cover
Contact Name
Dian Arrisujaya
Contact Email
arrisujaya@unb.ac.id
Phone
+622517592051
Journal Mail Official
jsainsnatural.unb@gmail.com
Editorial Address
Universitas Nusa Bangsa Kampus Universitas Nusa Bangsa Jl. KH. Sholeh Iskandar Km. 4, Cimanggu, Tanah Sareal Bogor 16166
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Sains Natural: Journal of Biology and Chemistry
ISSN : 20863446     EISSN : 2621508X     DOI : https://doi.org/10.31938/jsn
Jurnal Sains Natural is a peer-reviewed, open access journal that publishes original research articles, review articles, as well as short communication with the objectives to explore the knowledge about natural sciences. This journal incorporates not only all branches of chemistry and biology, but also sub-disciplines like Biochemistry, Polymer, Agricultural chemistry, Environmental chemistry, etc.
Articles 252 Documents
BIODIVERSITAS DAN POTENSI MIKROORGANISME PENTING DI BAWAH TEGAKAN JATI UNGGUL NUSANTARA (JUN) UMUR 5 TAHUN DI KEBUN PERCOBAAN COGREG BOGOR Srikandi Srikandi; Lilis Sugiarti; Mamay Maslahat
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 2 No. 2 (2012): Sains Natural (Edisi Khusus)
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.561 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v2i2.43

Abstract

Important Microorganisme and Potential Biodiversity Under The Superior Teak Stands Nusantara (JUN) of 5 Years Old in Experimental Garden, Cogreg, Bogor         Biodiversita of mikoorganisme on the ground is a lot happen on the rhizosphere. Microorganisms can live in substrates released by the plant from the roots or in dead plants, it can also stimulate appearence of  nutrients from the roots to produce compounds that accelerate growth. Biodiversity of rhizosphere bacteria isolated on Kings B medium and Nutrient Agar (NA) in the middle, front and rear land totaling 25 isolates with, different morphological colonies. Overall there were 22 morphological diversity of bacteria isolated on Kings medium B and 3 bacteria on NA media. Each different colony of morphology could be for a different type. The number of colonies were isolated in Kings B medium reached the center of the 1.61 x 108 cfu/ml, the front as much as 7.87 x 109 cfu/ml and the rear of the total population could not be calculated because each isolate population was > 250 colonies. Meanwhile, isolated on NA medium for the middle ground, and the front of the number of colonies isolated with NA media ineligible minimum and maximum standart calculation of bacteria which ranges between 25 – 250. For a population of bacteria in the back of soil his total of 2.23 x 103 cfu/ml. Mycorrhizae were found on the overall JUN stands dominated by Gigaspora type (65.3%) followed by Glomus type (28.6 %) and Acaulospora (6.1 %). Two isolated namely isolates 1A and 1B showed the potential to produce a hormone IAA on the third day incubation period. Meanwhile, on the seventh day, all isolates were tested with reagents Salkowsi, not showad a positive reaction (red color does not appear). In the preliminary study, it was known that on the third day was the optimum day to produce the hormone IAA.Keywords : Biodiversity, microorganisms, bacteria, morphology, hormone ABSTRAK        Biodiversita mikoorganisme pada tanah banyak terjadi di daerah rizosfer. Mikroorganisme dapat hidup dari substrat yang dikeluarkan oleh tanaman melalui akar ataupun tanaman yang mati, di samping itu dapat juga merangsang pengeluaran unsur hara dari akar dan dapat menghasilkan senyawa – senyawa yang mempercepat pertumbuhan. Biodiversitas Bakteri Rhizosfer yang terisolasi pada media Kings B dan Nutrient Agar (NA) di tanah bagian tengah, depan dan belakang lahan berjumlah 25 isolat, dengan morfologi koloni yang berbeda – beda. Secara keseluruhan terdapat 22 keragaman morfologi isolat bakteri yang terisolasi pada media Kings B dan 3 isolat pada media NA. Setiap morfologi koloni yang berbeda dimungkinkan merupakan jenis yang berbeda. Jumlah populasi koloni yang terisolasi pada media Kings B bagian tengah mencapai 1,61 x 108 cfu/ml, bagian depan  sebanyak 7,87 x 109 cfu/ml dan bagian belakang jumlah populasi tidak dapat dihitung karena setiap isolate jumlah populasinya > 250 koloni. Sedangkan yang terisolasi pada media NA untuk tanah bagian tengah dan depan jumlah koloni yang terisolasi dengan media NA tidak memenuhi syarat batas minimum dan maksimum perhitungan bakteri yang diperkenankan yaitu rentang antara 25 – 250. Untuk jumlah populasi bakteri untuk tanah bagian belakang  totalnya 2,23 x 103 cfu/ml. Mikoriza yang ditemukan pada tegakan JUN secara keseluruhan di dominasi oleh jenis Gigaspora (65,3%) diikuti oleh jenis Glomus (28,6%) dan Acaulospora (6,1%). Dua buah isolate yaitu isolate 1A dan 1B menunjukan potensi dalam menghasilkan hormone IAA pada masa inkubasi hari ke tiga. Sedangkan pada hari ke tujuh, semua isolate yang diuji dengan pereaksi Salkowsi tidak menunjukkan reaksi yang positif (warna merah tidak muncul). Pada penelitian pendahuluan ini diketahui bahwa pada hari ke tiga adalah hari optimum isolate dalam menghasilkan hormon IAA.Kata kunci : Biodiversitas, mikroorganisme, bakteri, morfologi, hormon
EFISIENSI PENYERAPAN KULIT BUAH ATAP (Arenga pinnata) MENGIKAT ION-ION LOGAM KROMIUM DALAM LARUTAN Dian Arrisujaya
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 1 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.302 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i1.76

Abstract

The Adsorption Efficiency of Atap Fruit Shell (Arenga pinnata Merr) on remove Chromium Metal Ions from aSolution        Arenga pinnata fruit shell was dried, pulverized, and used for biosorption of Cr(III) and Cr(VI) from a solution. Column experiments were conducted to investigate the affected parameters of pH solution, particle size, chromium metal ion concentration, flow rate and amount of mass biosorbent. The maximum adsorption efficiency of metal ions Cr(III) and Cr(VI), was 47.79% and 41.47% respectively, initial metal ion concentrations of 75-100 mg/L at initial pH of 3 for Cr(VI) and initial pH of 4 for Cr(III) with the particlesize ≤180μm and flow rate of 1-2 mL/min. Adsorption capacity will increase with increasing the number of mass biosorbent, however adsorption efficiency will decrease. An FTIR examination revealed changes between the natural and heavy metals-loaded biomaterial. Scanning electron micrograph (SEM) also revealed changes in the surface morphology of thebiomass as a result of heavy metal adsorption. Based on these results, it could be concluded that the Arenga pinnata was effective in removing heavy metal from aqueous solution and needed  consideration for scaled-up apllication.Keywords : Arenga pinnata, heavy metals, biosorption, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), and scanning electron microscope (SEM) ABSTRAK        Kemampuan penyerapan kulit buah atap (Areng pinnata) terhadap ion logam Cr(III) dan Cr(VI) dalam larutan. Metoda kolom digunakan dalam proses biosorpsi dengan parameter yang mempengaruhi efisiensi penyerapan yaitu pH larutan, ukuran partikel, konsentrasi ion logam, laju alir dan massabiosorben. Efisiensipenyerapan maksimum ion logam Cr(III) dan Cr(VI) oleh kulit buah atap masing-masing adalah 47.79% dan 41.47 % dengan konsentrasi ion logam 75-100 mg/L pada pH 3 untuk Cr(VI) dan pH 4 untuk Cr(III), ukuran partikel biosorben ≤180µm serta pada laju alir 1-2 mL/menit.Efisiensi penyerapan akan meningkat dengan penambahan massa biosorben, namunkapasitas penyerapannya akan menurun. Analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red)digunakan untuk mengetahui membandingkan biomaterial sebelum dan sesudah berikatan dengan ion-ion logam berat.perubahan gugus fungsi pada kulit buah atap dianalisis dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Sedangkan untuk melihat perubahan permukaan pada kulit buah atap digunakan SEM (Scanning Electron Microscope).Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan biomaterial kulit buah atap efektif dalam menyerap logam berat dalam larutan dan biomaterial ini dapat dipertimbangkan untuk skala yang lebih lanjut.Kata kunci : Buah atap, Arenga pinnata, logam massa, biosorpsi, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), dan scanning electron microscope (SEM)
PARAMETER FISIKA DAN KIMIA AIR KOLAM IKAN NILA HITAM (Oreochromis niloticus) Meilinda Pramleonita; Nia Yuliani; Ridha Arizal; Supriyono Eko Wardoyo
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 8 No. 1 (2018): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.032 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v8i1.107

Abstract

Physical and Chemical Parameters of Water Fish Pond Black Nile Tilapia (Oreochromis niloticus) Water is a natural resource that is essential for the survival of humans and other creatures, role of water is essential for life on earth, especially fish in the water habitat. Fish need a comfortable environment in order to be healthy and growing optimally. Therefore, the water, used as a habitat of life for the fish, have certain requirements. So the quality of the water must be very noted. Tilapia is a freshwater fish that has a great tolerance towards the environment, therefore it is highly appreciated by fish farmers in Indonesia.  Study of physical and chemical parameters in water of  tilapia fish pond was done due to lack of review of water quality of tilapia fish pond. The review is based on a sampling of water, i.e. morning and afternoon. A review of the pond water quality was expected to assist fish farmers got information about the qualities of water of tilapia fish pond in physical and chemical characteristics.  The method of this research was Grab (momentarily) methods in water sampling. Testing of water samples in physics done visually for color parameters, temperature using a thermometer device, and brightness parameters was using the secchi disk. In testing the chemical parameters were measurement of pH was using a pH meter Winkler method was done  for the parameters of dissolved oxygen (DO). Titrimetric method was done  for the parameters of  total hardness, and  carbon dioxide, whereas for ammonia parameter was done  by spectrophotometric method were measured using UV-Vissible. After testing all the parameters then interpretation was done for the parameter data.  The results showed the water quality of tilapia fish pond in the area Laladon – Bogor was not  yet qualified for a good fish pond water based on ISO 7550: 2009 Product ion of tilapia growing  level in calm water pond,  for parameter Ammonia levels should be <0.02 mg / L, and based on PPNo.8, on water Quality Standard by 2001. The difference in the parameter levels in the morning and during the day due to the process of respiration at night by the aquatic organisms that produce CO2 gas and the process of photosynthesis during the day by plankton, microalgae, and other aquatic plants to produce a compound O2. The existence of other human activities during the day also affects the difference in the data levels in the morning and day time.Keywords: Tilapia, pond water qualityABSTRAK Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya, Peranan air sangat penting bagi makhluk hidup di bumi terutama ikan yang berhabitat di dalam air. Ikan membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh secara optimal. Oleh karena itu  air yang digunakan sebagai sumber kehidupan bagi ikan, memiliki persyaratan tertentu. Sehingga kualitas dari air harus sangat di perhatikan. Ikan nila merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai toleransi yang besar terhadap lingkungannya sehingga sangat diminati oleh petani ikan di Indonesia. Studi parameter fisika dan kimia pada air kolam ikan nila dilakukan karena kurangnya peninjauan terhadap kualitas air kolam ikan nila. Peninjauan tersebut dilakukan berdasarkan waktu pengambilan sampel air, yaitu pada pagi dan siang hari. Peninjauan kualitas air kolam diharapkan dapat membantu para petani ikan mendapatkan informasi mengenai kelayakan kolam ikan nila secara fisika dan kimia.  Metode yang dilakukan penelitian ini adalah metode Grab (sesaat) untuk pengambilan sampel air. Pengujian sampel air secara fisika dilakukan secara visual untuk parameter warna, suhu dengan menggunakan alat pengukur suhu, dan metode secchi disk untuk parameter kecerahan. Pada pengujian parameter kimia dilakukan pengukuran pH dengan alat pengukur pH. Metode Winkler dilakukan untuk parameter dissolved oxygen (DO). Metode titrimetrik dilakukan untuk parameter s kesadahan total, dan karbondioksida, sedangkan untuk parameter ammonia dilakukan dengan metode spektrofotometri yang diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vissible. Setelah dilakukan pengujian semua parameter maka dilakukan interpretasi data hasil penelitian.  Hasil penelitian menunjukan kualitas air kolam ikan nila di daerah Laladon – Bogor belum memenuhi syarat untuk air kolam ikan yang baik berdasarkan SNI 7550:2009 Produksi ikan nila tingkat  pembesaran di kolam air tenang, untuk parameter Ammonia dengan kadar <0,02 mg/L, dan  berdasarkan Baku Mutu PPNo.82 tahun 2001. Terjadinya perbedaan kadar pada pagi dan siang hari dikarenakan terjadinya proses respirasi pada malam hari oleh organisme air sehingga menghasilkan senyawa CO2 dan terjadinya proses fotosintesis pada siang hari oleh plankton, mikroalga, dan tanaman air lainnya sehingga menghasilkan senyawa O2. Adanya aktifitas lain pada siang hari juga mempengaruhi terjadinya perbedaan kadar pada pagi dan siang hari.Kata kunci : Ikan nila, Kualitas air kolam
IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA PADA EKSTRAK BASA BUAH LEUNCA (Solanum nigrum Linn) DENGAN TEKNIK KHROMATOGRAFI Mamay Maslahat; Dani Ramdani; RTM Sutamihardja
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 1 No. 1 (2011): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.392 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v1i1.12

Abstract

Identification of Chemical Compounds at the Leuncas Fruits Base Extracts with Chromatography Methodes          Secondary methabolites contain in the plant was a alkaloids, flavonoids, terphenoids, steroids that use for medicinal, biopestiside, etc. Taksonomy principle of Leunca (Solanum nigrum Linn) is clasified to Solanaceae family, and prediction contains alkaloids. The leunca fruits base extracts qualitative tested with Dragendorf reagents and indetified with thin layer chromatography (TLC), coloumn chromatography (CC), and gass chromatography mass-spectra (GC-MS). Optimation of eluens as mobile fase for  TLC and CC used three eluens, there are methanol:NH4OH (200:3), chloroform:methanol (17:3), and chloroform:ethanol (4:1). Dragendorf test showed extract contains alkaloids compounds. Eluens optimum was chloroform:methanol (17:3) with trhree fraction   ,and GC-MS identification showed that extract contains chemical compounds as carbocilic acid, thiourea, nicotinic acid, and glicerol. Keyword s: Alkaloids compounds, leunca, chromatography  ABSTRAK          Metabolit sekunder yang terkandung pada tanaman dapat berupa senyawaan kimia alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Senyawaan kimia ini dapat berfungsi sebagai obat, biopestisida, dan sebagainya. Leunca (Solanum nigrum Linn) berdasarkan ilmu taksonomi diklasifikasikan ke  dalam famili Solanaceae (labu-labuan), dan diduga banyak mengandung senyawaan alkaloid yang berkhasiat sebagai obat. Ekstrak basa buah lenca diuji dengan pereaksi Draggendorf dan diidentifikasi dengan menggunakan teknik kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom, dan instrumen kromatografi gas-spektra massa (GC-MS). Optimasi eluen sebagai fase gerak pada KLT dan kromatografi kolom dilakukan terhadap 3 jenis dan komposisi eluen yang berbeda yaitu Metanol : NH4OH (200:3), Kloroform:Metanol (17:3), dan Kloroform:Etanol (4:1). Hasil uji Dragendorf  mengindikasikan bahwa ekstrak basa buah lenca mengandung senyawaan alkaloid. Hasil optimasi eluen menunjukkan bahwa eluen yang optimum adalah Kloroform:Metanol (17:3) dengan memberikan 3 fraksi pemisahan. Nilai Rf  ketiga fraksi tersebut adalah 0,21; 0,31 dan 0,60. Berdasarkan analisis dengan GC-MS diketahui bahwa ekstrak basa buah lenca mengandung  senyawaan kimia karboksilat, tiourea, asam nikotinat, dan gliserol.Kata kunci : Senyawa alkaloid, leunca, kromatografi
PEMBUATAN MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN KULIT NANAS Ricson P. Hutagaol; Nina Maria Santi
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 2 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.805 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i2.67

Abstract

The Making of Coconut Oil Using a Pineapple Skin        The aim of this research was to find the right formula and making more quantity of coconut oil with fermentation method. In this research coconut milk that used was cream. The cream was mixed withs pineapple skin juice. Research was done the pre test to choose the optimum concentration, temperature and incubation time. The optimum condition produced was used to process of making coconut oil. The optimum concentration oil produced was 1: 1 at 65oC  in 24 hours of incubation. Results of making coconut oils got the volume of 276 mL oil besides, thats oil was produced from cream without pineapple skin as the blank, that was produced 100mL oil. Coconut oil with pineapple skin had been analysed and having: Water content 0.5873%, waste 1.24%, free fat acid 2.31, iod number 8.51, saponification number 258.02, peroxidase number 0.591, negative pelican oil, negative heavy metal, normal organoleptic test.Based on this research could be concluded that coconut oil with pineapple skin entered to standard SNI 012902-1992.key words: coconut milk, cream, fermentation, pineapple skin ABSTRAK        Penelitian ini bertujuanuntuk  memperoleh formula yang tepat dalam pembuatan minyak kelapa secara fermentasi sehingga diperoleh minyak kelapa dalam jumlah banyak. Pada penelitian ini santan yang dimanfaatkan adalah krim. Krim santan yang digunakan dicampur dengan jus kulit nanas. Dilakukan uji pendahuluan pemilihan konsentrasi, suhu dan waktu inkubasi, Kondisi optimum yang didapat selanjutnya dipakai untuk proses pembuatan minyak kelapa. Dari uji pendahuluan yang telah dilakukan maka didapatkan  konsentrasi optimum untuk pembuatan minyak kelapa adalah 1:1 pada suhu 650C dengan waktu inkubasi 24 jam. Hasil penelitian pembuatan minyak kelapa menunjukkan bahwa  volume minyak yang diperoleh 276  mL, selain itu juga dilakukan pembuatan minyak dengan menggunakan krim tanpa jus kulit nanas yang disebut dengan blanko, pada blanko minyak yang didapat adalah 100 mL. Minyak kelapa dengan kulit nanas yang didapat dilakukan  analisis  kimia minyak kelapa yaitu:  kadar air 0.5873%, kadar kotoran 1.24%, asam lemak bebas 2.31, bilangan iod 8.51, bilangan penyabunan 258.02, bilangan peroksida 0.591, minyak pelikan negatif, logam berbahaya negatif, dan uji organoleptik normal.  Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa minyak kelapa yang dihasilkan dengan menggunakan kulit nanas masuk standar SNI 012902-1992.Kata Kunci: Santan kelapa, krim, fermentasi, dan kulit nanas
PENGARUH STRESSOR SUHU DAN SALINITAS TERHADAP PERKEMBANGAN EMBRIO IKAN NILEM (Osteochilus hasselti) Vitas Atmadi Prakoso; Kurniawan Kurniawan
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 5 No. 1 (2015): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.671 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v5i1.99

Abstract

Effects of Temperature and Salinity as Stressors on Embryo Development of Hard-Lipped Barb (Osteochilus Hasselti)          Exposure to environmental stressors on fish is an aspect of concern to researchers because its effects can be detrimental to metabolism, growth, disease resistance, reproductive ability, health, and survival of the fish. Although, according to the researchers that stress can be bad for the fish, but this stress phenomenon remains to be studied more deeply. Based on this information, this paper is made to assess the effects of environmental stressors on fish, especially in hard-lipped barb (Osteochilus hasselti) on the embryonic developmental stages. The data collected comes from the results of research conducted at Institute for Freshwater Aquaculture Research and Development (IFARD), Bogor. This paper discussed about temperature and salinity as environmental stressors related to development of early life stage of hard-lipped barb. Hatching, mortality, and survival rates were the indicators of environmental stressors decisive influence on the development of the embryo. In addition, the observation of embryonic development through the microscope is also used as supporting data. Based on research data, it was concluded that environmental stressors such as temperature and salinity beyond the limits of tolerance could interfere with embryonic development of fish nilem. The stressor temperatures for the embryonic development of hard-lipped barb were 25oC and 31oC, while the salinity stressor for hard-lipped barb embryos was above 5 ppt. The results of this study could be used as reference in fish farming activities of hard-lipped barb to optimize seedling production.Key Words:  Osteochilus hasselti, embryo development, environmental stressors, temperature, salinity ABSTRAK          Paparan terhadap stressor lingkungan pada ikan merupakan aspek yang menjadi perhatian bagi peneliti karena efeknya dapat merugikan metabolisme, pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, kemampuan reproduksi, kesehatan, dan kelangsungan hidup ikan. Meskipun menurut para peneliti bahwa stress dapat berakibat buruk bagi ikan, namun fenomena stress ini masih perlu dipelajari lebih dalam lagi. Berdasarkan informasi tersebut, tulisan ini dibuat untuk mengkaji pengaruh stressor lingkungan terhadap ikan, khususnya pada spesies ikan nilem (Osteochilus hasselti) pada fase perkembangan embrio. Data yang dikumpulkan berasal dari hasil penelitian yang dilaksanakan di BPPBAT, Bogor. Jenis stressor lingkungan yang akan dibahas pada tulisan ini yaitu suhu dan salinitas. Derajat penetasan, mortalitas, dan tingkat kelangsungan hidup merupakan indikator penentu pengaruh stressor lingkungan terhadap perkembangan embrio. Selain itu, pengamatan perkembangan embrio melalui mikroskop juga dijadikan sebagai data pendukung. Berdasarkan data penelitian, dapat disimpulkan bahwa stressor lingkungan berupa suhu dan salinitas di luar batas toleransi dapat mengganggu perkembangan embrio ikan nilem. Suhu yang bersifat stressor bagi perkembangan embrio ikan nilem yaitu 25oC dan 31oC, sedangkan stressor salinitas bagi embrio ikan nilem yaitu di atas 5 ppt. Hasil dari studi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam kegiatan budidaya ikan nilem untuk mengoptimalkan produksi benih.Kata Kunci: Osteochilus hasselti, Perkembangan embrio, stressor lingkungan, suhu, salinitas
OPTIMALISASI KADAR ABU DALAM PEMBUATAN MINYAK JARAK PAGAR TERVULKANISASI Santi Puspitasari; Hani Handayani; R. Siti Noviani Melinda; Yoharmus Syamsu
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 2 No. 1 (2012): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.287 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v2i1.33

Abstract

Optimization of Ash Content on the Synthesize of Vulcanized Jarak Pagar (Jatropha curcas) Oil         Developments in the preparation of rubber compound formulations should be followed by a rubber compounder, especially in modifying the formula. Rubber compound composed of rubber as an elastomer and its chemical. Each ingredient has a specific function and influence to the properties of rubber articles. The research studied the formulation of vulcanized oil of Jatropha curcas to obtain the best quality in terms of ash content. The experiment begins with the characterization of Jatropha curcas oil and testing of ash content of each component in the formulation of vulcanized Jatropha curcas oil. The results was used as the basis for formulation of vulcanized Jatropha curcas oil components. Vulcanized Jatropha curcas oil was synthesized at the laboratory scale (100 g oil / batch) at 140OC temperature, agitation speed of 100 rpm, and the variation of dose Na2CO3 and ZnO (0.25; 0.50, and 0.75 pho). Vulcanized Jatropha curcas oil obtained were analyzed for visualization of physical and chemical properties. The experimental results showed that the lowest of ash content of vulcanized Jatropha curcas oil was of 1.24% obtained from the reaction by the addition of 0,25 pho of Na2CO3 and 0,50 pho of ZnO. This dose was defined as the optimal dose because it gived the ash content that meets the requirements of commercial vulcanized oil (max 1.5%).Keywords: Rubber compound, elastomer, Jatropha curcas oil ABSTRAK        Perkembangan teknik formulasi dalam penyusunan kompon karet harus dapat diikuti oleh rubber compounder terutama dalam memodifikasi formula tersebut. Kompon karet tersusun atas karet sebagai elastomer dan bahan kimianya. Setiap bahan kimia karet memiliki fungsi dan pengaruh yang spesifik terhadap sifat barang jadi karet. Pada penelitian ini dipelajari formulasi bahan dalam pembuatan minyak tervulkanisasi agar diperoleh mutu terbaik ditinjau dari segi kadar abu. Percobaan diawali dengan karakterisasi minyak jarak pagar dan pengujian kadar abu setiap komponen dalam formulasi minyak jarak pagar tervulkanisasi. Hasilnya digunakan sebagai dasar penyusunan formulasi komponen minyak jarak pagar tervulkanisasi. Minyak jarak pagar tervulkanisasi dibuat pada skala laboratorium (100 g minyak/batch) pada suhu 140oC, kecepatan pengadukan 100 rpm, dan variasi dosis Na2CO3 serta ZnO (0,25; 0,50; dan 0,75 bsm). Minyak jarak pagar yang diperoleh dianalisis visualisasi fisik dan sifat kimianya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar abu minyak jarak pagar tervulaknisasi terendah sebesar 1,24% diperoleh dari reaksi dengan penambahan 0,25 bsm Na2CO3 dan 0,50 bsm ZnO. Dosis ini ditetapkan sebagai dosis optimal karena memberikan kadar abu yang memenuhi persyaratan minyak nabati tervulkanisasi komersial (maks 1,5%).Kata kunci: Kompon karet, elastomer, minyak jarak pagar
KAJIAN BERBAGAI JENIS PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN CUPANG BAGAN (Betta imbellis var. Sumatraensis) Asniati Asniati; I.G.A. Manik Widhyastini; Supriyono Eko Wardoyo
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 3 No. 1 (2013): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1605.289 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v3i1.58

Abstract

Study
ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Srikandi Srikandi; I.G.A. Manik Widhyastini
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 4 No. 2 (2014): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.512 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v4i2.90

Abstract

Antibacterial Extract of Mangosteen (Garcinia mangostana L.)Fruit Shell           The skin of the mangosteen fruit is extracted with n-hexane and ethyl acetate to determine the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) against Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Pseudomonas aeruginosa ATCC 27 853. Results showed that n-hexane extract gave inhibition zone larger than the ethyl acetate extract on all concentrations . Extract n-hexane has a value of MIC against S. aureus ATCC bacterial test 25923 62.5 mg / ml while the ethyl acetate extract of 125 mg / ml . N- hexane extracts had MIC values of the test bacteria P.aeuroginosa ATCC 27 853 was 125 mg / ml , and while the ethyl acetate extract had a MIC value of 500 mg / ml . Treatment of solvent, concentration and interaction between the solvent and concentration significantly affected the test bacteria ATCC 25923 S. aureus at the level of 5 %, the highest interaction N-Hexane solvent with a concentration of 15,625 mg / ml and was not significantly different interactions with the concentration of 31.25 mg/ml and 125 mg/ml. Treatment solvent and concentration significantly while the interaction between the solvent and the concentration has no effect on the test bacteria P.aeuroginosa ATCC 27 853 at 5% level .Keywords: Garcinia mangostana L., Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa ABSTRAK           Kulit buah manggis diekstrak dengan n-heksan dan etil asetat   untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHTM) terhadap bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana  memberikan zona hambatan lebih besar dibandingkan dengan ekstrak etil asetat pada semua konsentrasi. Ekstrak n-heksana  memiliki nilai kadar hambat minimal (KHM) terhadap bakteri uji S. aureus ATCC 25923  62,5 mg/ml sedangkan ekstrak etil asetat 125 mg/ml.   Ekstrak n-heksana memiliki nilai KHM   terhadap bakteri uji P.aeuroginosa  ATCC 27853 adalah 125 mg/ml dan  sedangkan ekstrak etil asetat memiliki nilai KHM  500 mg/ml. Perlakuan pelarut, konsentrasi dan interaksi antara pelarut dan konsentrasi  berpengaruh nyata terhadap bakteri uji S. aureus ATCC 25923 pada taraf 5%, interaksi tertinggi yaitu pelarut N-Heksan dengan konsentrasi 15,625mg/ml dan interaksi ini tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 31,25 mg/ml dan 125 mg/ml. Perlakuan pelarut dan konsentrasi  berpengaruh nyata sedangkan interaksi antara pelarut dan konsentrasi  tidak berpengaruh terhadap bakteri uji P.aeuroginosa  ATCC 27853 pada taraf 5%. Kata kunci:  Garcinia mangostana L., Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
IDENTIFIKASI PENYAKIT YANG MENYERANG BIBIT SENGON (Paraserianthes moluccana (Miq.), Barneby & J.W. Grimes) DI PERSEMAIAN DAN PENGENDALIANNYA Maharani Mustika Putri; Yayang Nurahmah; Illa Anggraeni
JURNAL SAINS NATURAL Vol. 7 No. 1 (2017): Sains Natural
Publisher : Universitas Nusa Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.352 KB) | DOI: 10.31938/jsn.v7i1.167

Abstract

Identification of Disease Attacks and Control on Sengon (Paraserianthes  moluccana (Miq.), Barneby & J.W. Grimes)  Seedling in NurseryPlant diseases are one of the problems on seedlings of sengon (Paraserianthes moluccana (Miq.), Barneby & J.W. Grimes). Diseases infestation on the seedlings can cause a problem at the plantation. Diseases interference has a big value, since sengon is a perenial tree that need a long time until harvesting. The objective of this research was to identify the pathogens of diseases that infested on sengon seedlings. The research was conducted at Nursery of Forestry Research Institute Center with 250 plants of sengon. Disease incidence and severity were measured and the data was analyzed with SAS program. The research result showed that disease infested at the nursery of sengon seedlings was powdery mildew (Oidium sp.). The observation showed that the incidence of powdery mildew was 78.00%, while the severity was 39,12%. Based on the leaves number, the compound leaves were categorized into four category, i.e. very few, few, plenty, and very plenty. Sengon in the category of very plenty compound leaves (31-49 leaves) showed a significant difference against the disease incidence of powdery mildew, with the lowest incidence of 24,23%.Keywords : Nursery, Oidium sp., powdery mildew, Paraserianthes moluccana ABSTRAKPenyakit merupakan salah satu permasalahan yang terjadi dalam pembibitan sengon (Paraserianthes  moluccana (Miq.), Barneby & J.W. Grimes).Terjadinya investasi penyakit di dalam bibit menyebabkan penanaman menjadi terganggu. Gangguan tersebut sangat besar artinya mengingat bahwa sengon merupakan tanaman tahunanyangmembutuhkan waktu yang panjang sampai pemanenan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi patogen penyebab penyakit pada pembibitan. Penelitian dilakukan di persemaian  Kelompok Peneliti Perlindungan Hutan, Pusat Penelitian dan Pengembangan hutan Bogor menggunakan 250 tanaman sengon. Peubah yang diamati adalah insidensi dan intensitas penyakit dan data dianalisis menggunakan analisis ragam program SAS untuk melihat keterkaitan antara jumlah daun majemuk dengan intensitas serangan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyakit yang menyerang bibit sengon adalah embun tepung (Oidium sp.). Hasil penelitian menunjukkan insdensi penyakit embun tepung mencapai 78% sedangkan intensitas serangan tertinggi mencapai 39,12%. Berdasarkan jumlahnya, daun majemuk dikategorikan ke dalam empat kategori, sangat sedikit, sedikit, banyak, dan sangan banyak. Tanaman pada kategori jumlah daun majemuk sangat banyak (31-40 daun) menunjukkan perbedaan nyata terhadap intensitas serangan embun tepung dengan intensitas penyakit paling rendah yaitu 24,23%.Kata kunci : bibit, embun tepung, Oidium sp., sengon.

Page 6 of 26 | Total Record : 252