,8%) dan memiliki tingkat kesejahteraan rendah (65,1%). Sumber informasi kesehatan reproduksi remaja dari media luar ruang terbanyak didapatkan melalui televisi (64,2 %), dari petugas terbanyak didapatkan dari guru (70,9%) dan dari institusi didapatkan terbanyak dari pendidikan formal (73,7%). Sebanyak 2,2 % remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Tidak terdapat hubungan antara keterpaparan informasi kesehatan reproduksi remaja dengan pengalaman seksual remaja di Kalimantan Tengah (p lebih kecil 0,05). Diperlukan kerjasama berbagai pihak dalam upaya promosi kesehatan reproduksi remaja dan pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja.
Studi Prediktor Lama Tinggal Pada Pasien Demam Tifoid di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin Innal Saitis; Muhammad Aswad; Muh. Akbar Bahar
Window of Health : Jurnal Kesehatan Vol 5 No 4 (Oktober 2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.809 KB) | DOI: 10.33096/woh.v5i04.57

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang dapat memprediksi lama tinggal pasien tifoid di rumah sakit (length of stay/LOS). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2021 sampai juni 2021 di RS Universitas Hasanuddin menggunakan rancangan studi cross-sectional, dimana data yang diambil berasal dari data rekam medis pasien tifoid di RS Unhas tahun 2019-2020. Informasi yang dikumpulkan berupa data demografi, data klinis, data non-klinis, serta LOS. Dari 153 orang pasien tifoid yang teridentifikasi, sebanyak 21,57% pasien memilkii LOS lebih dari 7 hari di rumah sakit. Hasil analisis univariat menunjukkan ada beberapa kandidat prediktor LOS pasien tifoid (p lebih kecil 0,25) yaitu: umur (OR: 0,97, 95% CI: 0,94-0,99), berat badan (OR: 0,96, 95% CI: 0,93-0,98), rute antibiotik (OR: 2,17, 95% CI: 0,89-5,34), jenis antibiotik (OR: 2,84, 95% CI: 1,10-7,32), jenis pemeriksaan laboratorium (OR: 2,41, 95% CI: 1,04-5,59) dan jumlah obat non-antibiotik yang digunakan (OR: 1,24, 95% CI: 0,89-1,74). Namun, hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa hanya jenis antibiotik yang dapat digunakan untuk memprediksi LOS pasien tifoid. Sebagai kesimpulan, variabel yang dapat dijadikan prediktor LOS pasien tifoid adalah regimen terapi antibiotik yang diterima oleh pasien. Pasien yang diberikan kombinasi antibiotik adalah pasien yang memiliki waktu perawatan di RS lebih lama dibandingkan pasien dengan antibiotik tunggal.
Uji Aktivitas Ekstrak Kombinasi Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan Kurma (Phoenix dactylifera L) sebagai Antiinflamasi Secara In Vitro Sukmawati Sukmawati; Aulia Wati; A. Muflihunna
Window of Health : Jurnal Kesehatan VoL 5 No 4 (Oktober 2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/woh.v5i04.76

Abstract

Inflamasi adalah respon perlindungan normal terhadap cedera jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia berbahaya, atau agen mikrobiologi. Lisosom dapat mensekresi enzim yang dapat menginduksi terjadinya inflamasi. Membran lisosom analog dengan membran sel darah merah manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi antiinflamasi dari ekstrak kombinasi rimpang kunyit (curcuma domestica val) dan kurma (Phoenix dactylifera L) ditinjau dari kemampuannya menstabilkan membran sel darah merah. Dengan metode stabilitas membran eritrosit. Penelitian dimulai dengan pengambilan darah dan dibuat suspensi sel darah merah. Suspensi sel darah merah dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kontrol negatif, kontrol positif (Natrium diklofenak), dan larutan uji dengan konsentrasi 50, 75, dan 100 ppm, kemudian di diamkan selama 30 menit dan disentrifuge. Supernatan diukur serapan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 413 nm. Hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi 100 ppm memberikan persen inhibisi paling besar yaitu 65,64%. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka daya inflamasinya semakin baik.
Metode Ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan Ibu dalam Pencegahan ISPA Sondang Sidabutar Sidabutar; Candra Johan Waruwu
Window of Health : Jurnal Kesehatan Vol 5 No 4 (Oktober 2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/woh.v5i04.16

Abstract

Acute infectious disease (ARI) that attacks one part and or more of the respiratory tract from the nose (upper tract) to the alveoli (lower tract) including adnexa such as sinuses, middle ear cavity and pleura. ARI is a disease that often occurs in children, because the child's immune system is still low. This study aims to determine the effect of health education with the lecture method and leaflet media on increasing maternal knowledge about the prevention of ARI (Acute Respiratory Infection) in the working area of ​​UPT Puskesmas Hiliduho. This type of research is quantitative research with a quasi-experimental research design. The design used was pretest and posttest group design without control group. The location of the research was carried out in the working area of ​​the Hiliduho Health Center, Hiliduho District, Nias Regency. The time of this research was carried out in August 2021. The population in this study amounted to 389 people. The sample in this study was determined by purposive sampling technique. The number of samples is 80 people. The difference in the mean knowledge of mothers before and after the lecture method health counseling was known to have a significant value from the t test for the respondents in the lecture group, namely p = 0.000 (p lebih kecil 0.05). The mean value of the respondent's knowledge before the lecture intervention was 1.98 while the mean value of the respondent's knowledge after the lecture was 1.18. The difference in the mean knowledge of mothers before and after the leaflet media health counseling was p = 0.000 (p lebih kecil 0.05). The mean value of respondents' knowledge before leaflet intervention was 5.68 while the mean value of respondent's knowledge after leaflet was 12.90.
Merokok dan Prevalensi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Najihah; Estania Megaputri Theovena
Window of Health : Jurnal Kesehatan Vol 5 No 4 (Oktober 2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/woh.v5i04.38

Abstract

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) merupakan penyakit saluran pernapasan kronis yang ditandai dengan obstruksi aliran udara yang menetap, bertahap dan berhubungan dengan peningkatan respons peradangan saluran napas akibat gas atau partikel iritan tertentu. Dikatakan PPOK apabila memiliki riwayat sesak napas yang diperparah dengan aktivitas dan bertambahnya usia yang disertai batuk berlendir atau memiliki riwayat sesak napas disertai batuk berlendir dengan nilai Indeks Brinkman ≥ 200. Dari beberapa faktor risiko, merokok adalah risiko utama terjadinya PPOK. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan derajat merokok dengan prevalensi PPOK. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study. Jumlah sampel penelitian ini 38 responden yang merupakan pasien PPOK yang diperoleh dengan menggunakan teknik Purpossive sampling. Proses pengolahan data dengan menggunakan statistic deskriptif yang hasilnya akan disajikan dalam bentuk tendensi sentral dan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menujukkan bahwa menunjukkan bahwa berdasarkan Indeks Brinkmannya pasien dengan derajat PPOK ringan-sedang mempunyai derajat merokok ringan 75%, sedangkan pasien dengan PPOK derajat berat-sangat berat mempunyai derajat merokok sedang-berat 66.7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan (p value 0.034) antara derajat merokok berdasarkan Indeks Brinkman dengan prevalensi PPOK. Oleh karena itu, petugas kesehatan harus memberikan edukasi terkait kebiasaan merokok yang dapat memberikan dampak terjadinya PPOK, dimana edukasi ini merupakan salah satu Intervensi Keperawatan.

Page 1 of 1 | Total Record : 6